topbella
Tampilkan postingan dengan label just to share. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label just to share. Tampilkan semua postingan

Selasa, 04 Desember 2018

Selalu Gagal Move On, Apa yang Salah?


“Bagimana cara agar bisa move on? Ingin melupakan, tapi rasanya kok susah ya?”

Orang yang sedang berjuang untuk  move on mungkin sering bertanya seperti itu dan sering juga mendapat jawaban yang sama, “Lupakanlah karena Allah, dan yakin bahwa kelak Allah pasti akan mengganti dengan yang jauh lebih baik.”

Sepintas tidak ada yang salah dari nasehat tersebut, dan memang tidak salah. Akan tetapi, mengapa banyak orang yang gagal dalam implementasinya? Keyakinan yang kurangkah? Atau kesungguhan dalam menerapkannya yang tak maksimal?


Saudariku…

Ternyata ada satu hal yang selama ini sering kali terlupakan. Inti dari move on itu sendirilah yang kerap tidak kita pahami dan abaikan. Bukan sebatas move on dari orang yang kita cintai, akan tetapi termaksud move on dari segala kejadian buruk yang pernah kita alami di masa lalu.


Lantas, apa yang sering terluput hingga move on selalu saja gagal?

 

 

IKHLAS.


Ya, inti dari move on adalah ikhlas. Move on bukan tentang bagaimana kamu melupakan, namun tentang bagaimana kamu mengikhlaskan. Saat dimana tidak ada lagi rasa sakit tatkala teringat. Cara ini memang tak mudah, namun akan jauh lebih baik bagi kesehatan jiwa dikemudian hari.


Untuk melupakan sesuatu apalagi tergolong berkesan dalam hidup, baik itu kesan baik atau kesan buruk bukanlah hal yang mudah. Bahkan rasanya hampir mustahil, kecuali jika kamu lupa ingatan. Pun, move on juga bukan hanya perkara bisa atau tidak. Jika ditanya bisa atau tidak? InsyaAllah bisa, yang jadi masalah adalah mau atau tidak?


Berdamailah dengan masa lalu. Tidak perlu bersusah payah untuk melupakan. Bahkan tidak harus melupakan, karena jika teringat maka rasa perih itu akan terasa lagi. Ikhlaskanlah! Sehingga, meskipun tiba-tiba kamu teringat, kamu akan tetap baik-baik saja. Mulai sekarang, belajarlah untuk memahami mana yang harus dipertahankan, mana yang harus diperjuangkan, dan mana yang memang harus untuk diikhlaskan.




 

 





Read More..

Jumat, 30 November 2018

My Baby Girl Named Pikapong ^_^

Kalau ada kids jaman now yang suka nyuekin handphonenya, selalu belajar sampai jam 01.00 am bahkan terkadang lebih, nilainya selalu mumtazah, suka jadi juara umum di sekolahnya, dari kecil tidak pernah bilang "ah" sama orang tua dan kakak-kakaknya, tidak pernah membantah, super peka, super penyabar, selalu jaga sholat dan auratnya, suka masak, suka bikin haru saking baik dan penyabarnya, suka transferin kakak-kakanya duit pas jaman kakak-kakaknya kuliah dulu dari hasil tabungannya sendiri (oke, ini mungkin dia sedikit dimanfaatkan, hehe)... Maka she's my lil sist.


My Pikapong itu hampir tidak ada kurangnya dimataku. Hm, kurangnya apa ya? malas bersih-bersih kali ya? hehe. Bukan malas sih sebenarnya, cuman hampir semua waktunya itu cuman belajar dan belajar. Pernah suatu ketika sekitar pukul 02.00 am Paman bangun dan lihat dia lagi belajar terus Paman bilang, "Nak, daripada cuman belajar mending sekalian sholat malam". Dan jawabannya saat itu adalah, "Sudah om". Yah, that's ma lil baby. Disaat anak seusianya banyak yang jauh dari Tuhannya dan hanya memprioritaskan prestasi akademik, My Pikapong tak lupa untuk sholat malam. Disaat anak-anak seusianya banyak menghabiskan waktu untuk hal yang tak berguna dan cerita banyak hal yang tak berfaidah, My Pikapong menghabiskan waktunya untuk bimbingan, belajar, membaca dan tidak berbicara kecuali yang baik. Disaat anak seusianya banyak menghabiskan waktu untuk keluar bersama teman-temannya, maka My Pikapong lebih suka untuk keluar dan menghabiskan waktu bersama mamah.

Dia salah satu orang yang langka menurutku. Baik dan penyabarnya suka bikin speechless, suka bikin tidak bisa tidak nangis kalau ingat dia. Entah bagaimana aku mendeskripsikan, bagiku adik kesayanganku itu unik. Dia jauh lebih dewasa, bijaksana, dan sangat rasional dari anak seusianya. Tak suka omong kosong, basa-basi, dan sejenisnya. Sifatnya itu sudah terlihat sejak dia masih SD, sekitar kelas 3 SD kalau tidak salah. Saat itu teman-temannya ngerjain PR di rumah. Saat teman-temannya lagi ngumpul, dia masuk ke kamar. Terus mamah tanya, "Fika kenapa disini? Itu teman-temannya lagi ngumpul di luar". And my lil sist said dengan wajah innocentnya, "Malas gabung sama mereka. Ngomong gak ada guna-gunanya, bukannya kerja PR tapi malah bicara yang tidak penting" >.< Heh?? See... betapa dia dari kecil benci yang namanya omong kosong dan hal-hal yang tak berfaidah yang hanya akan menghabiskan waktunya secara percuma.

Dia juga salah satu orang yang kalau negur jarang sekali to the point, pasti caranya halus banget. Pernah suatu ketika waktu SMA setelah dia pulang sekolah dia dipeluk peluk, diciumin sama mamah dan masih pake rok sekolah. Dia terus bilang, "Mah, coba lihat rokku". Mamah terus jawab, "Kenapa nak? Roknya rusak? Mau mamah belikan rok baru?". Dia jawab, "Bukan mah... Coba mamah perhatikan warnahnya". Karena mamah bingung, diapun jawab, "Rokku sekarang abu-abu mah. Bukan rok merah lagi". Tau maksudnya apa? Hehehe. Maksudnya dia mau bilang, "Aku udah gede mah, bukan anak kecil lagi. Jadi berhenti cium dan peluk-peluk aku".  Pun kalau ana cium gemes (ini kadang agak parah sih... ana gak bisa sehari gak cium dia, ciumnya pun kadang saking gemesnya suka sampai pipinya penyok-penyok, hehehe) terus kadang ana nanya, "De, kok gak marah?". Dia jawab, "Nanti juga kakak capek sendiri" ^___^ wkwkwk. Dia tau aja kakaknya ini gak bisa dilarang ^_^. Tapi malah kadang bikin tambah gemes...

Dia tipe orang yang kalau tau ilmu apapun itu pasti bakal diterapkan, super teoritis. Gak boleh buang sampah sembarang lah, gak boleh makan yang mengandung banyak pengawet sampai-sampai sampah-sampah dipinggir laut dipungut semua sama dia ^__^. Sejak SD semua orang yang masak dirumah dijagain sama dia, gak boleh masak menggunakan vik**n, ma**ko, dll. Semua dibawah kontrolnya >_<


Aku salah satu orang yang percaya bahwa "Jika ingin melihat baik tidaknya seseorang maka lihatlah bagaimana ia kepada Ibunya, dan jika ingin melihat sifat asli seseorang maka lihatlah bagaimana sifat dan kebiasaannya ditengah-tengah keluarganya". Kalau cuman kata teman-teman, itu boleh jadi hanya sekian persen dari sifat aslinya dia. Why? Karena di hadapan orang lain seringkali kita masih ingin menjaga nama baik dan menampilkan yang baik-baik saja, tapi di dalam rumahlah sifat asli kita akan keluar, kepada orang tua dan saudara-saudara kita dan itu akan sangat sulit untuk ditutupi. Jadi bagi kalian yang sedang dalam proses ta'aruf, jangan sampai tidak menanyakan bagaimana dia kepada ibu dan saudaranya dan jangan cuman bermodal kata teman dan orang disekelilingnya. Karena insya Allah informasi yang lebih valid mengenai sifat atau karakter seseorang itu adalah dari orang rumahnya. Kalau ibu dan keluarganya bilang dia baik, sholeh/sholehah maka insya Allah dia sebagaimana yang dikatakan. Dan, betapa beruntung nantinya laki-laki yang mendapatkan adik kecilku itu. Wkwkwk

Terakhir cuman mau bilang...

One day, kalau adek baca ini.. You have to know that kakak love you more than I love ma self. You're one of the best person I've ever met and maybe, i'll never find another you. Keep being amazing with your good heart. Never forget that you've many people who love you. Learn from everything you can. Always be better in everything. Never give up! Never lose hope even though you want to. Be the girl I know you can be. Wishing you a lifetime of happiness. How lucky i am to have a sist like you de. Baarakallahu fiik. Love you!



*NB: Pikapong = panggilan kesayangan ana buat dia >.<
Read More..

Selasa, 25 September 2018

Jangan Pernah Berputus Asa Dari Rahmat dan Pertolongan Allah Sekalipun Engkau Adalah Hamba yang Bermaksiat dan Senantiasa Bermaksiat

Pukul 21.00 WITA ceritanya baru pulang. Pas mau keluar dari mobil qaddarullah pintu mobil gak bisa kebuka karena ujung jilbab kejepit pintu, entah bagian mana aku pun bingung. Sekitar 15 menit berusaha tetap saja pintu tidak bisa terbuka, ditarik juga tidak bisa tertarik. And then fix, karena sepi akhirnya mencoba memberanikan diri buat keluar dan masuk ke rumah tanpa jilbab buat ngambil jilbab baru plus cari bantuan. But still, jilbabnya tetap tidak mau tertarik dan pintu belum bisa terbuka. Sudah pakai alatpun tetap tidak mau terbuka. 

Sudah sekitar setengah jam, sudah semakin malam, dan sudah mulai menyerah. Teman yang tolongpun sudah ngantuk dan bilang, “Sudahlah! besok pagi saja, sudah malam! Kayaknya memang harus ke bengkel”. Sempat terbawa juga buat berhenti. Disaat yang nolong pergi, tiba-tiba pengen berdo’a. Tapi nyali seolah ciut. Begitu malu rasanya. “Ya Allah, masikah do’aku akan dikabulkan? Masih pantaskah aku meminta kepadaMu?” hatiku berbisik. Ada sedikit keraguan. Malu dan ciut rasanya meminta disaat maksiat terasa selalu mendominasi. Begitu tak tahu diri rasanya tiba-tiba berdo'a sementara diri berjalan semakin jauh dari Allah. Tapi Alhamdulillah, keyakinan bahwa Allah Maha Pengabul do’a dan menyukai hambaNya yang meminta kepadaNya masih lebih besar dari ciutnya nyaliku.

Selanjutnya dengan penuh keyakinan dan kepasrahan diri ini pun berdo’a, air matapun tanpa malu-malu jatuh begitu saja. Agak lebay ya? Tapi begitulah dari dulu kalau berdo'a dalam kondisi apapun itu air matanya tidak pernah bisa diajak bersahabat ^__^. Dan akhirnya.... dengan bacaan basmalah dan bacaan yang lain akupun menarik jilbab itu perlahan dari dalam. Daannnnn… What amazing, begitu mudah rasanya saat ditarik tanpa harus bersusah payah seperti sebelumnya dan jilbabkupun berhasil diselamatkan walau sedikit agak rusak. Tapi ya tetap Alhamdulillah, setidaknya tidak sobek.

Inti dari cerita ini apa?

Intinya adalah, melalui kejadian ini Allah kembali menyadarkanku akan dua hal dan ini yang ingin dishare :
Pertama, jangan mudah menyerah! Sering kali disaat kita memutuskan untuk menyerah, disaat itu sebenarnya kita sudah hampir berhasil mendapatkan apa yang kita usahakan kalau saja kita mau berjuang sedikit lagi.
Kedua, jangan pernah berputus asa dari Rahmat dan Pertolongan Allah sekalipun engkau adalah hamba yang bermaksiat dan senantiasa bermaksiat. Karena sesungguhnya Allah itu sesuai prasangka hambaNya. 

“Aku menurut persangkaan hambaKu terhadapKu, dan Aku bersamanya ketika ia mengingat (berdzikir) kepada-Ku. Jika ia mengingatKu dalam dirinya, Aku pun mengingatnya dalam DiriKu. Jika ia mengingatKu di tengah orang banyak, Aku pun mengingatnya di tengah kelompok yang lebih baik dari mereka (yakni para malaikat,-pent.)” (HR. Al-Bukhari)  

“Berdo’alah kepadaKu” firman Allah, “Maka akan Aku kabulkan”.

“Sesungguhnya Allah Ta’ala malu bila seorang hamba membentangkan kedua tangannya untuk memohon kebaikan kepada-Nya, lalu Ia mengembalikan kedua tangan hamba itu dalam keadaan hampa/gagal.” (HR. Imam Ahmad, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’)

Jadi, jangan pernah ciut untuk meminta. Jika bukan kepada Allah kita berserah, maka kepada siapa lagi? Dan jika bukan kepada Allah kita memohon untuk dikabulkan, maka kepada siapa lagi?

Terakhir…
Jangan pernah mengeluh saat menghadapi sesuatu yang tidak disukai karena pasti ada hikmahnya, entah itu berupa peringatan, pelajaran, atau bahkan sekedar penggugur dosa. Setiap kejadian yang tidak mengenakan yang kita alami apapun itu pasti ada hikmahnya, itu PASTI. Hanya saja terkadang kitalah yang kurang atau bahkan sama sekali tidak peka. Sebagaimana Allah yang memberiku pelajaran berharga dan semangat baru melalui kisah sederhana ini.
Read More..

Senin, 09 Oktober 2017

Calon Pasangan Halalku



Hai...
Kamu apa kabar?
Semoga sehat selalu dan dalam naungan cinta-Nya. ^_^

Tiba-tiba kepikiran kamu. Iya, kamu. ^_^
Orang yang sama sekali tak ku ketahui dan masih menjadi misteri.

Hmm... 
Kau tahu, tidak gampang tertarik dan mengagumi seseorang itu asyik, tapi juga terkadang greget di waktu yang sama.

Enaknya hati lebih terjaga dan tak mudah diisi oleh orang lain, jauh dari kata galau ^_^

Menolak beberapa ikhwan yang ingin serius sering membuatku bertanya dalam hati,  "Siapakah kamu? Bagaimana rupa dan kepribadianmu? Apakah lebih baik dari mereka ataukah malah sebaliknya?"

Orang-orang di sekitarku sering bertanya kriteria seperti apa yang aku inginkan dan aku pun bingung harus menjawab seperti apa. 

Bagiku, Allahlah Pengatur Kehidupan Terbaik. Ya, aku menyerahkan seluruh hidupku kepada-Nya dan biar Allah yang mengatur. Bukankah Allah mengetahui apa yang aku inginkan dan aku butuhkan? Dan aku sangat yakin, Allah tidak akan mengecewakanku.

Kalau tidak memiliki kriteria khusus, lalu mengapa suka menolak???

Hati. 

Bukankah jawaban dari-Nya adalah ketertarikan dan kemantapan hati? 

Dan aku belum pernah merasakan keduanya. Entah kenapa. Simpel, berarti bukan jodoh. 

Tidak pernah minta yang muluk-muluk. Siapapun kamu, sekalipun jauh dari apa yang aku inginkan, tapi jika baik untuk akhiratku, aku selalu memohon agar Allah melembutkan hatiku dan keluargaku untuk menerimamu. Memberiku keikhlasan dan kesabaran untuk berjalan bersamamu menuju kampung halaman Abadi.

Ahhhhh.. Jodoh. 
Sekeras apapun engkau menolaknya, jika jodoh, maka suatu saat ia akan tetap memilikimu. Dan sekeras apapun engkau berusaha meraihnya, jika bukan jodoh, maka ia tidak akan pernah tergapai.
                                                                                   ***




"Ya Rabb, titipkan aku kepada pria yang Engkau cintai dan dia mencintai-Mu lebih dari apapun. Dia yang engkau ridhoi dan dapat membimbingku berjalan bersamanya menuju surga-Mu. Dan apabila yang Engkau pilihkan tidak sesuai dengan apa yang aku inginkan, ku mohon, berikan aku keikhlasan dan kesabaran menerima ketetapan-Mu. Dan jangan pernah berhenti mencintaiku. Ya,  cukup cinta-Mu... Cukup terus mencintaiku,  dan aku yakin semua akan baik-baik  saja". 
Read More..

Jumat, 22 September 2017

Istidraj

"Aku sering maksiat, tapi kok aman-aman aja ya? Prestasiku semakin meningkat, keunganku justru semakin bertambah, dan hidupku lancar saja?"

Tak sadar, azab Allah tak selalu berbentuk musibah. Hukuman terberat bagi pelaku maksiat adalah saat kenikmatan dalam beribadah sudah dicabut oleh-Nya

Saat sholat tak lagi dinikmati, saat bacaan Al qur'an tak lagi menggetarkan hati, bahkan sering kali terlupakan.
Saat ibadah hanya jadi ritual penggugur kewajiban, terasa jadi beban, minim hikmah, hilang khusyu', dan tak punya dampak pada perbaikan akhlak.

Allah 'Azza wa Jalla berfirman yang artinya:

“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’am: 44)

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ

“Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad).

Maka adakah pemberian yang lebih nikmat dibanding hidayah dan kekhusyuan dalam beribadah?
Read More..

Sabtu, 16 September 2017

Teman Rasa Saudara

Ceritanya kemarin keluar seorang diri ketemu kerabat yang lama gak ketemu dan pulangnya fix aku diomelin karena berani bawa motor sendiri padahal belum mahir?!.

Siapa yang marahin? Mamah? kakak? 

Tentu bukan. Malainkan teman yang super duper protektif. 

Sebenarnya bukan cuman dia doang, karena hampir semua orang yang dekat denganku akan berubah menjadi protektif dan akibat keprotektifan merekalah alhasil hingga mau wisudapun aku belum mahir bawa motor dan baru belajar sekarang. Entah mengapa mereka bersikap seperti itu. Tapi gapapa. Setidaknya bisa nyetir mobil. Hhee

Dengan berbagai alasan mereka sukses membuatku selalu bergantung kepada mereka untuk urusan keluar kesana -kemari.
Susi : "gak usah bawa motor mba. Gak usah belajar. Mba gak cocok bawa motor".
Me : heh? "Gapapa sus. Ajarin ana ya, gak enakan ana repotin kalian mulu".
Susi : " gapapa mba, selama ana free ana bakalan ngantarin mb 'Aisy terus, gak repot kok mba"

Rani : "Kakak gak usah bawa motor aja. Ana gak mau ngajarin. Mending ana panas panasan daripada kakak bawa motor keluar sendiri". Dan dia sukses melarang siapapun yang mau ngajarin aku bawa motor.

Kak Eka : "Mumpung kakak masih di jogja, kakak bakalan antar adek kemanapun. Biar kakak jadi tukang ojeknya adek".

Fix, gak ada yang mau ngajarin ana dikota perantauan ini. Dan akhirnya dengan berbagai paksaan dan wajah memelas dan rayuan teman ana akhirnya terketuk juga pintu hatinya ^_^. "Kalau ana gak diizinin dan diajarin gimana nanti kalau ana lanjut study lagi? Siapa yang ngantarin ana kesana kemari sementara kita sudah pisah?" *emot melas dan puppy eyes andalan emang selalu ampuh. hehehe

Memang rencana setelah ini pengen lanjut kuliah lagi insya Allah karena hijab dan status "akhowat" bagi ana bukanlah halangan untuk menggapai pendidikan setinggi mungkin selagi bukan maksiat dan mendatangkan manfa'at yang lebih banyak why not? Iya gak sih? (Tolong dibenarkan kalau ana keliru tentang ini)

Pernah dengar kata-kata ini:
Salah satu bentuk rizki dari Allah ialah Allah memberikan kita sahabat-sahabat yang baik

Yup. Sahabat yang baik itu bukan hanya membantumu saat kesusahan, tapi sahabat yang baik ialah sahabat yang selalu menguatkan dalam kebaikan dan marah saat engkau berbuat maksiat. Dan aku begitu bersyukur mendapatkannya.

Bukan hanya perhatian, tenaga bahkan materipun rela diberikan secara cuma-cuma. Dan yang lebih menyentuh hati ini adalah mereka yang tak suka melihatku "sedikit" melenceng. Misalnya saat mereka nonton dan aku tak sengaja melintas atau menengok ke arah layar maka salah seorang dari mereka akan berkata, "Mb 'Aisy gak boleh lihat! Nanti hafalannya hilang!!" *sambil nutup layar laptop.

Atau saat akan pergi ke alun-alun kidul sekedar melepas penat di malam hari yang ketika itu juga sedang ada festival musik. Apa yang dikatakan temanku kepada teman yang lainnya saat tau aku juga ingin ikut? Marah, tentu. Dengan nada kesal ia berkata, "Kenapa bilang Aisyah? Jangan ajak-ajak dia ih! Udah tau disana banyak maksiat!".

Sekalipun mereka bukan alumi ma'had, tak sekalipun mereka mengizinkanku untuk melakukan sesuatu diluar kebiasaanku. Dan itu sukses membuatku menangis parah. 

Ya, Allah lagi-lagi menjagaku melalui mereka. As u know iman itu naik turun apalagi untuk anak kuliahan seperti diriku yang lama tak ikut kajian karena sibuk kuliah dari pagi sampai menjelang maghrib dan malamnya harus menyimak setoran hafalan anak-anak, mengerjakan tugas kuliah dan sebagian waktu untuk kepentingan organisasi. Aku pernah berada dipuncak kefuturan dan ingin menyerah dalam hijrah. 

Membayangkan kehidupan dan diriku sebelum hijrah sepertinya begitu menyenangkan, engkau tak perlu berjuang dengan begitu banyak linangan air mata saat menahan untuk tidak bermaksiat ataupun untuk tidak melakukan sesuatu yang tidak Allah cintai.

Kesal dengan sikap keprotektifan mereka?
Ya Allah... Mana mungkin aku kesal. Justru saat itu malah pengen nangis. "Disaat lalai dan letihku diatas al haq, Allah justru selalu melindukngiku untuk tetap berada dijalanNya".

Allah menghadirkan untukku saudari-saudari dengan segudang perhatin.
Saat sakit, maka saudariku akan menyuapiku tanpa aku minta, membuatkan teh hangat dan merawatku dengan tulus. Saat aku begitu disibukan dengan tugas-tugasku hingga tak lagi memiliki waktu untuk diri sendiri, maka saudariku akan mencuci pakaian kotorku dan merapikan barang barangku tanpa aku minta. Saat aku dalam suatu tugas, maka saudariku akan menyiapkan segalanya untukku. Terkadang kaget saat melihat barang-barang yang aku butuhkan telah lengkap tersedia.

Suatu ketika aku qaddarullah kehilangan hp, kemudian salah seorang kakak jauh-jauh dari Solo hari itu juga membelikan hp baru dan diantarkan ke jogja tanpa aku minta. Diberikan secara cuma-cuma. Kalau perlakuan cowok ke cewek mungkin wajar, tak ada yang spesial. Tapi seorang teman wanita yang baru dikenal beberapa bulan dan begitu baik serta loyal padamu, bagiku itu sedikit luar biasa. Padahal cuman ngasih kabar doang kalau hubungin via facebook aja karena hp qaddarullah hilang dan belum sempat beli. Bahkan, jauh-jauh dari Solo cuman buat ngasih hp baru, ngurusin kartu ke grapari, nyuciin baju dinas terus besoknya pulang. Entah, tapi hampir semua yang dekat denganku bersikap seperti itu. 

Sering bertanya kenapa mereka mau melakukan semua itu untukku secara cuma-cuma padahal aku merasa tidak memperlakukan mereka sebaik itu.

Yaa aku BAPER. Bagaimana mungkin aku tidak BAPER saat mereka begitu sering memberikan hal-hal manis untukku. Saat mereka rela mengorbankan apa yang mereka miliki untukku?
Mungkin itulah salah satu sebab mengapa aku masih betah dengan status single dan tak berhubungan dengan lawan jenis manapun hingga saat ini. Alhamdulillah.

Selain karena tau hukumnya, juga alhamdulillah karena perhatian dari orang-orang sekitar sudah terasa sangat berlimpah. Mereka dengan segudang perhatian dan selalu siap berkelana kemanapun saat jenuh melanda. Kurang apa lagi?

Yah, mereka sudah cukup bagiku. Setidaknya hingga detik ini.


"Ya Rabbi... 
Sejauh apapun aku bermain dan selalai apapun aku hari ini...
Aku mohon,
Jangan pernah putuskan penjagaanMu terhadapku...
Jangan pernah berhenti mencintaiku... 
Dan Jangan pulangkan aku kecuali dalam keadaan aku ridho dan Engkau meridhoiku"
Read More..

Jumat, 02 Desember 2016

Jika Yakin Allah Segalanya, Mengapa Mengharapkan yang Lain?

Rasanya ingin memulai dari awal lagi... 

Kembali belajar bersabar, menumbuhkan kecintaan dan kerinduan yang besar kepadaNya...

Rasanya ingin memulai dari awal lagi... 

Kembali menahan, tak takut merasakan sakit dan menjadikan akhirat benar-benar sebagai tujuan...

Rasanya lelah berjuang sendiri, seolah engkau terjatuh di dasar lubang dan membutuhkan seseorang untuk membantumu berdiri, kembali barjalan...

Ah... itulah dunia...

Harus terus bersabar bukan?
Harus terus mencoba walau berkali-kali gagal...

Jika engkau yakin Allah segalanya, mengapa harus menunggu seseorang untuk kembali memulai segalanya dari awal, berharap ia akan menjadi sandaran dan tempatmu berbagi rasa?

Jika cukup engkau dan Allah, mengapa mengaharapan yang lain?
Read More..

Sabtu, 10 September 2016

Edisi Libur Part 1

Alhamdulillah waktu yang ditunggu-tunggu datang juga. Apalagi kalau bukan waktu libur. It's mean bisa tidur puas dan merefreshkan pikiran setelah dipusingkan dengan ujian dan berbagai tugas.

Mumpung libur nih, sore tadi nyempetin maen ke daerah Gunung Kidul. Kebayang kayaknya nyenengin banget bisa lihat bukit, danau, plus pemandangan dari ketinggian. Dan ternyata tak jauh dari ekspektasi. Happy banget rasanya. Maklum udah lama gak main setahun belakang gegara udah janji gak bakal sering maen lagi dan SKS yang ngajak maratonan ^_^. Yah pokoknya lumayan terbayarlah penatnya.

Karena fotografernya masih amatiran so beginilah hasilnya. Alhamdulillah ya gak jelek-jelek amat. ^_^




Dibalik jalan sore yang menyenangkan, ada sebuah ibroh berharga hari ini. Entah ini nikmat sebagai bentuk kasih sayangNya atau boleh jadi sebuah istidraj. Wallahu a'lam

A : Mb hari ini bahagia banget...
Saya : iya... (sambil tersenyum sumringah)
A : Ternyata bahagia itu sederhana ya...
Saya : kok gitu??
A : Iya. Bahagia, seneng lihat mb bisa tertawa dan bahagia hari ini ^_^

Ya Allah, seindah inikah persaudaraan ???

Jadi terharu...
Ya, karena aku tau itu bukan perkataan bualan, malainkan ucapan tulus seorang sahabat. Walau itu bukan pernyataan pertama kali dari seorang teman, tapi tetap saja membuatku malu. Malu padaNya. Aku yang seperti ini, tapi Allah selalu menunjukan kasih sayangNya melalui orang-orang sekitar. Menghadirkan untukku mereka yang tulus dan selalu menyayangiku layaknya saudara kandung. Perhatian, tenaga, hingga materi tak sungkan mereka berikan... Mereka yang belum pernah menyakiti melalui perkataan maupun sikap. 

Mungkinkah kalian bagian dari do'aku? 

"Ya Allah dekap aku, sayangi aku. Jika bukan Engkau yang menyayangiku maka siapa lagi selainMu? Jangan biarkan aku sendiri kecuali Engkau selalu bersamaku"

Ya, bahagia itu memang sederhana. Sesederhana Allah mempertemukanku dengan orang-orang seperti kalian ^^

Read More..

Selasa, 10 Mei 2016

Jalan Panjangku Meniti Jalan-Mu (Part 3)

Tujuh tahun...
Tak terasa tujuh tahun dalam hijrah. Terpuruk, down, berkali-kali jatuh, berkali-kali bangkit, hingga berada dipuncak keimanan rasanya telah dilalui. Terkadang ingin menyerah, capek juga taat terus. Sabar terus. Tak jarang, rasa gersang dan kesepian pun menyertai saat selalu mencoba menahan hawa nafsu dan berbagai keinginan duniawi agar tetap berada dalam koridor-Nya.

Ingin kembali ke masa awwam dulu, melakukan banyak hal tanpa harus terbebani karena sudah tau hukumnya. Yah, pernah sempat terlintas keinginan seperti itu. Apalah aku kecuali tetap manusia biasa.

Tapi buat apa???
Seneng-seneng dalam maksiat, lalu kalau meninggal besoknya bagaimana??? 

Disitulah terkadang saya merasa galau >__<

Telah banyak hal yang ditinggalkan. Masa mau mundur???

Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu berkata yang artinya:
“Demi Dzat Yang tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Dia, menegakkan As-Sunnah itu berada di antara dua kelompok. (Kelompok) yang ghuluw dan (kelompok) yang bersikap meremehkan. Maka bersabarlah kalian di dalam mengamalkan As-Sunnah, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa merahmati kalian. Sesungguhnya pada waktu yang lalu Ahlus Sunnah adalah golongan yang paling sedikit jumlahnya. Maka demikian pula pada waktu yang akan datang, mereka adalah golongan yang paling sedikit jumlahnya. Ahlus Sunnah adalah orang-orang yang tidak mengikuti kemewahan manusia. Tidak pula mengikuti kebid’ahan manusia. Mereka senantiasa bersabar di dalam mengamalkan As-Sunnah sampai bertemu dengan Rabb mereka. Maka hendaknya kalian pun demikian.” (Syarah Ath-Thahawiyyah, 2/326 )

"Sesungguhnya dunia ialah negeri yang mencemaskan. Adam diturunkan kepadanya tak lain sebagai hukuman atasnya. Ketahuilah, sesungguhnya keadaan dunia tak seberapa, barangsiapa memuliakannya, hinalah dia. Setiap saat selalu ada yang binasa disebabkan dunia. Maka jadilah engkau laksana orang yang mengobati lukanya, ia bersabar akan rasa sakit (ketika mengobati), karena khawatir musibahnya akan berkepanjangan.” (Hasan Al Bashri -rahimahullah-)

Dan kini?

Alhamdulillah Allah masih memberikan hidayah-Nya. Masih bisa berhijab saat praktek klinik Rumah Sakit, masih bisa ngaji di tengah-tengah tugas perkuliahan dan target kelulusan. Masih tahan gak chat sama lawan jenis juga sampe datang yang halal *he

Hmm, tujuh tahun. Begitu tak terasa. Semoga bisa terus berada dalam hidayah dan dekapan-Nya hingga penghujung waktu. Aamiin

مداني، ١٠-٥-٢٠١٦
Read More..

Minggu, 21 Juni 2015

Late Post

At RSUD Panembahan Senopati Bantul


A : Syah, yang tadi ganteng nggak??

Saya : yang mana mb??? *sambil main hp*

A : Ih, kamu gimana sih. Itu lho, yang barusan ngajak ngobrol. Lesun pipinya cakep kan???

Saya : Emang tadi punya lesun pipi ya mb??? *masang wajah polos*

A : tau ah! *sambil lanjut makan*

A : kamu min kan? kok ke RS gk pernah pake kacamata???

Saya : pengen aja mb, kurang nyaman soalnya *senyum*


ngeles.com
 //padahal sebenarnya pengen jawab "iya, sengaja. Soalnya disini cwo berkeliaran dimana_mana"
>alhamdulillah min, secakep apapun yah gak jelas wajahnya<<
Read More..

Selasa, 02 Juni 2015

Ikhwan Juga Manusia

Hei ! kamu…
Ya, kamu… Ikhwan “ahlus sunnah”
Bukankah dahulu engkau terkenal alim???
Bukankah dahulu engkau merupakan ikhwan yang begitu bersemangat diatas sunnah???

Hei ! kamu…
Ya, kamu… ikhwan “ahlus sunnah”
Bukankah dulu engkau begitu takut dengan maksiat???
Bukankah dulu engkau begitu dekat dengan alqur’an???


Kamu…
Bukankah dulu engkau begitu takut berhubungan dengan seorang akhowat??
Bukankah dulu engkau tak terbiasa berbicara berdua dengan seorang akhowat??
Mengapa kini engkau berubah???
Sedahsyat itukah virus merah jambu menyerangmu???
Sememabukan itukah hingga membuatmu berjalan menjauh dari jalanNya???

Padahal, tidakkah engkau melihat istana yang engkau bangun dengan ketaqwaan telah hampir selesai?
Lihatlah, istana itu telah engkau hancurkan tanpa engkau sadari, istana yang telah engkau bangun dengan susah payah…
Sadarlah, engaku telah berjalan diluar jalur pulang menuju surgaNya…

Pesanku untukmu wahai saudaraku,
Bangkitlah…
Kembalilah menjadi sosok tangguh dan bersemangat seperti dahulu, bukan ikhwan yang mulai lemah karena seorang akhowat…

Bangkitlah…
Mulailah untuk mengembalikan serpihan-serpihan iman…
Kembalilah untuk membangun istana yang tanpa engkau sadari telah hancur berantakan…
Mintalah pertolongan Allah, jangan biarkan dirimu berakhir dengan menyedihkan…

Semoga Allah melindungimu dan menjaga hati kalian berdua

SEMANGAT !!!


Bacaan Terkait :
Akhowat Juga Manusia 

Status Terlarang 
Read More..

Selasa, 12 Mei 2015

Manusia Itu Lemah

Terkadang malu, ketika orang yang baru mengenal sunnah jauh lebih berpemahaman hanif dan istiqomah dibanding orang yang telah lama mengenal sunnah. Sedih, ketika yang "pernah" berstatus santri kini seperti tak ada bedanya dari orang yang belum mengerti agama.

Lalu, untuk orang yang lalai dan mulai menyimpang apakah harus dijahui??? Apakah harus dicaci dan diceritakan keburukannya???

Sungguh boleh jadi kita belum melewati fase yang telah mereka lewati dalam kehidupan, dan bukankah kadar kekuatan seorang hamba itu berbeda-beda??? Bukankah asalnya manusia itu memang lemah???

Untuk saudariku yang masih diberi keitiqomahan, bersyukurlah. Jagalah kemuliaan itu. Jangan pernah takut merasakan pahitnya kehidupan sebab kemuliaan itu datang setelah kepahitan.


 Ketika engkau tak mampu dan merasa berat untuk melakukan kebaikan, setidaknya berusahalah agar tidak melakukan maksiat.
Read More..

Senin, 27 April 2015

My Lovely Family Part 2

Orang tua ana itu romantis, pake banget. Udah berumur masih aja suka ngedate. Ana aja anaknya kagak pernah!! Lho, kok??? ^_^




Sebelum membaca My Lovely Family Part 2, silahkan membaca part 1nya disini. 

Dipart ini ana  akan menceritakan betapa romantisnya kedua orangtua ana -rahimahumallah- dimasa tua. Diusia yang tak lagi muda keduanya masih saja sering mengumbar keromantisan dan saling menunjukan kasih sayang. Makanya, bukan hal aneh lagi kalau abi dan ummi sering pelukan dengan sayang didepan anak-anaknya. Catat! ANAK-ANAKNYA, bukan anak-anak tetangga. He

Jujur saja, hingga duduk dibangku Menengah Atas ana belum pernah mendengar keduanya bertengkar atau saling membentak. Jangankan membentak, mendengar kata-kata kasar saja tidak pernah. Mungkin kalian akan berkata, “Lho, kok bisa?? Nggak mungkin nggak pernah marahan! Paling nggak diperlihatkan ke anak-anak”. Oke, boleh jadi benar. Ana juga heran, kenapa abi gak pernah marah ke ummi? Apa abi termaksud suami takut istri? Saking penasarannya ana bertanya pada ummi (siapa tau dapat tips pernikahan, hehe) dan jawaban ummi adalah, “Dari awal hingga terakhir bersama mama dan ayah memang tidak pernah bertengkar. Ayah juga tidak pernah memarahi mama, kalau berdebat paling masalah kalian. Mama juga sering tanya kenapa ayah tidak pernah marah dan membetak mama padahal mama sadar mama banyak kurangnya, tapi kalau mama tanya ayah selalu jawab, “tidak ada yang perlu dikoreksi dari mama, ayah tidak menemukan celah untuk bisa marah sama mama” ^_^


Ummi and abi sweet couple banget deh. Apa-apa berdua. Kalau ummi nyuci, ntar abi yang sepulin trus dijemur berdua. Kalau ummi masak, abi bantuin atau paling tidak nemanin ummi masak. Kalau lagi sellow, abi bakalan ngantar ummi kemana-mana.

Walaupun abi orang kantoran, tapi tidak sesibuk ummi. Ummi itu super duper sibuk. Pagi ngantor, siang ngajar, sore sampai malam melayani pasien dan kegiatan-kegiatan lainnya. Walaupun begitu abi selalu memaklumi dan memberikan jutaan perhatian kepada ummi. Siang hari saat ummi tertidur, abi akan melarang kami untuk berisik dan menjaga agar ummi bisa tidur nyenyak. Saat ummi harus menolong persalinan hingga tengah malam, abi akan ikut bangun dan membuatkan ummi segelas susu, bahkan sesekali memijat pundak ummi seakan merasakan lelah yang ummi rasakan. Ana juga sering melihat abi suka mengelus kepala ummi dengan sayang. Tapi bukan berarti abi suami-suami takut istri lho yaa… Abi berlaku demikian karena ummi juga memperlakukan abi sedemikian rupa.





Pernah suatu ketika ummi melihat abi sedang menyetrika, kemudian ummi menghampiri dan berkata “Ayah kenapa setrika baju sendiri? Kan bisa suruh mama atau anak tinggal”. Dengan senyum manis abi menjawab “mama itu capek. Nanti kalau saya suruh mama dan mama tidak mau nanti mamah dosa”. ^_^

Abi itu orangnya sangat pantang membuat ummi cemberut dan selalu berusaha menyenangkan hati ummi. Kadang kalau lagi bercermin ummi sering bertanya mengenai postur tubuhnya, “Mamah gemukan ya??”  Sambil memeluk ummi  dengan sayang, abi menjawab, “Cantik. Menurut saya mamah itu selalu cantik dan ideal".

Terkadang pula ummi bertanya mengenai masakannya yang keasinan. “masakan mama asin sekali ya??” Reflek abi memakan makanannya dengan penuh semangat sambil mengangkat jempolnya dan berkata “Kata siapa asin???  enaaakk… masakan mamah enak. Iya kan???”
Melihat itu, kami hanya bisa tersenyum. Yassalaaam, please deh!  Masakan mamah tuh asin pake banget. Heeeek…


Orang tuaku, aku belum melihat samanya. Bagaimana akhlaknya, kasih sayang yang berlimpah, kedisiplinan dan perhatian yang mereka tunjukan. Hingga dihari terakhirnyapun abi masih berlaku sama. Menemani ummi masak, menyambutku di depan pintu tatkala pulang sekolah lalu menggiringku ke dapur dan duduk dipangkuannya. Mengelus sayang kepalaku dan membukakan kulit rambutan hingga siap kunikmati. Padahal saat itu aku telah berusia 16 tahun, namun perhatian itu seolah semakin bertambah setiap harinya. Aku pikir, hanya aku yang merasakannya, ternyata ummipun merasakan hal yang sama hingga tak jarang ummi selalu bertanya “Mengapa ayah begitu baik? Kalau mama ada salah dan kurang, tolong ditegur”. Dan lagi-lagi abi selalu menjawab “tidak ada yang perlu dikoreksi dari mama” ^_^

Keharmonisan itupun berlangsung hingga hari terakhir abi -rahimahullah-. Beliau melepas nafas terakhir diatas pangkuan ummi, membuatku mengingat kepergian Rasulullah -shalallahu 'alaihi wasallam- saat terbaring dipangkuan ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anh-.

Sebelum kepergiannya, beliau -rahimahullah- sempat bermimmpi yang menurutku merupakan teguran agar abi mencurahkan perhatiannya kepada ummi diakhir sisa hidupnya, karena pada akhirnya ummilah yang akan merasa sangat kehilangan nantinya. Diakhir hayatnya, beliau -rahimahullah- diingatkan untuk memberikan kesan terindah kepada orang-orang yang dicintainya. Dan benar saja, beliau pergi dengan meninggalkan kenangan dan cerita indah kepada orang-orang yang mengenalnya. Kesabaran, kebaikan, keramahan, dan segala kebaikan lainnya. Beliau, sosok yang begitu bersahaja. Sosok yang mengajarkanku bagaimana berkasih sayang. Sosok yang mengajarkanku bagaimana bersikap rendah hati. Sosok yang terus memotivasiku untuk menjadi sosok yang tangguh. Dan melalui beliaulah aku tersadar akan apa itu kehidupan.

Ah, orang tuaku… Betapa romantisnya kalian ^^

Semoga Allah mengumpulkan kalian kembali di Surga sebagaimana Allah telah mempertemukan dan mengumpulkan kalian berdua di dunia yang penuh sesak ini. Semoga Allah memberi tempat yang baik untukmu saat ini wahai abi sayaang… Dan semoga Allah menguatkan dan melindungimu wahai ummi. Bersabarlah, semoga Allah mempertemukan kalian kembali dalam keabadian.

Love u mom ‘n’ dad. Uhibbukum fillah...

Read More..

Sabtu, 04 April 2015

Mengapa Aku Tak Pernah Pacaran ???

Dek, kamu benaran gak pernah pacaran?? // Alhamdulillah mb ^_^

Dek, masok seh kamu gak pernah suka sama cowok atau ikhwan?? Dulukan kamu dari umum to?? //Kalau dulu karena aku tipe pemilih, segala sesuatunya musti perfect ^^

Lha, kalau sekarang??// Pertama, karena udah tau hukumnya. Kedua, cukup Allah yang mengetahui seberapa besar usahaku untuk membuat benteng pertahanan agar hati tak terjangkau oleh lelaki manapun

Kamu gak kesepian po?? // Bagaimana aku bisa kesepian kalau aku memiliki kawan yang selalu ada bersamaku (mushaf Al Qr'an)??

Kalau punya pacarkan setidaknya ada yang memperhatikan dek // Bagaimana mungkin aku bisa pacaran atau sekedar TTM kalau aku telah dikelilingi oleh wanita-wanita sholihah dengan segudang perhatian??

Kamu gak merasa Jenuh? Apalagi usia kamu, puncak puncaknya pengen pacaran // Ketika jenuh, aku memiliki saudari-saudari yang selalu siap berkelana bersamaku untuk mengusir kejenuhan, tertawa dan bahagia bersama

Kamu enggak tersiksa po dek? Hm, maksudnya suka dan cinta sama lawan jeniskan hal yang wajar?? // Sakit. Rasanya sakit, ketika engkau harus meninggalkankan sesuatu yang disenangi oleh syahwatmu. Akan tetapi, bukankah obat itu memang terasa pahit?? Aku yakin, rasa pahit dan sakit yang aku rasakan adalah obat dari penyakit maksiat yang terus menggodaku.

                                                                                       
***


Aku yakin…
Ketika aku disini sedang menjaga diriku untuknya, pria gagah yang menjadi jodohku di seberang sanapun sedang melakukan hal yang sama…

Ketika aku disini menjaga pandangan mataku untuk tidak memandang yang haram, ia di seberang sanapun sedang menjaga pandangannya untukku…

Ketika aku mengisi waktuku dengan hal-hal yang bermanfa’at, ia pun sedang mengisi waktunya dengan hal-hal yang bermafa’at…

Ketika aku selalu mencoba untuk menjadi pribadi yang lebih baik, iapun di sana sedang melakukan hal yang sama, hingga suatu saat nanti Allah akan mempertemukan kami dalam kebaikan dan kemuliaan…

Bukankah pasangan kita adalah cerminan dari pribadi kita??? (yah,walaupun tidak mutlak)

Maka aku tidak akan menghianatinya, karena akupun menginginkan hal yang sama…
Seseorang yang selalu berusaha untuk terus berada diatas keta’atan, seseorang yang kelak akan menggenggam erat tanganku untuk berjalan bersama menuju kampung halaman yang abadi…

Aku dan dia, di SurgaNya…


Read More..

About Me

Foto Saya
Akhwat's Note
Just an ordinary girl...
Lihat profil lengkapku