topbella

Senin, 09 Oktober 2017

Calon Pasangan Halalku



Hai...
Kamu apa kabar?
Semoga sehat selalu dan dalam naungan cinta-Nya. ^_^

Tiba-tiba kepikiran kamu. Iya, kamu. ^_^
Orang yang sama sekali tak ku ketahui dan masih menjadi misteri.

Hmm... 
Kau tahu, tidak gampang tertarik dan mengagumi seseorang itu asyik, tapi juga terkadang greget di waktu yang sama.

Enaknya hati lebih terjaga dan tak mudah diisi oleh orang lain, jauh dari kata galau ^_^

Menolak beberapa ikhwan yang ingin serius sering membuatku bertanya dalam hati,  "Siapakah kamu? Bagaimana rupa dan kepribadianmu? Apakah lebih baik dari mereka ataukah malah sebaliknya?"

Orang-orang di sekitarku sering bertanya kriteria seperti apa yang aku inginkan dan aku pun bingung harus menjawab seperti apa. 

Bagiku, Allahlah Pengatur Kehidupan Terbaik. Ya, aku menyerahkan seluruh hidupku kepada-Nya dan biar Allah yang mengatur. Bukankah Allah mengetahui apa yang aku inginkan dan aku butuhkan? Dan aku sangat yakin, Allah tidak akan mengecewakanku.

Kalau tidak memiliki kriteria khusus, lalu mengapa suka menolak???

Hati. 

Bukankah jawaban dari-Nya adalah ketertarikan dan kemantapan hati? 

Dan aku belum pernah merasakan keduanya. Entah kenapa. Simpel, berarti bukan jodoh. 

Tidak pernah minta yang muluk-muluk. Siapapun kamu, sekalipun jauh dari apa yang aku inginkan, tapi jika baik untuk akhiratku, aku selalu memohon agar Allah melembutkan hatiku dan keluargaku untuk menerimamu. Memberiku keikhlasan dan kesabaran untuk berjalan bersamamu menuju kampung halaman Abadi.

Ahhhhh.. Jodoh. 
Sekeras apapun engkau menolaknya, jika jodoh, maka suatu saat ia akan tetap memilikimu. Dan sekeras apapun engkau berusaha meraihnya, jika bukan jodoh, maka ia tidak akan pernah tergapai.
                                                                                   ***




"Ya Rabb, titipkan aku kepada pria yang Engkau cintai dan dia mencintai-Mu lebih dari apapun. Dia yang engkau ridhoi dan dapat membimbingku berjalan bersamanya menuju surga-Mu. Dan apabila yang Engkau pilihkan tidak sesuai dengan apa yang aku inginkan, ku mohon, berikan aku keikhlasan dan kesabaran menerima ketetapan-Mu. Dan jangan pernah berhenti mencintaiku. Ya,  cukup cinta-Mu... Cukup terus mencintaiku,  dan aku yakin semua akan baik-baik  saja". 
Read More..

Jumat, 22 September 2017

Istidraj

"Aku sering maksiat, tapi kok aman-aman aja ya? Prestasiku semakin meningkat, keunganku justru semakin bertambah, dan hidupku lancar saja?"

Tak sadar, azab Allah tak selalu berbentuk musibah. Hukuman terberat bagi pelaku maksiat adalah saat kenikmatan dalam beribadah sudah dicabut oleh-Nya

Saat sholat tak lagi dinikmati, saat bacaan Al qur'an tak lagi menggetarkan hati, bahkan sering kali terlupakan.
Saat ibadah hanya jadi ritual penggugur kewajiban, terasa jadi beban, minim hikmah, hilang khusyu', dan tak punya dampak pada perbaikan akhlak.

Allah 'Azza wa Jalla berfirman yang artinya:

“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’am: 44)

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ

“Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad).

Maka adakah pemberian yang lebih nikmat dibanding hidayah dan kekhusyuan dalam beribadah?
Read More..

Sabtu, 16 September 2017

Teman Rasa Saudara

Ceritanya kemarin keluar seorang diri ketemu kerabat yang lama gak ketemu dan pulangnya fix aku diomelin karena berani bawa motor sendiri padahal belum mahir?!.

Siapa yang marahin? Mamah? kakak? 

Tentu bukan. Malainkan teman yang super duper protektif. 

Sebenarnya bukan cuman dia doang, karena hampir semua orang yang dekat denganku akan berubah menjadi protektif dan akibat keprotektifan merekalah alhasil hingga mau wisudapun aku belum mahir bawa motor dan baru belajar sekarang. Entah mengapa mereka bersikap seperti itu. Tapi gapapa. Setidaknya bisa nyetir mobil. Hhee

Dengan berbagai alasan mereka sukses membuatku selalu bergantung kepada mereka untuk urusan keluar kesana -kemari.
Susi : "gak usah bawa motor mba. Gak usah belajar. Mba gak cocok bawa motor".
Me : heh? "Gapapa sus. Ajarin ana ya, gak enakan ana repotin kalian mulu".
Susi : " gapapa mba, selama ana free ana bakalan ngantarin mb 'Aisy terus, gak repot kok mba"

Rani : "Kakak gak usah bawa motor aja. Ana gak mau ngajarin. Mending ana panas panasan daripada kakak bawa motor keluar sendiri". Dan dia sukses melarang siapapun yang mau ngajarin aku bawa motor.

Kak Eka : "Mumpung kakak masih di jogja, kakak bakalan antar adek kemanapun. Biar kakak jadi tukang ojeknya adek".

Fix, gak ada yang mau ngajarin ana dikota perantauan ini. Dan akhirnya dengan berbagai paksaan dan wajah memelas dan rayuan teman ana akhirnya terketuk juga pintu hatinya ^_^. "Kalau ana gak diizinin dan diajarin gimana nanti kalau ana lanjut study lagi? Siapa yang ngantarin ana kesana kemari sementara kita sudah pisah?" *emot melas dan puppy eyes andalan emang selalu ampuh. hehehe

Memang rencana setelah ini pengen lanjut kuliah lagi insya Allah karena hijab dan status "akhowat" bagi ana bukanlah halangan untuk menggapai pendidikan setinggi mungkin selagi bukan maksiat dan mendatangkan manfa'at yang lebih banyak why not? Iya gak sih? (Tolong dibenarkan kalau ana keliru tentang ini)

Pernah dengar kata-kata ini:
Salah satu bentuk rizki dari Allah ialah Allah memberikan kita sahabat-sahabat yang baik

Yup. Sahabat yang baik itu bukan hanya membantumu saat kesusahan, tapi sahabat yang baik ialah sahabat yang selalu menguatkan dalam kebaikan dan marah saat engkau berbuat maksiat. Dan aku begitu bersyukur mendapatkannya.

Bukan hanya perhatian, tenaga bahkan materipun rela diberikan secara cuma-cuma. Dan yang lebih menyentuh hati ini adalah mereka yang tak suka melihatku "sedikit" melenceng. Misalnya saat mereka nonton dan aku tak sengaja melintas atau menengok ke arah layar maka salah seorang dari mereka akan berkata, "Mb 'Aisy gak boleh lihat! Nanti hafalannya hilang!!" *sambil nutup layar laptop.

Atau saat akan pergi ke alun-alun kidul sekedar melepas penat di malam hari yang ketika itu juga sedang ada festival musik. Apa yang dikatakan temanku kepada teman yang lainnya saat tau aku juga ingin ikut? Marah, tentu. Dengan nada kesal ia berkata, "Kenapa bilang Aisyah? Jangan ajak-ajak dia ih! Udah tau disana banyak maksiat!".

Sekalipun mereka bukan alumi ma'had, tak sekalipun mereka mengizinkanku untuk melakukan sesuatu diluar kebiasaanku. Dan itu sukses membuatku menangis parah. 

Ya, Allah lagi-lagi menjagaku melalui mereka. As u know iman itu naik turun apalagi untuk anak kuliahan seperti diriku yang lama tak ikut kajian karena sibuk kuliah dari pagi sampai menjelang maghrib dan malamnya harus menyimak setoran hafalan anak-anak, mengerjakan tugas kuliah dan sebagian waktu untuk kepentingan organisasi. Aku pernah berada dipuncak kefuturan dan ingin menyerah dalam hijrah. 

Membayangkan kehidupan dan diriku sebelum hijrah sepertinya begitu menyenangkan, engkau tak perlu berjuang dengan begitu banyak linangan air mata saat menahan untuk tidak bermaksiat ataupun untuk tidak melakukan sesuatu yang tidak Allah cintai.

Kesal dengan sikap keprotektifan mereka?
Ya Allah... Mana mungkin aku kesal. Justru saat itu malah pengen nangis. "Disaat lalai dan letihku diatas al haq, Allah justru selalu melindukngiku untuk tetap berada dijalanNya".

Allah menghadirkan untukku saudari-saudari dengan segudang perhatin.
Saat sakit, maka saudariku akan menyuapiku tanpa aku minta, membuatkan teh hangat dan merawatku dengan tulus. Saat aku begitu disibukan dengan tugas-tugasku hingga tak lagi memiliki waktu untuk diri sendiri, maka saudariku akan mencuci pakaian kotorku dan merapikan barang barangku tanpa aku minta. Saat aku dalam suatu tugas, maka saudariku akan menyiapkan segalanya untukku. Terkadang kaget saat melihat barang-barang yang aku butuhkan telah lengkap tersedia.

Suatu ketika aku qaddarullah kehilangan hp, kemudian salah seorang kakak jauh-jauh dari Solo hari itu juga membelikan hp baru dan diantarkan ke jogja tanpa aku minta. Diberikan secara cuma-cuma. Kalau perlakuan cowok ke cewek mungkin wajar, tak ada yang spesial. Tapi seorang teman wanita yang baru dikenal beberapa bulan dan begitu baik serta loyal padamu, bagiku itu sedikit luar biasa. Padahal cuman ngasih kabar doang kalau hubungin via facebook aja karena hp qaddarullah hilang dan belum sempat beli. Bahkan, jauh-jauh dari Solo cuman buat ngasih hp baru, ngurusin kartu ke grapari, nyuciin baju dinas terus besoknya pulang. Entah, tapi hampir semua yang dekat denganku bersikap seperti itu. 

Sering bertanya kenapa mereka mau melakukan semua itu untukku secara cuma-cuma padahal aku merasa tidak memperlakukan mereka sebaik itu.

Yaa aku BAPER. Bagaimana mungkin aku tidak BAPER saat mereka begitu sering memberikan hal-hal manis untukku. Saat mereka rela mengorbankan apa yang mereka miliki untukku?
Mungkin itulah salah satu sebab mengapa aku masih betah dengan status single dan tak berhubungan dengan lawan jenis manapun hingga saat ini. Alhamdulillah.

Selain karena tau hukumnya, juga alhamdulillah karena perhatian dari orang-orang sekitar sudah terasa sangat berlimpah. Mereka dengan segudang perhatian dan selalu siap berkelana kemanapun saat jenuh melanda. Kurang apa lagi?

Yah, mereka sudah cukup bagiku. Setidaknya hingga detik ini.


"Ya Rabbi... 
Sejauh apapun aku bermain dan selalai apapun aku hari ini...
Aku mohon,
Jangan pernah putuskan penjagaanMu terhadapku...
Jangan pernah berhenti mencintaiku... 
Dan Jangan pulangkan aku kecuali dalam keadaan aku ridho dan Engkau meridhoiku"
Read More..

Sabtu, 07 Januari 2017

Inikah Rasanya?

Tak mengapa perhatian itu pergi... 
Tak mengapa juga rasa itu pergi... 
Mungkin sudah telat untuk memperbaiki...

Kini hanya bisa sekedar merindukan...

Saat engkau selalu menyiapkan makanan dan menyuapiku saat aku sakit...
Saat aku menangis dan engkau turut menitikan air mata, mengusap lembut pundakku...
Saat aku selalu malas belajar tatkala ujian dan engkau selalu mengingatkanku,membangunkanku hingga aku benar2 bangkit...
Saat aku bangun dan handout materi ujian sdh ada disamping bantalku...
Saat engkau rela menyobek buku materimu untuk berbagi denganku...
Saat aku sibuk, lalu pakaian kotor telah tertata bersih rapi di dalam lemariku...
Saat engkau selalu membagi apa yang engkau punya kepadaku...
Saat kita berjama'ah berdua, terisak lalu bercerita mengenai akhirat berdua...
Saat engkau dengan sabar selalu menyimak hafalanku...
Saat aku marah dan engkau membalasku dengan senyum...
Saat aku selalu engkau sertakan dlm do'amu...
Saat engkau rela melakukan apapun untukku...
Saat engkau berkata aku adalah org yg paling engkau sayangi...

Ah, itu dulu...

Saudariku, Taukah engkau... 

Saat engkau membangunkanku untuk belajar dan aku tidak segera bangkit, saat itu bukannya aku tak ingin bangun atau tidur kembali, bahkan rasa kantukku hilang seketika. 

Apakah engkau tau apa yang aku lakukan saat itu? 

Menangis. 

Ya, menangis hingga mata ini sembab. Bagaimana mungkin engkau selalu jauh lebih peduli terhadapku dibanding diriku sendiri? 

Bagaimana mungkin engkau seolah menjadikan dirimu sebagai pelayan untukku? 

Ah, dirimu... 

Kasih sayang Allah begitu terasa melalui dirimu...

Maafkan aku yang seringkali terkesan mengabaikan... 

Kini ku tau rasanya...

Satu pintaku...
 
Jangan lupakan aku... 

Saat kelak engkau di surga dan tak melihatku, tanyakan aku pada Robbmu... 
Tarik tanganku, dan ajak aku kesurga bersamamu...

Uhibbuki fillah yaa ukhty ashashogiiroh...
Read More..

About Me

Foto Saya
Akhwat's Note
Just an ordinary girl...
Lihat profil lengkapku