Minggu, 09 Juli 2023
Teruslah Melangkah
Minggu, 02 Juli 2023
Agar Tak Mudah Jatuh Cinta
Tetaplah bersabar
Rabu, 21 Juni 2023
Motivasi Hidup
Minggu, 23 April 2023
Jangan Tukar Emasmu dengan Perak
Selasa, 21 Juni 2022
Tak Ada Kata Terlambat Untuk Kembali
Banyak hal yang sering terluput. Begitupun akhirat. Sering lupa, bahwa ternyata kita hanya singgah. Bukan Menetap.
Hai diri yang sering lalai...
Teruslah berjalan.
Tidak pernah ada kata terlambat untuk memperbaiki, sekalipun rasanya sudah tersesat jauh.
Asal ingin kembali, pasti Allah memberi jalan. Itu janji Allah.
Silahkan, nyalakan pelitamu sendiri...
Sebaik-baik peneman adalah Allah. Dan sebaik-baik pemberi cahaya jalan ialah Dia.
Semoga Allah Ta'ala ridha untuk membimbing diri yang hina untuk mencapai surga-Nya.
“Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia mereka tidak mengetahuinya.”
Kamis, 29 Juli 2021
Hai Diri... Terima Kasih Telah Bertahan Sejauh Ini
Kamis, 15 Juli 2021
Skenario Tuhan dalam Perjalananku Menemukan Jodoh
Selasa, 13 Juli 2021
Cuplikan Cerita di Waktu Dhuha
Sabtu, 10 Juli 2021
Jika Engkau Mampu Mengukir Kisah Hidupmu dengan Tinta Emas, Maka Lakukanlah!
Rabu, 07 Juli 2021
Sesayang dan Secinta Apapun Seseorang Kepadamu, Dia Juga Punya Hati yang Harus Dijaga
Hidayah Bukan Milikmu
Kamis, 29 Agustus 2019
Cinta Membuatku Rela Menjadi Tukang Laundry
Sebelum berangkat ke sekolah baju-baju laundry sengaja direndam dulu. Bel istirahat saat teman-teman yang lain sibuk jajan dan ngobrol, aku buru-buru dengan langkah cepat bahkan terkadang lari kecil menuju KM (kamar mandi) buat ngucak pakaian laundry terus sholat dhuhah sebelum bel masuk berbunyi.
Tak sampai setahun jadi tukang laundry tanpa sepengetahuan ortu dan betapa lelahnya saat itu. Selalu ngos-ngosan, lupa rasanya tidur siang seperti apa, dan sholat adalah waktu istirahat terbaik, waktu istirahat terindah. Saat aku bisa curhat sepuasnya kepada Rabbku. Menceritakan sepuasnya betapa lelahnya aku saat itu. Betapa terkadang jenuh tapi juga ingin mengisi setiap detik waktuku dengan berjuang dijalan Allah.
Rindu 🌹🌹🌹
Rabu, 03 Juli 2019
Menikahlah Karena Ingin, Bukan Karena Tuntutan
Senin, 03 Juni 2019
Memiliki Anak Sebelum Memiliki Ilmunya, Bijak kah? (1)
Ketika anak diasuh dan dididik dengan asal-asalan maka hasilnyapun akan demikian. Oleh karena itu, jangan salahkan anak jika kelak mengapa anak orang lebih pintar dari dia, kenapa anak orang lain lebih mudah diatur, dll.
Ibaratnya, orang yang berprofesi sebagai guru, dokter, maupun tentara harus memiliki ilmu dibidangnya bukan? Begitupun menjadi orang tua. Tidak mungkin jika anak tiba-tiba tumbuh jadi anak yang hebat, pintar, religius, berakhlak mulia tanpa adanya pendidikan dan ilmu yang cukup dari orang tuanya.
Lalu terlambatkah untuk menjadi orang tua yang professional?
Mengapa saya katakan ditangan orang tua, bukan ibu atau ayah saja? Karena hasil terbaik ada dari kerjasama yang baik, bukan hanya dari salah satu pihak. Masing-masing harus memainkan perannya dengan baik .
Merasa terlambat?
TIDAK.
Jika orang tua kita dulunya kurang memaksimalkan tumbuh kembang kita dengan baik, tidak dibesarkan dengan pola asuh yang baik dan lingkungan keluarga yang kurang kondusif karena kurang harmonis, serta keterbatasan ilmu pengetahuan... maka jangan sampai semua itu terulang pada anak kita kelak. Cukup berhenti pada kita saja, jangan sampai anak kita turut merasakan hal yang sama.
Wallahu Ta'ala A'lam Bishshowaab
Rabu, 30 Januari 2019
Ujian Itu Mau Bagaimana Rasanya, Kitalah yang Menentukan
Me : Saat kita dihadapkan dengan sesuatu yang tidak kita sukai, lakukan sesuatu yang bisa merubah keadaan tanpa harus mengeluh maupun mengganggu orang lain. Cari kipas atapun tempat yang bisa mengurangi gerahnya. Tapi jika tidak bisa, yah cukup nikmati. Tidak usah pikirkan panasnya, tidak usah perdulikan ketidaknyamanannya, istighfar, tenangkan hati. Jikapun masalah tidak terpecahkan, setidaknya kita tidak menambah kadarnya dan merugikan orang lain.
Friend : Masya Allah…
***
Kawan... terkadang mungkin kita bertanya-tanya mengapa kehidupan kita berbeda dengan orang lain. Mengapa hidupnya terlihat lebih enak, lebih beruntung, dll. Terkadang bukan karena mereka menghadapi hal yang berbeda, namun cara mereka meresponlah yang membedakan. Saat dua orang dihadapkan pada dua masalah yang sama, yang satu memilih mengeluh, pasrah dan menyerah ataupun berjuang tapi dengan cara yang salah, sedangkan yang lainnya memilih berjuang dan sama sekali tidak mengeluh serta menampakan kesusahannya pada orang lain, maka keputusan itulah yang akan memberikan hasil yang berbeda.
Cobaan itu ibarat kopi, akan menjadi nikmat jika dipadukan dengan manisnya gula. Mau bagaimana rasanya, kitalah yang menentukan. Jika ingin rasanya manis, tambahkan gula. Jika rasanya terlalu pekat, tambahkan air. Mau rasanya pahit, manis, hangat, panas ataupun dingin, kita yang menentukan. Begitupun dalam kehidupan.
Jika kehidupan ini terasa begitu pahit, maka tambahkan dengan manisnya kesabaran. Siapa kita dan bagaimana kita lima tahun kedepan ataupun setelah meninggal kelak, tergantung bagaimana usaha kita hari ini. Apapun masalahnya, apapun ujiannya, always stay connected to God!
Wallahu a'lamu bish showaab
Lainnya :
Saatnya Menata Hati
There Are Always Choices In Life
Selasa, 04 Desember 2018
Selalu Gagal Move On, Apa yang Salah?
“Bagimana cara agar bisa move on? Ingin melupakan, tapi rasanya kok susah ya?”
Orang yang sedang berjuang untuk move on mungkin sering bertanya seperti itu dan sering juga mendapat jawaban yang sama, “Lupakanlah karena Allah, dan yakin bahwa kelak Allah pasti akan mengganti dengan yang jauh lebih baik.”
Sepintas tidak ada yang salah dari nasehat tersebut, dan memang tidak salah. Akan tetapi, mengapa banyak orang yang gagal dalam implementasinya? Keyakinan yang kurangkah? Atau kesungguhan dalam menerapkannya yang tak maksimal?
Saudariku…
Ternyata ada satu hal yang selama ini sering kali terlupakan. Inti dari move on itu sendirilah yang kerap tidak kita pahami dan abaikan. Bukan sebatas move on dari orang yang kita cintai, akan tetapi termaksud move on dari segala kejadian buruk yang pernah kita alami di masa lalu.
Lantas, apa yang sering terluput
hingga move on selalu saja gagal?
IKHLAS.
Ya, inti dari move on adalah ikhlas. Move on bukan tentang bagaimana kamu melupakan, namun tentang bagaimana kamu mengikhlaskan. Saat dimana tidak ada lagi rasa sakit tatkala teringat. Cara ini memang tak mudah, namun akan jauh lebih baik bagi kesehatan jiwa dikemudian hari.
Untuk melupakan sesuatu apalagi tergolong berkesan dalam hidup, baik itu kesan baik atau kesan buruk bukanlah hal yang mudah. Bahkan rasanya hampir mustahil, kecuali jika kamu lupa ingatan. Pun, move on juga bukan hanya perkara bisa atau tidak. Jika ditanya bisa atau tidak? InsyaAllah bisa, yang jadi masalah adalah mau atau tidak?
Berdamailah dengan masa lalu. Tidak perlu bersusah payah untuk melupakan. Bahkan tidak harus melupakan, karena jika teringat maka rasa perih itu akan terasa lagi. Ikhlaskanlah! Sehingga, meskipun tiba-tiba kamu teringat, kamu akan tetap baik-baik saja. Mulai sekarang, belajarlah untuk memahami mana yang harus dipertahankan, mana yang harus diperjuangkan, dan mana yang memang harus untuk diikhlaskan.
Rabu, 28 November 2018
Cara Mudah Menghafal Qur'an?
Yup. Salah satunya adalah selalu mengeluh tanpa berbuat sungguh-sungguh dan selalu compare hasil kita dengan hasil orang lain.
Tidakkah kita berpikir, bahwa terlalu murah untuk membalas kebaikan kedua orang tua dengan gelar dunia, materi dan sejenisnya? Semua itu ada waktu limitnya. Tak akan bertahan lama. Jabatan dan prestasi dunia hanya akan mengharumkan nama kita di daerah tertentu saja dan dimasa itu saja. Setelah itu? Selesai. Pun, harta dunia yang kita kumpulkan bisa dalam sekejap hilang begitu saja, dan juga tak akan meringankan beban kita di akhirat kelak.
Gempa dan tsunami Palu, Sigi dan Donggala belum lama ini menyadarkan kita bahwa harta, rumah, kendaraan mewah yang dikumpulkan mati-matian, kerja siang malam bertahun-tahun untuk mendapatkannya bisa dengan mudahnya hilang dan hancur begitu saja dalam sekejap. Semua yang dibanggakan bisa hilang begitu saja. Tak ada yang kekal. Kekekalan yang sesungguhnya dimana? Akhirat.
"Siapa yang menghafal Al Qur'an, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari. Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, "Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam ini?" Lalu disampaikan kepadanya, "Disebabkan anakmu telah mengamalkan Al Qur'an." (HR. Hakim 1/756 dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani -rahimahullah-)
Itulah hadiah yang kekal. Kebanggaan yang haqiqi disaat para orang tua dan anak-anaknya hanya mampu tertunduk kaku. Saat dimana gelar, jabatan dan harta yang dibanggakan semasa di dunia tak lagi bermanfa’at. Dulu saya termaksud orang yang berprinsip, “Jika engkau mampu berusaha meraih berlian, lantas mengapa harus mengambil barang plastik dan puas dengan itu?”
So guys… Menghafal Al Qur’an itu tidak mudah. Apalagi mempertahankannya. Tapi bukan berarti mustahil. Toh, banyak orang yang berhasil. Just don’t quit. You quit, you lose. Yakinlah, setiap orang yang berjalan pasti akan sampai. Tak perduli sepelan apa ia berjalan suatu saat ia pasti akan tetap sampai juga ke finish line. Begitu juga dalam menghafal. Selambat apapun engkau merasa menghafal, yakinlah akan sampai juga. Hal terpenting adalah sungguh-sungguh, banyak berdo’a, dan jahui maksiat.
TAK ADA KATA TERLAMBAT! Take action and try harder. Stop compare proses kita dengan orang lain karena setiap orang punya prosesnya masing-masing dan waktu pencapain yang berbeda-beda. It’s gonna be tiring of course. It gonna be boring, and it’s gonna hurt. But you just gotta keep going!
Wallahu a'lamu bishshowaab