topbella

Selasa, 24 Juli 2018

Janganlah Menjadi Wanita yang Mudah Didapat dan Dilihat Dimana-Mana

Dan jadilah wanita layaknya mutiara yang terjaga

Tak tersentuh kecuali oleh pemiliknya...

Ia cantik dan rupawan,
tapi ia tau kepada siapa saja kecantikannya
dapat ia perlihatkan...

Suaranya lembut, indah, tak pernah menyakiti dalam
bertutur...

Bercengkrama dengannya selalu menyenagkan,
akan tetapi tak sembarang pria bisa merasakan...

Ia cerdas dan berpendidikan,
berdiskusi dengannya selalu menyenangkan

Ia layaknya mutiara yang tersembunyi di dasar lautan

   Dan yang mendapatkannya, hanyalah "dia" yang mampu
   menahan napas lebih lama dari sesaknya lautan terdalam


Read More..

Selasa, 17 Juli 2018

Siapa yang Hendaknya Kupilih? (2)

Sejatinya manusia pasti dalam lubuk hatinya menginginkan pasangan yang lebih baik darinya, yang bisa menuntunnya dalam keta'atan. Orang baik itu banyak. Cerdas? Banyak juga. Tapi yang paham agama dan mengamalkannya? Sayangnya sedikit.
 
Mungkin sebagian kita berpikir, "Ah, tak mengapa tak kenal sunnah dan belum nyunnah. Nanti insya Allah bisa berproses bersama, yang terpenting akhlaknya baik".

Subhanallaah...
Sayangnya hidayah itu milik Allah, dan Allahlah yang memberikannya kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Kita tak bisa menjamin hidayah itu akan diberikan kepada orang yang kita sayang. Baiknya akhlak itu sebaiknya jangan dijadikan standar utama. Orang baik itu banyak. Dan kebaikan akhlak itu bisa diusahakan. Tapi orang yang diberi hidayah itu jarang, dan sayangnya kita tak bisa memberikan hidayah kepada orang yang kita inginkan. Sebagaimana Rasulullah -Shalallahu 'Alaihi Wasallam- yang tidak bisa memberi hidayah iman kepada pamannya, padahal beliau adalah salah satu orang yang sangat beliau cintai. Lantas, bagaimana dengan kita???

Tak masalah berpikir seperti itu. Tapi coba renungkan lagi, yakin jika suatu saat nanti ia akan turut hijrah dan akan membangun keluarga yang sesuai dengan sunnah bersamamu? Alhamdulillah kalau ia... kalau tidak? Terutama untuk kalian saudariku yang telah berhijrah. Ingat-ingatlah betapa beratnya perjuanganmu diawal-awal hijrah hingga akhirnya engkau sampai pada titik ini. Telah banyak hal yang dikorbankan, maka haruskah menikah dalam pertaruhan? 

Dalam berumah tangga yang utama ialah harus sekufu, dan sevisi misi. Mempercayakan dirimu kepada seseorang yang tak sekufu dan sevisi misi sama dengan menikah dalam pertaruhan. Namanya wanita itu kodratnya disetir, bukan menyetir. Seberprinsip apapun seorang wanita, lambat laun ia pasti akan mengikut pada suaminya. Saat engkau mulai menyimpang dalam aturan Allah atau mungkin mulai berbelok, maka bagaimana suamimu akan mengingatkan jika iapun belum paham atau bahkan paham tapi tak perduli? 

Jangan sampai hidayah yang begitu mahal dan telah engkau peroleh perlahan-lahan mulai terlepas tanpa engkau sadari... Karena sejatinya wanita itu lemah, maka ia butuh kepada sosok yang bisa menguatkan dan meluruskan tatkala ia mulai berbelok...
Maka pikirkanlah... Jangan gadaikan akhirat demi secuil dunia.


Rasulullah -Shalallahu 'Alaihi Wasallam- bersabda yang artinya, "Pilihlah yang baik agamanya. Jika tidak, niscaya engkau akan merugi." (HR. Bukhori)


Banyak orang yang sering bertanya, "Lantas bagaimana jika suatu saat datang seorang pria baik  akan tetapi belum mengenal sunnah dan setelah sholat istikhoroh hati ternyata condong dan yakin kepadanya? Istikhoroh berkali-kali akan tetapi jawabannya tetap sama. Dan suatu saat ternyata kita berjodoh dengan orang yang kita ketahui secara dzohir bukanlah orang yang ta'at dan belum nyunnah padahal yang kita inginkan adalah dia yang telah mengenal sunnah?"


Jika demikian, maka pililah sesuai jawaban istikhorohmu. Pilihlah yang menenangkan hatimu dan tetaplah berprasangka baik kepada seluruh takdir Allah, sekalipun terkadang engkau merasa itu tidak adil untuk terjadi kepadamu. Karena...


"Boleh jadi engkau membenci sesuatu padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi engkau menyukai sesuatu padahal itu buruk untukmu. Allah Mengetahui, sedangkan engkau tidak mengetahui" 
(Al Baqarah : 216)

Tetaplah berpikiran positif...
Pertama, boleh jadi suatu saat nanti ia justru mendapat hidayah dan itu melaluimu. Selama ia melakukan kebaikan, selama itu juga pahalanya mengalir untukmu. Orang yang kita lihat biasa saja ataupun buruk saat ini boleh jadi dia justru akan menjadi orang yang jauh lebih baik dan istiqomah dalam keta'atan dikemudian hari saat hidayah menyapanya. Sebagaimana kitapun tidak pernah tahu bagaimana akhir kehidupan kita nantinya.

Kedua, adapun jika ternyata tidak... Maka ingatlah kisah 'Asiyah. Bagaimana Allah meninggikan derajatnya akibat keimanan dan besarnya kesabarannya menghadapi sang suami Fir'aun. Kehidupan rumah tangganya terasa begitu menyesakkan, namun ia memilih bersabar hingga Allah memberikan Surga akibat kesabarannya dan kisahnya pun diabadikan didalam Al Qur'an  yang mulia. Maka kemuliaan apalagi yang lebih indah dari itu? Boleh jadi keluarga yang tidak seindah yang engkau bayangkan, namun engkau tetap dalam keta'atan dan bersabar didalamnya justru itulah cara Allah meninggikan derajatmu di SurgaNya kelak. Maka berprasangka baiklah terhadap ketetapanNya... Tak ada suatu hal buruk yang kita alami kecuali PASTI ada hikmah dibaliknya.

Bersabarlah... raih cintaNya, dan tetaplah dalam keta'atan
Kerena Allah tak akan pernah menyia-nyiakan hambaNya yang bertaqwa, kecuali PASTI Allah akan memberi balasan terindah untuknya suatu hari nanti


Wallahu Ta'ala A'lamu Bishshowaab


Read More..

Minggu, 15 Juli 2018

Siapa yang Hendaknya Kupilih? (1)

Tak usah baper saat melihat teman menikah, karena menikah itu bukan tentang siapa yang paling cepat menuju pelaminan. Tapi menikah itu ialah tentang siapa yang paling lama mempertahankan pernikahan dan seberapa barokah keluarga yang dibangun diatas syari'at.

Kenali dirimu... Apakah kamu termaksud orang yang wajib, sunnah, ataukah makruh untuk menikah.
Jika kamu termaksud dalam kategori sunnah untuk menikah, maka tak perlu baper... Tak perlu tergesa-gesa... Yakinlah, akan ada waktunya. Bersama orang yang tepat. Diwaktu yang tepat. Karena menikah itu durasinya hingga maut memisahkan, bukan ketika bosan lantas boleh melepaskan...

Percayalah, tulang rusuk tak akan pernah tertukar. Pun, jodoh tak akan kemana. Jodoh selalu tau kemana dia harus pulang, walaupun terkadang ia harus kesasar terlebih dulu di hati orang.

Saudariku... Sebelum ingin menikah tanyakanlah pada hatimu, "Dengan apa aku akan bahagia?"
Jika bahagiamu ada pada harta, maka pilihlah ia yang memiliki harta. Jika bahagiamu ada pada tampang, maka pilihlah ia yang parasnya rupawan. Namun jika ternyata bahagiamu ada tatkala hatimu dipenuhi oleh cinta kepadaNya dan hidup diatas sunnah RasulNya, maka pilihlah ia yang mampu berjalan bersamamu diatas keistiqomahan... 

Ibnu Taimiyah -rahimahullah- berkata yang artinya, “Sungguh kasihan orang-orang yang cinta dunia, mereka (pada akhirnya) akan meninggalkan dunia ini, padahal mereka belum merasakan kenikmatan yang paling besar di dunia ini”, maka ada yang bertanya: “Apakah kenikmatan yang paling besar di dunia ini?”, Beliau -rahimahullah- menjawab: “Cinta kepada Allah, merasa tenang ketika mendekatkan diri kepada-Nya, rindu untuk bertemu dengan-Nya, serta merasa bahagia ketika berzikir dan mengamalkan ketaatan kepada-Nya” (Igaatsatul laahfan) 


Jika engkau memilih karena parasnya, maka paras yang rupawan itu bukanlah jaminan kebaikan akan ada pada diri seseorang. Jika engkau memilih karena harta, maka betapa banyak mereka yang jauh dari kata bahagia sekalipun bergelimang materi? Apakah 'Asiyah bahagia dalam rumah tangganya bersama Fir'aun dalam istanah yang begitu megah? Sayangnya tidak. Materi memang tak bisa dinafikan. Mempertimbangkan materi bukan matre, tapi realistis. Akan tetapi pikirkanlah lagi apakah tumpukan materi akan menjamin ketenangan hatimu? Apakah tumpukan materi akan memberi kebahagiaan yang selama ini diinginkan oleh hatimu? Bukankah nyawa kita tak akan dicabut sebelum kita mengambil seluruh rezeki kita? Dan bukankah rezeki yang telah ditetapkan oleh Allah tak akan pernah diambil oleh orang lain? Lantas apa yang dikhawatirkan? 


Dan lagi... Jangan juga menikah hanya karena cinta... Sebab cinta sejatinya hanyalah secuil rasa yang dititipkan Allah pada hati hambaNya. Jika rasa itu hilang? lantas apa lagi alasanmu untuk bertahan? Apakah yakin rasanya tak akan hambar?
Maka sebelum memilih pikirkanlah, "hal apa yang ada pada dirinya yang akan membuatku akan terus bertahan sekalipun rasa cinta itu telah hilang suatu saat nanti?". Karena hati itu berada diantara dua jemari Allah. Kita mungkin bisa memilih dengan siapa kita akan menikah, tapi kita tak bisa memilih dengan siapa kita akan jatuh cinta. Sebagaimana kita tak bisa menjamin agar cinta itu akan tetap terus sama kadarnya.

Read More..

Jumat, 13 Juli 2018

Waktunya Move On !

Jika kamu tidak diperjuangkan oleh orang yang kamu harapkan,
maka yakinlah, suatu saat kamu akan diperjuangkan oleh
seseorang yang mengharapkanmu...

Tak perlu bersedih! karena waktumu begitu berharga untuk
menangisi seseorang yang bahkan tak pantas ditangisi...
Waktumu begitu berharga untuk memikirkan orang yang belum tentu juga memikirkanmu...

Dia yang menolak dan menyia-nyiakanmu, belum tentu lebih baik darimu...
Boleh jadi menurut Allah kamu adalah pribadi yang lebih baik darinya, hingga Allah menginginkanmu bertemu dengan orang yang lebih baik darinya...
Maka berprasangka baiklah terhadap segala ketetapanNya...

Kosongkan hatimu...
Penuhi dengan cintamu padaNya... 
Karena jika Allah mencintai seorang hamba, 
maka Allah akan memberikan segala yang terbaik untuknya...
Jauh lebih indah dari apa yang ia bayangkan

Kosongkan hatimu...
Biarkan cintamu kepada-Nya besemayam indah di sana

Kelak, yakinlah... 
Ia akan menghadirkan seseorang yang mencintaimu sepenuh hati, 
menerimamu dengan apa adanya...
Read More..

About Me

Foto Saya
Akhwat's Note
Just an ordinary girl...
Lihat profil lengkapku