topbella
Tampilkan postingan dengan label nasehat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label nasehat. Tampilkan semua postingan

Minggu, 09 Juli 2023

Teruslah Melangkah


Hai! Kamu... 

Sesukar apapun saat ini rasanya

Sepahit apapun kenyataannya

Jangan kalah ya...

Tetaplah berdiri

Teruslah melangkah

Karena, kebahagiaan itu tak selamanya mudah

Terkadang, ia memang dibalut dengan kepahitan
Read More..

Minggu, 02 Juli 2023

Agar Tak Mudah Jatuh Cinta


Tetaplah bersabar 
hingga pelangimu datang 


Jatuh cinta itu wajar. Namun, seberapa kadarnya, bagaimana respon kita terhadap perasaan tersebut dan apakah perasaan tersebut ingin dibiarkan tumbuh dan berlanjut, semua sebenarnya dapat kita kendalikan. 

Logika yang Allah karuniakan merupakan salah satu yang dapat mengontrol perasaan bergejolak yang menghampiri hamba-Nya. Maka, sudah semestinya mengajak logika tatkala berhadapan dengan lawan jenis. Jangan sekedar mengandalkan hati. 

Jadilah seseorang yang sengaja menjauh dan pandai menjaga batasan dengan lawan jenisnya. Bukan karena tak tertarik, namun demi menjaga hati dan pikiran agar tidak terkontaminasi dengan hal-hal yang belum saatnya dan tidak seharusnya.

Saudariku… 
Sayangilah dirimu. Jangan berlebihan terhadap lelaki. Tatkala seorang pria mendekatimu, bersikaplah biasa saja. Menjauh jika memang harus. 

Jaga dirimu baik-baik. Engkau yang terjaga, insyaAllah akan dipertemukan dengan dia yang pandai menjaga. Jangan rela menjadi tempat persinggahan. Biarkan hatimu hanya dapat dibuka oleh seseorang yang memang Allah takdirkan untuk bersama. 

“Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula)”. 
(QS. An-Nur: 26) 


Takutlah dengan setiap perkenalan 
Takut terlalu dekat, terlalu erat, hingga akhirnya dikecewakan 
Itu sebabnya lebih baik membuat benteng pembatas 
Bukan karena sombong, namun untuk menjaga hati 
Read More..

Rabu, 21 Juni 2023

Motivasi Hidup



Jika saat ini semua terasa begitu sukar dan gelap... 

Yakinlah, akan ada hari di mana cahaya itu akan datang menyinari 

beserta pemandangan indahnya 

Tetaplah berjalan dan jangan berhenti

Setiap orang yang berjalan pasti akan sampai 

Tak peduli berapa lama dan kapan waktunya, 

tanpa terasa langkahmu akan berhenti pada satu titik yang dituju




Read More..

Minggu, 23 April 2023

Jangan Tukar Emasmu dengan Perak


Sering mendengar motivasi seperti ini… 
“Tingkatkan kapasitas dirimu. Jadilah sholeh/sholehah agar mendapatkan pasangan yang serupa. Pantaskan dirimu agar mendapatkan jodoh yang baik sebagaimana yang engkau harapkan, karena sejatinya pasangan kita adalah cerminan diri”. 

Dulu pernah termotivasi dengan perkataan seperti itu. Bahkan pernah memotivasi diri sendiri maupaun orang lain dengan perkataan serupa. 

Tak jarang banyak para single yang terjebak dalam niat yang salah. Berubah karena manusia, bukan karena Allah. Mendekat kepada-Nya karena sekedar ingin diberi apa yang diinginkan, bukan karena cinta dan rasa takut. Menshalihkan diri semata karena ingin mendapat jodoh yang shalihah dan semisalnya. 

Memang benar pasangan adalah cerminan diri. Yang baik insyaAllah dipertemukan dengan yang baik. Yang shaleh insyaAllah dipertemukan dengan yang shalehah. Pun sebaliknya. Namun, ada hal dan harta karun yang lebih besar dari itu. Yakni, niat yang jujur dan ikhlas karena-Nya. Bukan sekedar untuk mendapatkan hamba-Nya. 

Jangan menukar emas dengan perak. Pahala yang bisa bernilai besar dan menjadi pemberat timbanganmu, jangan ditukar dengan secuil dunia. 

Jadilah taat untuk-Nya semata, bukan sekedar untuk mendapatkan jodoh yang juga taat. 

Tingkatkan kualitas dirimu demi dirimu sendiri, bukan untuk orang lain yang belum jelas dimana keberadaannya. 

Tingkatkan keimanan, karir, karakter, skill dan hal-hal baik lainnya untuk dirimu sendiri. 

Bersinarlah untuk dirimu sendiri, bukan sekedar agar orang lain datang kepada cahayamu. 

Betapa sebenarnya banyak hal-hal baik yang bisa menjadi besar dan bernilai tinggi di sisi-Nya jika itu diniatkan karena Allah. Agar Dia ridho dan cinta. 

Sangat rendah jika tujuan utamanya ialah agar mendapatkan pasangan idaman. 


Untukmu saudariku yang dalam masa penantian… 

Jadilah baik dan taat semata-mata karena Allah dan untuk dirimu sendiri. Meroketlah untuk dirimu sendiri. Adapun hal-hal baik yang datang sesudahnya adalah bonus dan balasan dari-Nya. Allah tak akan dzolim terhadap hamba-Nya. Maka benarkan niatmu. Jangan tukar emasmu dengan perak. Dekati Allah. Semua semata-mata untuk-Nya dan untuk keselamatan akhiratmu. 




Read More..

Selasa, 21 Juni 2022

Tak Ada Kata Terlambat Untuk Kembali


Banyak hal yang sering terluput. Begitupun akhirat. Sering lupa, bahwa ternyata kita hanya singgah. Bukan Menetap. 

Tujuan yang benar bukanlah untuk menikmati manisnya dunia, tetapi mukim dan menikmati indahnya surga. 

Hanya sekedar menggunakan kacamata pribadi dalam memandang hidup bukanlah hal yang baik. Diri yang selalu sok tahu ternyata lupa, bahwa ada firman-Nya yang harusnya dijadikan pedoman. Bukan sebaliknya, tunduk pada hawa nafsu dan ilmu yang belum ada apa-apanya.

Pernah berada pada versi dimana hati selalu merasa rindu dan terpaut dengan-Nya membuat diri ingin merasakannya lagi... Dan lagi. 

Nyatanya sulit, ternyata butuh pegangan. Butuh sosok yang dapat terus mengingatkan. Walau dari kejahuan. 

Di titik ini semakin tersadar... 

Allah -yang Maha Agung- menghadirkan kita seorang diri, di dunia pun harus bisa berjalan sendiri, hingga saatnya tiba, kita akan kembali seorang diri. 


"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” 
(QS. Al Ankabut : 69)


Hai diri yang sering lalai... 

Teruslah berjalan.

Tidak pernah ada kata terlambat untuk memperbaiki, sekalipun rasanya sudah tersesat jauh. 

Asal ingin kembali, pasti Allah memberi jalan. Itu janji Allah. 

Silahkan, nyalakan pelitamu sendiri... 

Sebaik-baik peneman adalah Allah. Dan sebaik-baik pemberi cahaya jalan ialah Dia. 

Semoga Allah Ta'ala ridha untuk membimbing diri yang hina untuk mencapai surga-Nya. 

“Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia mereka tidak mengetahuinya.”⁣



Raha, 
Selepas tahfidz


Read More..

Kamis, 05 Agustus 2021

Jangan Mengeluh

Tak jarang diantara kita masih banyak yang tatkala tersenggol kursi atau apapun itu langsung mengeluh dengan rasa kesal (ish! aduh!), bahkan tak sedikit yang mengumpat. 

Padahal, tanpa kita sadari sebenarnya itu merupakan kesempatan digugurkannya dosa. 


Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya :

“Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa rasa sakit, rasa capek, kekhawatiran, sedih, kesusahan hati atau sesuatu yang menyakiti sampai pun duri yang menusuknya melainkan akan dihapuskan dosa-dosanya.” (HR. Bukhari dan Muslim) 

Dan sabda beliau Shalallahu 'Alaihi Wasallam yang artinya: 

“Dan tidaklah seorang muslim yang tertimpa musibah melainkan Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon menggugurkan dedaunannya.” (HR. Bukhari: 5229) 


Pernah ada di satu fase benci sekali dengan yang namanya keluhan, khususnya untuk diri sendiri. Sejak tau hadits di atas, untuk meringis karena kesakitan pun rasanya enggan, kecuali betul-betul tidak bisa ditahan. 

Entahlah, tidak rela rasanya kalau pahalanya nanti hilang atau berkurang. Mau sakit, ya sudah... sakit saja sekalian. Toh, keluhan ataupun umpatan yang keluar dari lisan kita tidak akan bisa menyelesaikan masalah. 

Keluhan hanya akan membuat kita menjadi malang, mengikis, bahkan menghilangkan pahala ujian tanpa memberi solusi. Bahkan, kesempatan untuk menggugurkan dosa bisa hilang. Jadi kalau sakit, usahakan jangan mengeluh. Entah itu sakit fisik, lebih-lebih masalah hati. Biarkan saja sakit. Selagi bisa ditahan, nikmati saja. Bayangkan, bahwa bersamaan dengan rasa sakit itu dosa-dosa kita sedang digugurkan oleh Allah. Toh, mengeluh pun sama sekali tidak akan pernah mengurangi rasa sakitnya kan? 

“Sesungguhnya Allah ta’ala jika mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberi mereka cobaan.” 
(HR. Tirmidzi).

Lainnya: 
Read More..

Rabu, 07 Juli 2021

Sesayang dan Secinta Apapun Seseorang Kepadamu, Dia Juga Punya Hati yang Harus Dijaga

Dulu selalu menuntut agar orang terdekat menerima segala burukku. Sempat berpikir, jika bukan kepada mereka aku bisa mengeluh, marah, menangis, sedih dan menunjukan "inilah aku" tanpa ada rasa tidak enakan, maka kepada siapa lagi??? 

Tapi pada akhirnya aku tersadar, "Mereka juga manusia yang punya hati dan batas kesabaran. Jika mereka yang harus selalu mengikuti keinginanmu, maka bagaimana dengan diri mereka sendiri?" 

Dulu, karena adik super dewasa dan bijak, jadi suka manja sama adik sendiri. Sungguh berbanding terbalik dari peran seorang kakak yang seharusnya >_<. 

Sampai pada satu kejadian Allah menyadarkanku... 
Sedewasa apapun dia, dia juga butuh sosok yang bisa dijadikan tempat bersandar, tempat berbagi rasa dan keluh kesah. Jika bukan kepada kakak kandungnya sendiri, maka pada siapa lagi? Jangan sampai dia mencari figur yang hilang kepada orang lain.


Pada akhirnya kita harus sadar, bahwa hidup juga tentang bagaimana saling memahami. Jika orang lain mampu kita berikan layanan dan perlakuan yang baik sepanjang waktu, maka kenapa tidak untuk orang terdekat yang kita sayang? 

Hidup juga tentang pengorbanan. 

Lelah? 

Capek sabar mulu? 

Baik mulu? 

Memang. Karena hidup memang untuk berjuang, berkorban, dan melakukan hal-hal terbaik yang kita bisa. Jika ingin senang-senang, tunggu nanti. Di akhirat. Semua pengorbanan, kesabaran, dan rindumu akan sesuatu yang tertahan akan terbalas kok. Tidak sekarang, tapi nanti. Tidak ada satupun yang akan Allah sia-siakan atas apa yang telah dilakukan. Intinya, jangan perlakukan orang sesuka hati. Jangan egois. Sesayang dan secinta apapun seseorang kepadamu, dia juga punya hati yang harus dijaga dan dihargai.
Read More..

Hidayah Bukan Milikmu

Dengan langkah memburu aku menemuinya 

"Kamu merokok?". 

Wajahnya berpaling, memperlihatkan dengan jelas keengganannya menjawab pertanyaanku. Kulihat abu rokok berserakan di sudut ruangan.  Seketika sesak mendera.

Dalam benak terus terpikir untuk segera pergi dan tak terhanyut dengan masalah yang dibuat. Tersadar telah kutinggalkan banyak orang demi dia. Kilasan memori dua bulan lalu berputar layaknya sebuah cuplikan film. 

Teringat asalan dekat dengannya tak lain untuk murubahnya agar kembali ke jalan yang benar, hidup dengan lebih baik dan terarah. Betapa investasi akhirat yang menggiurkan bukan? 

Sosok yang kulihat kehilangan pegangan dan aku berharap semua yang aku lakukan dapat menjadi investasi akhirat saat jasad telah melebur bersama tanah. 

"Ka, jangan pergi. Kalau kakak juga pergi, lalu siapa lagi yang sayang sama aku?" 

"Lihatlah, banyak orang yang sangat peduli sama kakak. Sedangkan aku?"  Ucapannya terhenti, menoleh ke atas dan menarik oksigen dalam-dalam 

"Tetaplah tinggal". 

***

Pada akhirnya aku semakin tersadar, bahwa sekeras apapun usaha kita merubah seseorang, pada akhirnya hidayah tetaplah milik-Nya dan Dialah yang menentukan kepada siapa hidayah itu hendak Ia beri. Sungguh, hidayah itu bukan milikmu yang bebas engkau berikan kepada siapa saja yang engkau kehendaki.

“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. (Al Qashash: 56)
Read More..

Minggu, 30 Agustus 2020

Belajar Memahami

Beberapa tahun lalu punya teman yang saat bersama keluhannya begitu banyak. Sakit fisik yang diderita, masalah keluarga, pertemanan, dll. Akan tetapi, saat bersama orang lain dia terlihat baik-baik saja, bahkan terlihat ceria. Sakit fisik yang selalu dikeluhkan saat bersamaku melebur entah kemana. 

Saat itu seorang teman berkata, "Kamu ngapain segitunya banget sama dia? Dia itu manja amat. Dia baik-baik saja kok. Aku heran masalah dan sakitnya seberat apa?" 
 
Mendengar itu aku hanya tersenyum. Tak terprovokasi, tapi tidak menyangga juga. Wajar. Aku pun terkadang heran, "Wong dia baik-baik saja kok, tapi kenapa selalu tak pernah ingin ditinggal? Selalu bawel dan selalu terlihat lemah saat bersama?" 
 
Dulu hanya sebatas empati. Sebatas ingin memperlakukan orang lain dengan perlakuan terbaik. Dan yang aku tahu, TOLERANSI SAKIT SETIAP ORANG ITU BERBEDA-BEDA. TIDAK SAMA. KITA MAMPU, BELUM TENTU DIA PUN DEMIKIAN. Bukannya sedang bermain peran. Tidak. Ia hanya tak ingin mengumbar keterpurukan dan rasa sakitnya kepada banyak orang. Itu yang aku pahami.

Seiring berjalannya waktu akhirnya aku belajar, bahwa seseorang terlihat baik-baik saja belum tentu hati dan fisiknya pun demikian. 

Terkadang ada rasa perih yang tertahan dalam setiap tawa. Ada sesak yang tersimpan dalam sebuah keceriaan. Hingga kita menemukan orang yang kita anggap tepat untuk dapat berbagi rasa, berbagi rasa sakit yang sebenarnya tak lagi dapat tertahan dalam waktu yang lebih lama. 
 
Terkadang kita hanya menunggu seseorang yang tepat. Seseorang yang membuat kita nyaman menumpahkan seluruh beban yang tersimpan, dan memperlihatkan bahwa "aku sedang tidak baik-baik saja."
Read More..

Rabu, 03 Juli 2019

Menikahlah Karena Ingin, Bukan Karena Tuntutan


Memilih pasangan itu tak usah terburu-buru. Jangan terlalu dipaksakan dan tak usah berpatokan dengan usia. Kita tidak sedang membeli barang di toko yang ketika kita lihat, suka, lantas langsung membeli. Jangan lupa bahwa yang akan kita miliki adalah makhluk hidup, teman seumur hidup, bukan barang. Tak usah tergesa-gesa, nikmati tahapannya. Jika jodoh, insya Allah akan tetap dipersatukan. Akan ada celah untuk bersama, begitupun sebaliknya.

Menikahlah karena memang ingin. Karena sudah mampu dan benar-benar siap. Bukan karena tuntutan. Bukan karena melihat teman-teman menikah. Bukan karena desakan usia ataupun pertanyaan orang-orang. Engkau percaya takdir Allah? Percayalah, ia akan indah.


Jagalah dirimu dengan sebaik-baiknya

Tetaplah taat sekalipun jenuh

Jadilah indah…

Jadilah langka…

Tak pernah tersentuh dan masih tersegel rapi

Buatlah ia yang mendapatkanmu kelak merasa menjadi orang yang begitu istimewa

Karena sosok yang ia miliki belum pernah terjamah sedikitpun

Manjanya, perhatiannya, romantisnya, marahnya, cemburunya belum pernah dirasakan oleh siapapun sebelumnya

Jikapun kelak engkau tidak mendapatkan yang serupa,

Setidaknya engkau telah berlaku baik padanya bahkan sebelum kalian bertemu





Baca Juga :
Read More..

Senin, 03 Juni 2019

Memiliki Anak Sebelum Memiliki Ilmunya, Bijak kah? (1)



Seorang anak punya hak untuk diasuh dan dibesarkan oleh orang tua yang memiliki wawasan yang cukup. Kurang bijak rasanya tatkala akan memiliki seorang anak tapi pasangan suami istri tidak belajar terlebih dulu tentang ilmu parenting, bagaimana memaksimalkan tumbuh kembang anak dengan baik, bagaimana menghasilkan anak yang cerdas, mudah diterima dilingkungannya kelak dan sebagainya. 

Ketika anak diasuh dan dididik dengan asal-asalan maka hasilnyapun akan demikian. Oleh karena itu, jangan salahkan anak jika kelak mengapa anak orang lebih pintar dari dia, kenapa anak orang lain lebih mudah diatur, dll.

Ibaratnya, orang yang berprofesi sebagai guru, dokter, maupun tentara harus memiliki ilmu dibidangnya bukan? Begitupun menjadi orang tua. Tidak mungkin jika anak tiba-tiba tumbuh jadi anak yang hebat, pintar, religius, berakhlak mulia tanpa adanya pendidikan dan ilmu yang cukup dari orang tuanya.


Sebaliknya, anak yang dididik atas dasar ilmu dengan memperhatikan nutrisi, perkembangan sel-sel otaknya agar menjadi anak yang cerdas, diperhatikan perkembangan emosional dan spritualnya dengan benar maka akan menjadi anak yang tumbuh dengan kualitas yang baik insya Allah.

Lalu terlambatkah untuk menjadi orang tua yang professional?


Tidak.

Caranya?

Banyak-banyak membaca. Banyak-banyak mencari tau.

Jadi orang tua maupun calon orang tua tidak boleh malas membaca, tidak boleh tidak belajar,  khususnya seorang ibu. Ibu itu harus pintar, harus cerdas, harus berwawasan. Karena melalui perantara orang tualah generasi penerus yang berkualitas akan tumbuh . Melalui perantara orang tualah putra putri terbaik bangsa yang kelak akan mengemban dakwah dan expert dibidangnya akan dilahirkan.  
Mengapa saya katakan ditangan orang tua, bukan ibu atau ayah saja?  Karena hasil terbaik ada dari kerjasama yang baik,  bukan hanya dari salah satu pihak. Masing-masing harus memainkan perannya dengan baik .


Merasa terlambat? 


TIDAK. 


Jika orang tua kita dulunya kurang memaksimalkan tumbuh kembang kita dengan baik,  tidak dibesarkan dengan pola asuh yang baik dan lingkungan keluarga yang kurang kondusif karena kurang harmonis, serta keterbatasan ilmu pengetahuan... maka jangan sampai semua itu terulang pada anak kita kelak. Cukup berhenti pada kita saja,  jangan sampai anak kita turut merasakan hal yang sama. 

Anak itu ibarat adonan sebelum dimasukan keoven, bisa kita bentuk sesuka hati. Asal jangan dibentuk pas keluar dari oven, akan sulit diubah bentuk dasarnya. Salah sedikit bisa hancur. Hanya bisa diberi aneka topping sebagai pemanis.



Wallahu Ta'ala A'lam Bishshowaab
Read More..

Sabtu, 30 Maret 2019

A Letter To My Little Sister

Dear My Little Sis...
akhwatsnote.blogspot.com


Saat jenuh datang, istirahatlah sejenak...

Jangan terlalu dipaksakan...
Istirahat boleh, tapi tidak untuk mundur dan berbalik ke belakang

Jadikan sholat sebagai waktu untuk beristirahat...
Waktu untuk berkelu kesah sepuasnya...

Curhat dengan manusia terkadang tak mendapat solusi,
tapi dengan Allah sudah pasti akan diberi jalan keluar...

Saat sholat, menangislah sepuasnya...
Mengeluh sepuasnya...
Curhat sepuasnya...
Buat Allah luluh... Buat Allah cinta...
Karena jika Allah telah cinta kepada seorang hamba,
maka Allah akan menghimpunkan banyak kebaikan untuknya serta membuat manusia dan malaikat turut mencintainya

Nikmatilah waktu-waktu berjuangmu...
Suatu saat, justru saat-saat seperti itulah yang akan dirindukan dan akan selalu terkenang... 

Teruslah semangat, teruslah berdo'a...
Semakin gelap malam, semakin ia mendekat cahaya fajar

Laa tahzan! Believe that everything will be worth it. You pray, Allah listens. You've Allah... and Allah loves you. 
Read More..

Rabu, 30 Januari 2019

Ujian Itu Mau Bagaimana Rasanya, Kitalah yang Menentukan

Di dalam sebuah kapal menuju Kendari…

Friend: Subhanallah, panaasss… (sambil kipas-kipas kegerahan)

Dua jam kemudian saat sampai hotel…

Friend : Tadi kepanasan gak sih? Tidurnya tenang sekali. Sampai mikir dalam hati anty kepanasan gak sih. Saya saja sampai bolak-balik kiri-kanan saking panasnya. Maaf ya ukh kalau terganggu.

Me: (senyum) ^_^. Kalau ditanya panas atau tidak, yah panas. Sama, saya juga rasa panas (karena memang saat itu suhunya panas dan sangat gerah ditambah lagi padatnya penumpang). 

Friend : Terus kok tenang gitu? 

Me : Terus harusnya gimana? (sambil senyum)

Friend : …

Me : Gak ada yang bisa dipakai buat kipas. ^_^
Mengeluh? Mengeluh juga tidak akan membuat panas dan gerahnya menjadi hilang bukan? Balik badan kiri-kanan juga tidak akan mengubah suhu bukan? Dengan mengeluh, panasnya justru membuat kita tersugesti hingga akhirnya terasa semakin panas dan gerah. Bolak-balik badan saat duduk justru bisa membuat orang yang berada disamping kita merasa terganggu. Jadi, mengeluh ataupun grasak-grusuk termaksud solusi bukan? Bukan. Mengurangi panasnya nggak? Enggak. Yang terjadi justru apa? Suhu terasa makin panas, makin gerah, hati menjadi gelisah, orang lain disekitar kita boleh jadi terganggu karena kita duduk tidak tenang, dan juga kesempatan mendapat pahala karena bersabar dalam gangguan justru tersia-siakan.

Friend : Jadi ukhty?

Me : Saat kita dihadapkan dengan sesuatu yang tidak kita sukai, lakukan sesuatu yang bisa merubah keadaan tanpa harus mengeluh maupun mengganggu orang lain. Cari kipas atapun tempat yang bisa mengurangi gerahnya. Tapi jika tidak bisa, yah cukup nikmati. Tidak usah pikirkan panasnya, tidak usah perdulikan ketidaknyamanannya, istighfar, tenangkan hati. Jikapun masalah tidak terpecahkan, setidaknya kita tidak menambah kadarnya dan merugikan orang lain.

Friend : Masya Allah…

                                                    ***


Kawan... terkadang mungkin kita bertanya-tanya mengapa kehidupan kita berbeda dengan orang lain. Mengapa hidupnya terlihat lebih enak, lebih beruntung, dll. Terkadang bukan karena mereka menghadapi hal yang berbeda, namun cara mereka meresponlah yang membedakan. Saat dua orang dihadapkan pada dua masalah yang sama, yang satu memilih mengeluh, pasrah dan menyerah ataupun berjuang tapi dengan cara yang salah, sedangkan yang lainnya memilih berjuang dan sama sekali tidak mengeluh serta menampakan kesusahannya pada orang lain, maka keputusan itulah yang akan memberikan hasil yang berbeda.

Cobaan itu ibarat kopi, akan menjadi nikmat jika dipadukan dengan manisnya gula. Mau bagaimana rasanya, kitalah yang menentukan. Jika ingin rasanya manis, tambahkan gula. Jika rasanya terlalu pekat, tambahkan air. Mau rasanya pahit, manis, hangat, panas ataupun dingin, kita yang menentukan. Begitupun dalam kehidupan.

Jika kehidupan ini terasa begitu pahit, maka tambahkan dengan manisnya kesabaran. Siapa kita dan bagaimana kita lima tahun kedepan ataupun setelah meninggal kelak, tergantung bagaimana usaha kita hari ini. Apapun masalahnya, apapun ujiannya, always stay connected to God!


Wallahu a'lamu bish showaab





Lainnya :
Saatnya Menata Hati
There Are Always Choices In Life
Read More..

Selasa, 04 Desember 2018

Selalu Gagal Move On, Apa yang Salah?


“Bagimana cara agar bisa move on? Ingin melupakan, tapi rasanya kok susah ya?”

Orang yang sedang berjuang untuk  move on mungkin sering bertanya seperti itu dan sering juga mendapat jawaban yang sama, “Lupakanlah karena Allah, dan yakin bahwa kelak Allah pasti akan mengganti dengan yang jauh lebih baik.”

Sepintas tidak ada yang salah dari nasehat tersebut, dan memang tidak salah. Akan tetapi, mengapa banyak orang yang gagal dalam implementasinya? Keyakinan yang kurangkah? Atau kesungguhan dalam menerapkannya yang tak maksimal?


Saudariku…

Ternyata ada satu hal yang selama ini sering kali terlupakan. Inti dari move on itu sendirilah yang kerap tidak kita pahami dan abaikan. Bukan sebatas move on dari orang yang kita cintai, akan tetapi termaksud move on dari segala kejadian buruk yang pernah kita alami di masa lalu.


Lantas, apa yang sering terluput hingga move on selalu saja gagal?

 

 

IKHLAS.


Ya, inti dari move on adalah ikhlas. Move on bukan tentang bagaimana kamu melupakan, namun tentang bagaimana kamu mengikhlaskan. Saat dimana tidak ada lagi rasa sakit tatkala teringat. Cara ini memang tak mudah, namun akan jauh lebih baik bagi kesehatan jiwa dikemudian hari.


Untuk melupakan sesuatu apalagi tergolong berkesan dalam hidup, baik itu kesan baik atau kesan buruk bukanlah hal yang mudah. Bahkan rasanya hampir mustahil, kecuali jika kamu lupa ingatan. Pun, move on juga bukan hanya perkara bisa atau tidak. Jika ditanya bisa atau tidak? InsyaAllah bisa, yang jadi masalah adalah mau atau tidak?


Berdamailah dengan masa lalu. Tidak perlu bersusah payah untuk melupakan. Bahkan tidak harus melupakan, karena jika teringat maka rasa perih itu akan terasa lagi. Ikhlaskanlah! Sehingga, meskipun tiba-tiba kamu teringat, kamu akan tetap baik-baik saja. Mulai sekarang, belajarlah untuk memahami mana yang harus dipertahankan, mana yang harus diperjuangkan, dan mana yang memang harus untuk diikhlaskan.




 

 





Read More..

Rabu, 28 November 2018

Cara Mudah Menghafal Qur'an?


Saat mendengar kalimat "Hafal Al Qur'an 30 juz" apa yang sering terlintas dibenak kita? 
 
“Hafal 30 juz? Wah, gimana caranya?”. Jangankan untuk memulai, baru membayangkan saja sudah pesimis.
“Ah, dia mah enak bisa menghafal dari dulu. Sedangkan saya? Kayaknya mustahil, umur sudah segini, sudah telat juga kayaknya,” and bla…bla.. bla…

Ya, antara lain mungkin seperti itu. Saya pun dulu juga sempat berpikir seperti itu. "Wah? like impossible. Umur sudah berapa, aktivitas padat, pikiran mulai bercabang," dll.

Oke.. Tapi tau tidak, apa yang membuat seseorang itu gagal meraih apa yang diinginkan?


Yup. Salah satunya adalah selalu mengeluh tanpa berbuat sungguh-sungguh dan selalu compare hasil kita dengan hasil orang lain.

"Ah, tapi dia mah enak. Emang dasarnya pintar, sudah lama masuk pondok", dll.

Nah, itulah kita…
Kita selalu melihat hasil tanpa mau tau bagaimana start dan prosesnya. Tidak semua para hafidz/hafidzoh itu dilahirkan dari keluarga yang 100 % religious, tak semua juga memiliki IQ yang tinggi, tak semua jebolan pesantren dan mondok bertahun-tahun lamanya. Tak jarang mereka berasal dari sekolah umum. Sedikit berbagi pengalaman pribadi, dulu kelas 10 belum bisa ngaji. Walaupun mulai kerudung gede tapi masih buta huruf hijaiyah. Belum tau mengaji dengan tajwid itu seperti apa. Kelas 10 cuman hafal Al Fatihah, Al Ikhlash, sama An Naas. Itupun Al Ikhlash kadang masih lupa-lupa. Setiap sholat cuman dua surah itu yang selalu dibaca. Sampai malu sendiri sama kerudung gede tapi belum tau ngaji >.< Tapi bagiku saat itu better late than never. I quit, I lose.

Yakinlah, “Besar kecilnya pencapaian yang kita raih tergantung sebesar apa usaha yang kita lakukan dan tentunya tak lepas dari campur tangan Allah”. Kebanyakan kita hanya selalu mencoba sebentar, susah, gagal, menyerah, lalu pada akhirnya berhenti. Padahal untuk meraih sebuah pencapaian besar tentu saja tidak didapat dengan mudah. Jika dianalogikan mungkin seperti ini, seseorang yang ingin membeli berlian otomatis harus bekerja keras untuk mendapatkannya. Sebaliknya, jika kita tidak ingin usaha and try harder itu berarti kita cukup dengan aksesoris plastik yang mudah didapat bahkan tanpa harus usaha kerja siang malam sekalipun.
Tidakkah kita berpikir, bahwa terlalu murah untuk membalas kebaikan kedua orang tua dengan gelar dunia, materi dan sejenisnya? Semua itu ada waktu limitnya. Tak akan bertahan lama. Jabatan dan prestasi dunia hanya akan mengharumkan nama kita di daerah tertentu saja dan dimasa itu saja. Setelah itu? Selesai. Pun, harta dunia yang kita kumpulkan bisa dalam sekejap hilang begitu saja, dan juga tak akan meringankan beban kita di akhirat kelak.

Gempa dan tsunami Palu, Sigi dan Donggala belum lama ini menyadarkan kita bahwa harta, rumah, kendaraan mewah yang dikumpulkan mati-matian, kerja siang malam bertahun-tahun untuk mendapatkannya bisa dengan mudahnya hilang dan hancur begitu saja dalam sekejap. Semua yang dibanggakan bisa hilang begitu saja. Tak ada yang kekal. Kekekalan yang sesungguhnya dimana? Akhirat. 

Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda yang artinya :
"Siapa yang menghafal Al Qur'an, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari. Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, "Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam ini?" Lalu disampaikan kepadanya, "Disebabkan anakmu telah mengamalkan Al Qur'an." (HR. Hakim 1/756 dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani -rahimahullah-)


Itulah hadiah yang kekal. Kebanggaan yang haqiqi disaat para orang tua dan anak-anaknya hanya mampu tertunduk kaku. Saat dimana gelar, jabatan dan harta yang dibanggakan semasa di dunia tak lagi bermanfa’at. Dulu saya termaksud orang yang berprinsip, “Jika engkau mampu berusaha  meraih berlian, lantas mengapa harus mengambil barang plastik dan puas dengan itu?”


So guys… Menghafal Al Qur’an itu tidak mudah. Apalagi mempertahankannya. Tapi bukan berarti mustahil. Toh, banyak orang yang berhasil. Just don’t quit. You quit, you lose. Yakinlah, setiap orang yang berjalan pasti akan sampai. Tak perduli sepelan apa ia berjalan suatu saat ia pasti akan tetap sampai juga ke finish line. Begitu juga dalam menghafal. Selambat apapun engkau merasa menghafal, yakinlah akan sampai juga. Hal terpenting adalah sungguh-sungguh, banyak berdo’a, dan jahui maksiat.

TAK ADA KATA TERLAMBAT! Take action and try harder. Stop compare proses kita dengan orang lain karena setiap orang punya prosesnya masing-masing dan waktu pencapain yang berbeda-beda. It’s gonna be tiring of course. It gonna be boring, and it’s gonna hurt. But you just gotta keep going!


Wallahu a'lamu bishshowaab
Read More..

Selasa, 25 September 2018

Jangan Pernah Berputus Asa Dari Rahmat dan Pertolongan Allah Sekalipun Engkau Adalah Hamba yang Bermaksiat dan Senantiasa Bermaksiat

Pukul 21.00 WITA ceritanya baru pulang. Pas mau keluar dari mobil qaddarullah pintu mobil gak bisa kebuka karena ujung jilbab kejepit pintu, entah bagian mana aku pun bingung. Sekitar 15 menit berusaha tetap saja pintu tidak bisa terbuka, ditarik juga tidak bisa tertarik. And then fix, karena sepi akhirnya mencoba memberanikan diri buat keluar dan masuk ke rumah tanpa jilbab buat ngambil jilbab baru plus cari bantuan. But still, jilbabnya tetap tidak mau tertarik dan pintu belum bisa terbuka. Sudah pakai alatpun tetap tidak mau terbuka. 

Sudah sekitar setengah jam, sudah semakin malam, dan sudah mulai menyerah. Teman yang tolongpun sudah ngantuk dan bilang, “Sudahlah! besok pagi saja, sudah malam! Kayaknya memang harus ke bengkel”. Sempat terbawa juga buat berhenti. Disaat yang nolong pergi, tiba-tiba pengen berdo’a. Tapi nyali seolah ciut. Begitu malu rasanya. “Ya Allah, masikah do’aku akan dikabulkan? Masih pantaskah aku meminta kepadaMu?” hatiku berbisik. Ada sedikit keraguan. Malu dan ciut rasanya meminta disaat maksiat terasa selalu mendominasi. Begitu tak tahu diri rasanya tiba-tiba berdo'a sementara diri berjalan semakin jauh dari Allah. Tapi Alhamdulillah, keyakinan bahwa Allah Maha Pengabul do’a dan menyukai hambaNya yang meminta kepadaNya masih lebih besar dari ciutnya nyaliku.

Selanjutnya dengan penuh keyakinan dan kepasrahan diri ini pun berdo’a, air matapun tanpa malu-malu jatuh begitu saja. Agak lebay ya? Tapi begitulah dari dulu kalau berdo'a dalam kondisi apapun itu air matanya tidak pernah bisa diajak bersahabat ^__^. Dan akhirnya.... dengan bacaan basmalah dan bacaan yang lain akupun menarik jilbab itu perlahan dari dalam. Daannnnn… What amazing, begitu mudah rasanya saat ditarik tanpa harus bersusah payah seperti sebelumnya dan jilbabkupun berhasil diselamatkan walau sedikit agak rusak. Tapi ya tetap Alhamdulillah, setidaknya tidak sobek.

Inti dari cerita ini apa?

Intinya adalah, melalui kejadian ini Allah kembali menyadarkanku akan dua hal dan ini yang ingin dishare :
Pertama, jangan mudah menyerah! Sering kali disaat kita memutuskan untuk menyerah, disaat itu sebenarnya kita sudah hampir berhasil mendapatkan apa yang kita usahakan kalau saja kita mau berjuang sedikit lagi.
Kedua, jangan pernah berputus asa dari Rahmat dan Pertolongan Allah sekalipun engkau adalah hamba yang bermaksiat dan senantiasa bermaksiat. Karena sesungguhnya Allah itu sesuai prasangka hambaNya. 

“Aku menurut persangkaan hambaKu terhadapKu, dan Aku bersamanya ketika ia mengingat (berdzikir) kepada-Ku. Jika ia mengingatKu dalam dirinya, Aku pun mengingatnya dalam DiriKu. Jika ia mengingatKu di tengah orang banyak, Aku pun mengingatnya di tengah kelompok yang lebih baik dari mereka (yakni para malaikat,-pent.)” (HR. Al-Bukhari)  

“Berdo’alah kepadaKu” firman Allah, “Maka akan Aku kabulkan”.

“Sesungguhnya Allah Ta’ala malu bila seorang hamba membentangkan kedua tangannya untuk memohon kebaikan kepada-Nya, lalu Ia mengembalikan kedua tangan hamba itu dalam keadaan hampa/gagal.” (HR. Imam Ahmad, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’)

Jadi, jangan pernah ciut untuk meminta. Jika bukan kepada Allah kita berserah, maka kepada siapa lagi? Dan jika bukan kepada Allah kita memohon untuk dikabulkan, maka kepada siapa lagi?

Terakhir…
Jangan pernah mengeluh saat menghadapi sesuatu yang tidak disukai karena pasti ada hikmahnya, entah itu berupa peringatan, pelajaran, atau bahkan sekedar penggugur dosa. Setiap kejadian yang tidak mengenakan yang kita alami apapun itu pasti ada hikmahnya, itu PASTI. Hanya saja terkadang kitalah yang kurang atau bahkan sama sekali tidak peka. Sebagaimana Allah yang memberiku pelajaran berharga dan semangat baru melalui kisah sederhana ini.
Read More..

About Me

Foto Saya
Akhwat's Note
Just an ordinary girl...
Lihat profil lengkapku