Kamis, 05 Agustus 2021
Jangan Mengeluh
Rabu, 07 Juli 2021
Sesayang dan Secinta Apapun Seseorang Kepadamu, Dia Juga Punya Hati yang Harus Dijaga
Minggu, 11 Oktober 2020
Berhijrahlah dengan Jujur
Selelah, dan sejenuh apapun dirimu dalam hijrah...
Bertahanlah!
Bertahanlah hingga akhir!
Bukan Allah tak peduli padamu, akan tetapi Allah ingin pembuktian seberapa besar keimanan dan ketaatanmu kepadaNya...
Berhijrahlah dengan jujur...
Kelak, akan ada masa dimana Allah akan membalas seluruh ketaqwaan yang engkau usahakan karenaNya...
Jika bukan di dunia, maka sebaik-baik balasan yang Ia berikan adalah di SurgaNya kelak
Minggu, 06 September 2020
Cerita yang Tak Pernah Usai, Jika Itu Tentangmu
Yogyakarta, 6 September 2020...
Apa kabar?
Malam di kota ini semakin larut. Sepi, tapi tidak dengan suasana hati yang sedang bergemuruh. Sejenak menyesapi berbagai rasa yang selama ini selalu hadir namun sesaat.
Rindu. Hanya kata itu yang mampu mewakili seluruh rasa yang bersemayam tanpa permisi. Satu-satunya rasa yang kuizinkan tinggal tanpa ada niatan mengabaikan. Tanpa harus ditepis, ataupun dimusnahkan kehadirannya.
Rasa ini selalu berhasil membuatku berbicara tentangmu, lagi… dan lagi.
Denganmu, aku belajar apa itu cinta sejati. Bukan hanya cinta, tapi juga rindu. Satu rasa yang tak pernah menyakiti jika itu tentangmu.
Denganmu aku tersadar, bahwa bukan cinta sesungguhnya jika tak mendoakan, tak berjuang, ataupun berusaha agar orang yang dicintai mendapatkan sesuatu yang terbaik.
Jika dahulu engkau yang selalu berjuang untukku, kini… izinkan aku yang berjuang untukmu. Izinkan aku merasakan sakit untukmu. Sakit yang dapat membuatmu damai dalam sunyi. Biar kurasakan. Semoga aku kuat…
Rabu, 24 April 2019
Mengapa Aku Tidak Pernah Pacaran? (2)
Orang yang dulu selalu bertanya, “ingin apa?” seraya memelukku bahkan seringkali disertai ciuman sayang dan akupun marah…
Orang yang dulu selalu memberiku motivasi melalui kisah-kisah inspiratifnya dan mengajarkanku banyak hal secara detail tanpa lelah...
Orang yang kurasa paling menyayangiku dibawah kolong langit... Hingga setelah dimarah pun beberapa menit kemudian aku akan datang meminta maaf dan duduk manja dipangkuannya seolah tak pernah terjadi apa-apa...
Terimakasih pernah membuatku merasakannya...
Jumat, 30 November 2018
My Baby Girl Named Pikapong ^_^
My Pikapong itu hampir tidak ada kurangnya dimataku. Hm, kurangnya apa ya? malas bersih-bersih kali ya? hehe. Bukan malas sih sebenarnya, cuman hampir semua waktunya itu cuman belajar dan belajar. Pernah suatu ketika sekitar pukul 02.00 am Paman bangun dan lihat dia lagi belajar terus Paman bilang, "Nak, daripada cuman belajar mending sekalian sholat malam". Dan jawabannya saat itu adalah, "Sudah om". Yah, that's ma lil baby. Disaat anak seusianya banyak yang jauh dari Tuhannya dan hanya memprioritaskan prestasi akademik, My Pikapong tak lupa untuk sholat malam. Disaat anak-anak seusianya banyak menghabiskan waktu untuk hal yang tak berguna dan cerita banyak hal yang tak berfaidah, My Pikapong menghabiskan waktunya untuk bimbingan, belajar, membaca dan tidak berbicara kecuali yang baik. Disaat anak seusianya banyak menghabiskan waktu untuk keluar bersama teman-temannya, maka My Pikapong lebih suka untuk keluar dan menghabiskan waktu bersama mamah.
Dia salah satu orang yang langka menurutku. Baik dan penyabarnya suka bikin speechless, suka bikin tidak bisa tidak nangis kalau ingat dia. Entah bagaimana aku mendeskripsikan, bagiku adik kesayanganku itu unik. Dia jauh lebih dewasa, bijaksana, dan sangat rasional dari anak seusianya. Tak suka omong kosong, basa-basi, dan sejenisnya. Sifatnya itu sudah terlihat sejak dia masih SD, sekitar kelas 3 SD kalau tidak salah. Saat itu teman-temannya ngerjain PR di rumah. Saat teman-temannya lagi ngumpul, dia masuk ke kamar. Terus mamah tanya, "Fika kenapa disini? Itu teman-temannya lagi ngumpul di luar". And my lil sist said dengan wajah innocentnya, "Malas gabung sama mereka. Ngomong gak ada guna-gunanya, bukannya kerja PR tapi malah bicara yang tidak penting" >.< Heh?? See... betapa dia dari kecil benci yang namanya omong kosong dan hal-hal yang tak berfaidah yang hanya akan menghabiskan waktunya secara percuma.
Dia juga salah satu orang yang kalau negur jarang sekali to the point, pasti caranya halus banget. Pernah suatu ketika waktu SMA setelah dia pulang sekolah dia dipeluk peluk, diciumin sama mamah dan masih pake rok sekolah. Dia terus bilang, "Mah, coba lihat rokku". Mamah terus jawab, "Kenapa nak? Roknya rusak? Mau mamah belikan rok baru?". Dia jawab, "Bukan mah... Coba mamah perhatikan warnahnya". Karena mamah bingung, diapun jawab, "Rokku sekarang abu-abu mah. Bukan rok merah lagi". Tau maksudnya apa? Hehehe. Maksudnya dia mau bilang, "Aku udah gede mah, bukan anak kecil lagi. Jadi berhenti cium dan peluk-peluk aku". Pun kalau ana cium gemes (ini kadang agak parah sih... ana gak bisa sehari gak cium dia, ciumnya pun kadang saking gemesnya suka sampai pipinya penyok-penyok, hehehe) terus kadang ana nanya, "De, kok gak marah?". Dia jawab, "Nanti juga kakak capek sendiri" ^___^ wkwkwk. Dia tau aja kakaknya ini gak bisa dilarang ^_^. Tapi malah kadang bikin tambah gemes...
Dia tipe orang yang kalau tau ilmu apapun itu pasti bakal diterapkan, super teoritis. Gak boleh buang sampah sembarang lah, gak boleh makan yang mengandung banyak pengawet sampai-sampai sampah-sampah dipinggir laut dipungut semua sama dia ^__^. Sejak SD semua orang yang masak dirumah dijagain sama dia, gak boleh masak menggunakan vik**n, ma**ko, dll. Semua dibawah kontrolnya >_<
Terakhir cuman mau bilang...
One day, kalau adek baca ini.. You have to know that kakak love you more than I love ma self. You're one of the best person I've ever met and maybe, i'll never find another you. Keep being amazing with your good heart. Never forget that you've many people who love you. Learn from everything you can. Always be better in everything. Never give up! Never lose hope even though you want to. Be the girl I know you can be. Wishing you a lifetime of happiness. How lucky i am to have a sist like you de. Baarakallahu fiik. Love you!
Kamis, 10 Desember 2015
My Family My Strength
Dari keluarga penuh kasih itu, aku belajar untuk terus menyayangi
Dari keluarga disiplin itu, aku belajar akhlak-akhlak mulia
Dari keluarga harmonis itu, aku merasakan betapa nikmatnya berjuang bersama
Dari keluarga yang terus diuji itu, aku merasakan betapa indahnya sebuah kesabaran
Dan dari keluarga tangguh itu, aku tahu bahwa dunia bukanlah persimpangan terakhir
🌠🌠ðŸŒ
Senin, 27 April 2015
My Lovely Family Part 2
Sebelum membaca My Lovely Family Part 2, silahkan membaca part 1nya disini.
Ummi and abi sweet couple banget deh. Apa-apa berdua. Kalau ummi nyuci, ntar abi yang sepulin trus dijemur berdua. Kalau ummi masak, abi bantuin atau paling tidak nemanin ummi masak. Kalau lagi sellow, abi bakalan ngantar ummi kemana-mana.
Walaupun abi orang kantoran, tapi tidak sesibuk ummi. Ummi itu super duper sibuk. Pagi ngantor, siang ngajar, sore sampai malam melayani pasien dan kegiatan-kegiatan lainnya. Walaupun begitu abi selalu memaklumi dan memberikan jutaan perhatian kepada ummi. Siang hari saat ummi tertidur, abi akan melarang kami untuk berisik dan menjaga agar ummi bisa tidur nyenyak. Saat ummi harus menolong persalinan hingga tengah malam, abi akan ikut bangun dan membuatkan ummi segelas susu, bahkan sesekali memijat pundak ummi seakan merasakan lelah yang ummi rasakan. Ana juga sering melihat abi suka mengelus kepala ummi dengan sayang. Tapi bukan berarti abi suami-suami takut istri lho yaa… Abi berlaku demikian karena ummi juga memperlakukan abi sedemikian rupa.
Pernah suatu ketika ummi melihat abi sedang menyetrika, kemudian ummi menghampiri dan berkata “Ayah kenapa setrika baju sendiri? Kan bisa suruh mama atau anak tinggal”. Dengan senyum manis abi menjawab “mama itu capek. Nanti kalau saya suruh mama dan mama tidak mau nanti mamah dosa”. ^_^
Orang tuaku, aku belum melihat samanya. Bagaimana akhlaknya, kasih sayang yang berlimpah, kedisiplinan dan perhatian yang mereka tunjukan. Hingga dihari terakhirnyapun abi masih berlaku sama. Menemani ummi masak, menyambutku di depan pintu tatkala pulang sekolah lalu menggiringku ke dapur dan duduk dipangkuannya. Mengelus sayang kepalaku dan membukakan kulit rambutan hingga siap kunikmati. Padahal saat itu aku telah berusia 16 tahun, namun perhatian itu seolah semakin bertambah setiap harinya. Aku pikir, hanya aku yang merasakannya, ternyata ummipun merasakan hal yang sama hingga tak jarang ummi selalu bertanya “Mengapa ayah begitu baik? Kalau mama ada salah dan kurang, tolong ditegur”. Dan lagi-lagi abi selalu menjawab “tidak ada yang perlu dikoreksi dari mama” ^_^
Keharmonisan itupun berlangsung hingga hari terakhir abi -rahimahullah-. Beliau melepas nafas terakhir diatas pangkuan ummi, membuatku mengingat kepergian Rasulullah -shalallahu 'alaihi wasallam- saat terbaring dipangkuan ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anh-.
Sebelum kepergiannya, beliau -rahimahullah- sempat bermimmpi yang menurutku merupakan teguran agar abi mencurahkan perhatiannya kepada ummi diakhir sisa hidupnya, karena pada akhirnya ummilah yang akan merasa sangat kehilangan nantinya. Diakhir hayatnya, beliau -rahimahullah- diingatkan untuk memberikan kesan terindah kepada orang-orang yang dicintainya. Dan benar saja, beliau pergi dengan meninggalkan kenangan dan cerita indah kepada orang-orang yang mengenalnya. Kesabaran, kebaikan, keramahan, dan segala kebaikan lainnya. Beliau, sosok yang begitu bersahaja. Sosok yang mengajarkanku bagaimana berkasih sayang. Sosok yang mengajarkanku bagaimana bersikap rendah hati. Sosok yang terus memotivasiku untuk menjadi sosok yang tangguh. Dan melalui beliaulah aku tersadar akan apa itu kehidupan.
Ah, orang tuaku… Betapa romantisnya kalian ^^
Semoga Allah mengumpulkan kalian kembali di Surga sebagaimana Allah telah mempertemukan dan mengumpulkan kalian berdua di dunia yang penuh sesak ini. Semoga Allah memberi tempat yang baik untukmu saat ini wahai abi sayaang… Dan semoga Allah menguatkan dan melindungimu wahai ummi. Bersabarlah, semoga Allah mempertemukan kalian kembali dalam keabadian.
Love u mom ‘n’ dad. Uhibbukum fillah...
Sabtu, 27 Desember 2014
Embun Pagi ( Percakapan Kakak dan Adik Via WA)
Adik : "Banguuuuuuun!!!!
Payah ! jam segini masih tidur !!
Kakak payah !" *masang emot meledek*
kakak : "hahahaha"
Adik : "Ya elah kak... Kan belajar seumur hidup. Jadi nyari uangnya kapan dong???" *he, si adek kelihatan deh matrenya*
Kakak : "Belajar kan butuh guru. Mumpung gurunya masih hidup dan masih mampu mengajar. Rizki orang semuanya telah diatur oleh Allah. Tidak akan berubah sedikitpun. Kita tidak akan mati sebelum mengambil semua rezki kita yang sudsh ditakdirkan. Tapi emang benar sih sebaiknya sambil kerja."
Kakak : "Siapa sih yang gak mau menyenangkan ortu, pingin dilihat sukses oleh ortu, pengen dilihat bahwa aku ini loh anakmu... Anak kecil yang dulu suka minta uang, sekarang sudah ngasih uang... Anak yang suka dibeli'in sekarang sudah bisa membelikan"
Hening.
Sang kakak melanjutkan ketikannya...
Kakak : ""Tapi kalau cuman itu makna sukses dipikiran kita... Berarti kita masih belum dewasa. Masih belum memiliki pikiran jauh ke depan. Sukses itu adalah ketika engkau menginjakkan kedua kakimu Di Surga Allah. Itulah sukses...
Ketika engkau menyelamatkan orang tuamu dari kemurkaan Allah, itulah sukses.......
Boleh kita berpikir seperti itu, tapi jangan lupa akan sukses yang heqiqi. Saya tau kita (baca:kamu) punya banyak ambisi. Termasuk agar sukses, agar orang banyak mengambil manfaat dari ilmu yang kita miliki... Mudah-mudahan apa yang kita cita-citakan ikhlash karena Allah karen jika ikhlash insya Allah, Allah akan mengabulkan,,,Tapi ingat! jangan sampai dalam prosesnya ada sesuatu yang tidak Allah sukai... Karena bagaimana mungkin kita akan mendapat keridhoan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak sukai???
Belajar.... Jadikan ilmu itu bermanfaat bagi diri kita dan orang lain.... Buat etta (baca : ayah) bangga... Buat dirimu tetap seperti yang dikenalnyaa dulu... Jangan berubah sedikit pun...Jangan lupa do'a...
Agar ia bahagia...
bangga...
Karena telah diberi kesempatan oleh Allah Memiliki dan membesarkan anak seperti kita... Semoga Allah mempertemukan kita kembali di surgaNya....Ditempat dimana kita bisa bercanda dan tertawa kembali tanpa dibatasi oleh waktu dan kesedihan..."
Hening
Adik : "Aamiin"
Hanya satu kata itu yang berhasil ia ketik dengan tangan yang masih terasa kaku. Pernyataan yang tadinya ia maksudkan untuk mengisengi sang kakak di pagi hari malah dijawab dengan nasihat yang bagaikan tamparan baginya. Setahun terakhir yang begitu hebat telah ia lalui hingga tanpa sadar membuatnya lupa akan banyak hal. Ia ragu apakah yang ia jalani saat ini adalah ikhlash karena Allah ataukah karena luka yang sebenarnya tanpa ia sadari telah membekas. Namun satu hal yang selalu membuatnya bersyukur karena Allah selalu menghadirkan orang-orang yang menjadi alarm pengingat dalam setiap kelalaiannya.
***
Kamis, 06 Juni 2013
Liburan Ke Pulau Indo
Berikut gambar pulau Indo yang berhasil ana ambil dari atas kapal
Sabtu, 03 September 2011
My Lovely Family ( Part 1)
Sementara banyak orangtua yang memiliki anak berusia remaja merasakan bahwa usia remaja adalah waktu yang sulit. Banyak konflik yang dihadapi oleh orangtua dan remaja itu sendiri. Banyak orangtua yang tetap menganggap anak remaja mereka masih perlu dilindungi dengan ketat sebab dimata orangtua, para anak remaja mereka masih belum siap menghadapi tantangan dunia orang dewasa. Demikianlah pula dengan kedua orang tua kami tercinta. Dalam masa-masa peralihan, rumah kami dipenuhi dengan segudang peraturan-peraturan sebagai bentuk penggemblengan dan pembentukan karakter.
Peraturan rumah bagi ana justru lebih berat jika dibanding peraturan ma’had. Jadi, jika teman-teman ma’had ngerasa kewalahan dengan peraturan asrama yang disiplin, bagi ana udah biasa^^. Kalau di rumah Jam 9 pm kami sudah harus masuk kamar. 1 orangpun gak ada yang boleh keluyuran di luar kamar. Jadi jam segitu sudah harus tidur, adapun jika gak tidur yah belajar, baca buku. Bagi abi, anak yang jarang terlihat dengan bukunya merupakan anak yang malas. Alhasil, kemana-mana kami harus membawa buku ataupun catatan-catatan kecil walaupun terkadang cuman pamer aja biar dibilang rajin sama abi, he.. Adapun tiap malam sebelum tidur kami harus melakukan tes. Nah, tesnya itu merupakan tes yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada kami berdasarkan isi buku yang telah kami baca sehingga ketahuan deh siapa yang benar-benar belajar dengan yang cuman sekedar memegang buku. Keluarga kami pun punya standar nilai terutama untuk nilai raport pada akhir semester. Angka 10 merupakan angka luar biasa ( nilai 10 diraport ana belum pernah. Adapun diantara kami yang berhasil meraih angka sepuluh di raport hanyalah adik), angka 9 baik, angka 8 lumayan, kalau angka 7 ??? Jangan ditanya !! Ini angka aib, pemiliknya gak bakalan dikasi makan, hehehe. Inget banget dulu saudari sepupu ana angkanya menurun padahal angkanya gak jauh beda sama yang juara umum dan pernah dapat angka 7 malah dapat iqob (sanksi). Kalau ana beda lagi, dulu sempat nangis sampai mata bengkak kanyak habis digigit tawon gara-gara di raport terdapat angka 7. Huft,, malunya ana saat itu. Yah jujur saja, sebenarnya salah satu yang melatar-belakangi ana berubah dan mulai ikut kajian itu yah karena ana dapat angka 7 itu,, hehe aneh kan? Yah tapi begitulah kenyataannya, kami bagai seseorang yang terpuruk apabila mendapat nilai ini. Justru sekarang ana jadi bersyukur juga dulu sempat dapat angka 7, hehe. Begitulah keluarga kami, budaya disiplin benar-benar ditegakkan. Begitu pula belajar. Sampai-smpai adik ana itu sekarang jadi kutu buku. Gak suka keluar, dan paling suka berdua ria dengan buku-bukunya.
Di rumah, adab-adab benar-benar ditekankan. Mulai cara makan, cara berjalan dan duduk yang baik, cara berinteraksi dengan yang lebih tua, muda maupun yang sebaya hingga cara buang hajatpun harus penuh etika. Contohnya, ‘afwan yah kalau anak cewek itu pipisnya terkadang bunyi, nah ummi ngasi tips agar gak bunyi, dan percikannya tidak menyebar kemana-mana terutama apabila sedang dirundung kebelet pipis. hahaha.. ada-ada aja kan?? Cara timbah air dengan menggunakan gayungpun ada adabnya. Halah !!! Kebetulan kamar mandi tengah gak pake shower tapi menggunakan bak dan gayung. Beberapa kali ana sempat ditegur saat menimbah air. Kata ummi gak musti bunyinya menyebar kemana-mana apalagi bila sampai mengggema di sudut ruangan. Namun lagi-lagi ummi benar, semua ada triknya tergantung kita saja sejauh mana pandai mensiasatinya. Prinsip ummi sih jangan pernah mau dikalah dengan benda mati !!
Berkaitan masalah adab, ana sempat diberikan kursus kilat berbicara oleh ummi. Kata beliau sih masih ada beberapa huruf yang terdengar kurang jelas jika ana bericara, tempo, pemilihan kata dan lain-lain semua tak luput dari kritikan ummi. Hingga gerakan bibirpun harus diperhatikan ( hehe kalau yang ini bukan ana). Kalau ngomong itu bibirnya biasa aja gak usah dimain-mainin ! Lha, maksudnya?? Jadi gini, tak jarang banyak gadis-gadis remaja yang berbicara dengan memainkan bibir mereka misal : sedikit memonyongkan ataupun menggigit bibir bawah entah apakah itu karena lagi tren dan mencari perhatian terutama dihadapan kaum adam ataukah emang dari sononya, wallahu a’lam. Intinya tetap jaga adab dan kesederhanaan itu indah. Sebab kesederhanaan yang disertai akhlak yang baik itu akan membawa kita pada titik keanggunan.
Mungkin bagi sebagian orang ini berlebihan, namun inilah cara mendidik kedua orang tua kami dalam memperbaiki adab-adab kami yang benar-benar dapat kami tuai hasilnya tatkala kami tumbuh semakin dewasa. Awalnya jenuh juga jika harus menerima teguran namun kami dilatih untuk senang dengan kritikan dan juga saran dari orang lain, sebab dari kritikan dan saran itulah kita dapat berbenah diri dalam menjadi pribadi yang lebih baik. Jika dalam lingkungan keluarga kita pantang memberi maupun menerima kritikan, maka kapan kesalahan itu akan berubah menjadi kebaikan? Sebab orang luar akan merasa tidak enak hati ataupun sungkan apabila menegur keburukan kita. Akhrinya apa ?? kita harus terus berada dalam keburukan yang kita sendiri tak menyadarinya. Maka dari itu, berterima kasihlah kepada oran-orang yang mau memberikan kritik ataupun saran kepadamu !
Yah, kami memang sangat banyak belajar dalam lingkungan keluarga khususnya ana pribadi. Namun bukan berarti kondisi keluarga ana begitu formal dan dingin ! Sungguh salah besar ! Justru abi merupakan seorang yang humoris begitu pula kakak dan adik ana. Kalau ummi dan ana sendiri orangnya rada serius dan lebih suka diam. Yah lagi-lagi perbedaan inilah yang menghiasi karakter kami hingga kamipun dapat saling melengkapi ditengah-tengah kekurangan masing-masing. Kata ummi, silahkanlah main sesuka kalian namun tetap menjaga adab !
Jadi teringat saat-saat ketika aku letih belajar ataupun mengerjakan tugas rumah, abi – rahimahullah – datang menghiburku, memelukku dan membelai lembut rambutku sambil sesekali membawa cemilan di kamar hingga beliau tak membiarkan kamarku kosong dengan cemilan. Terkadang terlihat aneh, ana yang mulai beranjak dewasa masi suka bermanja-manja ria dengan kedua orang tua, namun disitulah yang menunjukkah betapa hangatnya keluarga yang aku berada di dalamnya. Saat hujan turun, maka kami akan berbondong-bondong tidur di kamar ummi dengan disertai candaan-candaan yang sering kali akulah menjadi objeknya. Yah, habis mau gimana lagi, ana gak begitu pandai bercanda dan rada serius. Sungguh suasana rumah begitu indah apalagi ditambah dengan saudari-saudari sepupu ana yang turut bergabung menjadi anggota rumah. Itulah mengapa kami sering dijuluki anak rumahan. Habis mau kemana lagi jika rumah terasa begitu nyaman? Ana terkadang heran dengan orang yang kurang suka berada di rumah dan lebih suka berkumpul dengan rekan-rekannya dibanding dengan berkumpul bersama keluarganya.
Terkadang saat melihat anak-anak di ma’had yang terlahir dalam lingkungan salafy mata ini sempat meneteskan air mata, sungguh betapa beruntungnya mereka. Berkesempatan menimbah ilmu akhirat sejak usia yang sangat dini dilingkungan ahlus sunnah. Namun lagi-lagi ada sesuatu yang menguatkanku serta menjadi sumber motivasiku. Yakni aku terlahir dalam lingkungan keluarga yang hangat dan penuh dengan adab serta kedisiplinan. Keluargaku mengajariku banyak hal yang belum dan sangat sulit aku temukan di luar sana bahkan lingkungan ma’had sekalipun. Sungguh betapa pentingnya perkara adab dan akhlak. Banyak orang berilmu, menghafal qur’an, matan-matan hadits dan berada dilingkungan agamis namun sanyang akhlak serta adabnya tak mampu menyeimbangi ketinggian ilmunya. Rasa empati terhadap orang lain terlihat tak selaras dengan hadits-hadits mengenai perkara adab dan akhlak yang telah ia hafalkan dengan fasih terutama bagi yang menyandang status tholibul ‘ilm, tak jarang cara berbicaranyapun masih kurang sopan bahkan kepada anak mereka ecap kali keluar kata-kata kasar. Dan yang anehnya, mengapa terhadap orang lain kita begitu lemah-lembut sedangkan kepada keluarga sendiri kita terlihat begitu sangar dan kasar?? Ataukah ini yang dimaksud dalam ayat Allah bahwa mereka berilmu namun ilmu tersebut tak sanggup meresap hingga ke hati-hati mereka ?? Wallahu a’lam, ‘afwan ana tidak bermaksud untuk menjudge( menghakimi) orang lain ! Malainkan hanya sekedar menunjukkan keprihatinan. Semoga aku, anda dan keluarga kita terlindungi dari akhlak yang kurang baik dan buruk. Amiin
Senin, 29 Agustus 2011
Haa? Habis Diculik ???
Rabu, 17 Agustus 2011
Kemarin Pake Burdah Dibilang Jalan Mundur,, Sekarang Dibilang Mirip Barbie ???
Saat itu kami sekeluarga sedang bersilaturrahim ke rumah paman. Sewaktu ana sedang jalan menuju mobil ketika hendak pulang, keponakan tante ana berkata dengan nada kaget dan mimik yang terheran-heran ia berkata kepada saudara spupu ana " Kenapa ada orang yang jalan mundur? Itu siapa pake hitam-hitam? Kayak setan ! "
Mendengar hal itu, saudara sepupu ana ketawa kegelian sambil memberitahukan bahwa itu aku ( note: saudara spupu ana sudah terbiasa dan mengerti dengan wanita berpurdah). Sesampainya dirumah, orang-orang serumah pada ketawa ngakak. Yah gapapalah itung-itung bonus romadhon, kan orang sabar disayang....( titik titik)
Well, next...
Keesokan harinya selepas pulang ta'lim ana datang berkunjung ke rumah paman dan kembali bertemu dengan ponakan tante yang kemarin. Karena g ada ikhwan dan kondisi aman, maka ana membuka purdah seraya tersenyum dan menyapanya dengan ramah. Awalnya ia sempat kaget, namun setelah pudah ana terbuka sepupunya sepupuku *tes IQ* malah cetus berkata " wah, ternyata kakak aslinya kayak Barbie "
Hadah.. Gubrag ! Kemarin dikatain jalan mundur kayak setan ( emang ada setan yang jalan mundur y??) sekarang malah dikatain mirip Barbie. Ah, ada-ada aja. Lagi gombal kali ye??
But, lucu juga lihat orang-orang awwam shock saat bertemu akhwat berpurdah. Namun jangan sampai kita menjadi minder ataupun down tatkala mendengar ocehan mereka. Kita yang telah diberi ilmu dan kemudahan untuk mengamalkannya justru kudu sabar dalam menyikapinya. Yah, mungkin karena itu merupakan first time bagi mereka. Nah, karena mereka g biasa maka harus dibiasakan. Kalau bukan kita yang memulai saat ini, maka kapan akan membudaya dan menjadi biasa?? Dulu, cadar angker banget. Sekarang, biasa aja tuh * kacamata orang awwam*
Jadi teringat seorang ummahat yang merasa kurang PD ( baca: percaya diri) bahkan minder dengan cadarnya. Alhasil, tau kalau disamping rumah ada mesjidpun tidak. Jangankan tau mesjid, meluangkan sedikit waktu untuk bersilaturrahim ke tetangga samping rumahpun tidak. Alasan beliau sih karena malu dan belum siap. Lha, jika terus belum siap, maka kapan siapnya?? Bukankah hidup ini merupakan pilihan? Dan bukankah kita bercadar ataupun berpurdah merupakan pilihan kita sendiri?? Maka kita harus siap dengan segala konsekwensinya. Jika kita saja tidak yakin dengan apa yang kita jalani, bagaimana kita dapat membuat orang lain yakin?? Intinya, hidup ini misteri. Kita tidak selamanya dapat selalu berada dalam lingkungan yang mengerti agama. Kondisi dunia luar yang keras mengharuskan kita untuk berinteraksi dengan orang awwam serta memahami kondisi mereka. Lalu, apakah kita harus menyikapinya dengan mencueki mereka? Atau tak perduli dengan tetangga karena mereka awwam? Atau mengurung diri dikamar saat paman,tante atau kelurga datang karena belum siap menghadapi mereka ???
Hmm,, intinya jangan sampai kita mengabaikan hak-hak orang lain dikarenakan keegoisan ataupun ketidak tahuan kita. Sebab keluarga (dekat ataupun jauh), tetangga dan orang disekitar kitapun memiliki hak atas diri kita yang wajib kita tunaikan terhadap mereka.
Lastly...
>> Jangan sampai kita justru membuat fitnah bagi diri kita sendiri
Sekian dan terimah kasih. Baarokallahu fiikunna ^_^
>> ITU TADI CERITAKU,, CERITAMU???