topbella

Minggu, 09 Juli 2023

Teruslah Melangkah


Hai! Kamu... 

Sesukar apapun saat ini rasanya

Sepahit apapun kenyataannya

Jangan kalah ya...

Tetaplah berdiri

Teruslah melangkah

Karena, kebahagiaan itu tak selamanya mudah

Terkadang, ia memang dibalut dengan kepahitan
Read More..

Minggu, 02 Juli 2023

Agar Tak Mudah Jatuh Cinta


Tetaplah bersabar 
hingga pelangimu datang 


Jatuh cinta itu wajar. Namun, seberapa kadarnya, bagaimana respon kita terhadap perasaan tersebut dan apakah perasaan tersebut ingin dibiarkan tumbuh dan berlanjut, semua sebenarnya dapat kita kendalikan. 

Logika yang Allah karuniakan merupakan salah satu yang dapat mengontrol perasaan bergejolak yang menghampiri hamba-Nya. Maka, sudah semestinya mengajak logika tatkala berhadapan dengan lawan jenis. Jangan sekedar mengandalkan hati. 

Jadilah seseorang yang sengaja menjauh dan pandai menjaga batasan dengan lawan jenisnya. Bukan karena tak tertarik, namun demi menjaga hati dan pikiran agar tidak terkontaminasi dengan hal-hal yang belum saatnya dan tidak seharusnya.

Saudariku… 
Sayangilah dirimu. Jangan berlebihan terhadap lelaki. Tatkala seorang pria mendekatimu, bersikaplah biasa saja. Menjauh jika memang harus. 

Jaga dirimu baik-baik. Engkau yang terjaga, insyaAllah akan dipertemukan dengan dia yang pandai menjaga. Jangan rela menjadi tempat persinggahan. Biarkan hatimu hanya dapat dibuka oleh seseorang yang memang Allah takdirkan untuk bersama. 

“Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula)”. 
(QS. An-Nur: 26) 


Takutlah dengan setiap perkenalan 
Takut terlalu dekat, terlalu erat, hingga akhirnya dikecewakan 
Itu sebabnya lebih baik membuat benteng pembatas 
Bukan karena sombong, namun untuk menjaga hati 
Read More..

Rabu, 21 Juni 2023

Motivasi Hidup



Jika saat ini semua terasa begitu sukar dan gelap... 

Yakinlah, akan ada hari di mana cahaya itu akan datang menyinari 

beserta pemandangan indahnya 

Tetaplah berjalan dan jangan berhenti

Setiap orang yang berjalan pasti akan sampai 

Tak peduli berapa lama dan kapan waktunya, 

tanpa terasa langkahmu akan berhenti pada satu titik yang dituju




Read More..

Minggu, 23 April 2023

Jangan Tukar Emasmu dengan Perak


Sering mendengar motivasi seperti ini… 
“Tingkatkan kapasitas dirimu. Jadilah sholeh/sholehah agar mendapatkan pasangan yang serupa. Pantaskan dirimu agar mendapatkan jodoh yang baik sebagaimana yang engkau harapkan, karena sejatinya pasangan kita adalah cerminan diri”. 

Dulu pernah termotivasi dengan perkataan seperti itu. Bahkan pernah memotivasi diri sendiri maupaun orang lain dengan perkataan serupa. 

Tak jarang banyak para single yang terjebak dalam niat yang salah. Berubah karena manusia, bukan karena Allah. Mendekat kepada-Nya karena sekedar ingin diberi apa yang diinginkan, bukan karena cinta dan rasa takut. Menshalihkan diri semata karena ingin mendapat jodoh yang shalihah dan semisalnya. 

Memang benar pasangan adalah cerminan diri. Yang baik insyaAllah dipertemukan dengan yang baik. Yang shaleh insyaAllah dipertemukan dengan yang shalehah. Pun sebaliknya. Namun, ada hal dan harta karun yang lebih besar dari itu. Yakni, niat yang jujur dan ikhlas karena-Nya. Bukan sekedar untuk mendapatkan hamba-Nya. 

Jangan menukar emas dengan perak. Pahala yang bisa bernilai besar dan menjadi pemberat timbanganmu, jangan ditukar dengan secuil dunia. 

Jadilah taat untuk-Nya semata, bukan sekedar untuk mendapatkan jodoh yang juga taat. 

Tingkatkan kualitas dirimu demi dirimu sendiri, bukan untuk orang lain yang belum jelas dimana keberadaannya. 

Tingkatkan keimanan, karir, karakter, skill dan hal-hal baik lainnya untuk dirimu sendiri. 

Bersinarlah untuk dirimu sendiri, bukan sekedar agar orang lain datang kepada cahayamu. 

Betapa sebenarnya banyak hal-hal baik yang bisa menjadi besar dan bernilai tinggi di sisi-Nya jika itu diniatkan karena Allah. Agar Dia ridho dan cinta. 

Sangat rendah jika tujuan utamanya ialah agar mendapatkan pasangan idaman. 


Untukmu saudariku yang dalam masa penantian… 

Jadilah baik dan taat semata-mata karena Allah dan untuk dirimu sendiri. Meroketlah untuk dirimu sendiri. Adapun hal-hal baik yang datang sesudahnya adalah bonus dan balasan dari-Nya. Allah tak akan dzolim terhadap hamba-Nya. Maka benarkan niatmu. Jangan tukar emasmu dengan perak. Dekati Allah. Semua semata-mata untuk-Nya dan untuk keselamatan akhiratmu. 




Read More..

Selasa, 21 Juni 2022

Tak Ada Kata Terlambat Untuk Kembali


Banyak hal yang sering terluput. Begitupun akhirat. Sering lupa, bahwa ternyata kita hanya singgah. Bukan Menetap. 

Tujuan yang benar bukanlah untuk menikmati manisnya dunia, tetapi mukim dan menikmati indahnya surga. 

Hanya sekedar menggunakan kacamata pribadi dalam memandang hidup bukanlah hal yang baik. Diri yang selalu sok tahu ternyata lupa, bahwa ada firman-Nya yang harusnya dijadikan pedoman. Bukan sebaliknya, tunduk pada hawa nafsu dan ilmu yang belum ada apa-apanya.

Pernah berada pada versi dimana hati selalu merasa rindu dan terpaut dengan-Nya membuat diri ingin merasakannya lagi... Dan lagi. 

Nyatanya sulit, ternyata butuh pegangan. Butuh sosok yang dapat terus mengingatkan. Walau dari kejahuan. 

Di titik ini semakin tersadar... 

Allah -yang Maha Agung- menghadirkan kita seorang diri, di dunia pun harus bisa berjalan sendiri, hingga saatnya tiba, kita akan kembali seorang diri. 


"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” 
(QS. Al Ankabut : 69)


Hai diri yang sering lalai... 

Teruslah berjalan.

Tidak pernah ada kata terlambat untuk memperbaiki, sekalipun rasanya sudah tersesat jauh. 

Asal ingin kembali, pasti Allah memberi jalan. Itu janji Allah. 

Silahkan, nyalakan pelitamu sendiri... 

Sebaik-baik peneman adalah Allah. Dan sebaik-baik pemberi cahaya jalan ialah Dia. 

Semoga Allah Ta'ala ridha untuk membimbing diri yang hina untuk mencapai surga-Nya. 

“Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia mereka tidak mengetahuinya.”⁣



Raha, 
Selepas tahfidz


Read More..

Kamis, 05 Agustus 2021

Jangan Mengeluh

Tak jarang diantara kita masih banyak yang tatkala tersenggol kursi atau apapun itu langsung mengeluh dengan rasa kesal (ish! aduh!), bahkan tak sedikit yang mengumpat. 

Padahal, tanpa kita sadari sebenarnya itu merupakan kesempatan digugurkannya dosa. 


Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya :

“Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa rasa sakit, rasa capek, kekhawatiran, sedih, kesusahan hati atau sesuatu yang menyakiti sampai pun duri yang menusuknya melainkan akan dihapuskan dosa-dosanya.” (HR. Bukhari dan Muslim) 

Dan sabda beliau Shalallahu 'Alaihi Wasallam yang artinya: 

“Dan tidaklah seorang muslim yang tertimpa musibah melainkan Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon menggugurkan dedaunannya.” (HR. Bukhari: 5229) 


Pernah ada di satu fase benci sekali dengan yang namanya keluhan, khususnya untuk diri sendiri. Sejak tau hadits di atas, untuk meringis karena kesakitan pun rasanya enggan, kecuali betul-betul tidak bisa ditahan. 

Entahlah, tidak rela rasanya kalau pahalanya nanti hilang atau berkurang. Mau sakit, ya sudah... sakit saja sekalian. Toh, keluhan ataupun umpatan yang keluar dari lisan kita tidak akan bisa menyelesaikan masalah. 

Keluhan hanya akan membuat kita menjadi malang, mengikis, bahkan menghilangkan pahala ujian tanpa memberi solusi. Bahkan, kesempatan untuk menggugurkan dosa bisa hilang. Jadi kalau sakit, usahakan jangan mengeluh. Entah itu sakit fisik, lebih-lebih masalah hati. Biarkan saja sakit. Selagi bisa ditahan, nikmati saja. Bayangkan, bahwa bersamaan dengan rasa sakit itu dosa-dosa kita sedang digugurkan oleh Allah. Toh, mengeluh pun sama sekali tidak akan pernah mengurangi rasa sakitnya kan? 

“Sesungguhnya Allah ta’ala jika mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberi mereka cobaan.” 
(HR. Tirmidzi).

Lainnya: 
Read More..

Kamis, 29 Juli 2021

Hai Diri... Terima Kasih Telah Bertahan Sejauh Ini


Terkadang kita perlu sesekali membuka lembar nostalgia untuk sekedar menghibur hati yang sedang lelah... 

Sekedar meningkatkan rasa syukur, bahwa ternyata banyak kisah manis, indah, dan berharga yang pernah dilalui di masa silam...

Sesekali, katakanlah pada diri... 

"Tak masalah untuk beristirahat dan berhenti sejenak saat ini. Mungkin engkau lelah. Terima kasih telah berjuang dan bertahan sejauh ini".
Read More..

Kamis, 15 Juli 2021

Skenario Tuhan dalam Perjalananku Menemukan Jodoh

"Tidak. Aku tak bisa menerimanya. Ia mengagumkan secara keilmuan, namun sangat jauh dari tipeku secara fisik". 

Entah berapa kali kalimat itu berputar bagai kaset rusak dalam benak Zahra. Wanita asal Ibu kota yang berstatus mahasiswi tingkat akhir di sebuah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di kota pelajar. Meyakinkan diri, bahwa proses ta'aruf dan nadzor yang saat ini sedang ia jalani tak bisa dilanjutkan. Gadis itu benar-benar tak serius dalam proses perjodohan ini. Ia memang ingin menikah, tapi bukan dengan pria yang saat ini sedang membasuh dirinya dengan air wudhu di pojok ruang mushola.

Sosok pria itu berdiri bersama bang Ahmad, tak jauh dari tempat Zahra duduk. Bang Ahmad satu-satunya saudara Zahra yang beberapa tahun silam memutuskan untuk mulai berhijrah, mencoba mempelajari dan menjalankan sunnah Rasul-Nya yang sebelumnya sering terabaikan. 

Keduanya asik berbincang, mengabaikan gadis berkerudung hitam yang justru sedang tenggelam dalam lamunan bersama pria lain yang berhasil menawan hatinya setahun belakangan. Ya, gadis itu sedang jatuh cinta. Hatinya tertawan pada satu nama yang dua semester lebih membelenggunya dengan pesona dan kharisma yang dimiliki. 

Namanya Andra, pria satu prodi yang berhasil ia dekati saat kata hijrah masih jauh dalam benaknya. Anggap saja ia jahat karena telah berani menggoda pria alim di kelasnya, tapi apa yang bisa ia lakukan? Gejolak cinta anak kuliahan yang masih jauh dari kata hijrah tak bisa ia bendung. Melalui teman sekelasnya itulah, Allah menuntunnya untuk berbenah dan menemukan jalan hijrah yang saat ini ia tapaki. Mengingat namanya saja hatinya terasa bergetar, ingin rasa membongkar kotak rindu. Diam-diam ia membisikkan nama yang berhasil menawan hatinya disela-sela lamunan. Lirih, hanya angin yang mampu mendengarnya. 

"Allahu akbar. Allahu akbar...." 

Lamunannya terhenti saat terdengar suara iqamah shalat maghrib. Menginterupsi secuil rindu yang tak kunjung hilang bersama senja. 

"Silahkan jadi imam". Bang Ahmad mempersilahkan pria di sampingnya. Pria yang beberapa minggu lalu bertukar CV dengan adik bungsunya. Tak diragukan lagi, dari segi hafalan Al Qur'an dan bacaan, pria itu jauh lebih baik dari sang abang. 

Tanpa komando, Zahra memposisikan diri di shaf wanita. Bersiap untuk ikut shalat berjamaah bersama abang dan pria yang ingin meminangnya. Gadis itu melirik dari balik hijab. Mencoba menyelami lebih jauh objek pandangannya, namun hatinya tak bisa berbohong. 

Sebesar apapun usahanya untuk menerima pria itu, sebesar itu juga akalnya menolak. Belum ia temukan sesuatu yang membuatnya yakin untuk menjadikan pria tersebut sosok imam di masa depan, menjadi nakhoda dalam mahligai rumah tangga yang sangat ingin ia segerakan. 

Sesaat hening. Tak lama kemudian terdengar lantunan ayat Al Qur'an yang begitu indah. Suara dan ritme bacaan sang imam memanjakan telinga gadis itu. Tak menunggu waktu lama hingga getaran itu muncul tanpa malu-malu. Hanya sesaat, kemudian berganti dengan ketenangan yang menyeruak masuk tanpa permisi. Menyejukkan hati yang selama ini dirundung galau dan sepi. 

Semakin lama, Zahra semakin terhanyut dalam bacaannya. Semakin panjang ayat yang pria itu baca, semakin besar damai menyelimuti gadis yang hendak dipinangnya. Terasa ada bagian kosong dalam diri gadis itu yang saat ini sedang terisi. Tanpa kompromi hatinya berbisik, "Aku menerimanya". Ia terbius dan entah keyakinan itu dari mana datangnya, namun ia sangat yakin bahwa apa yang terjadi saat ini tak lepas dari campur tangan Allah. Apa yang sulit bagi Allah?. Hingga rakaat terakhir hatinya masih sama. Bismillah, ia akan menerimanya. 

Ajaib? Zahra pun merasakannya. Baru beberapa menit yang lalu, pikiran rasionalnya menolak. Kini, entah kenapa ia begitu yakin bahwa pria di depannyalah sosok yang ia butuhkan. Sosok yang dalam sekejap mengingatkannya akan Sang Pencipta dan mampu mengisi rasa kosong yang selama ini selalu ia nafikan. 

Mungkin pria itu bukan sosok yang ia inginkan, tapi ia yakin bahwa pria itulah sosok yang ia butuhkan. Sosok yang bisa membantunya menjadi pribadi lebih baik dan istiqomah dalam hijrah. Dimana rasa cinta dan kasmaran kepada Andra, pria satu prodinya yang beberapa menit lalu menggerogoti hati? Sekejap melebur entah kemana. 

Ah, entahlah. Terlalu banyak rasa yang tak mampu ia kemas dalam kata. 

Hari ini ia belajar, pada akhirnya Allah yang menggenggam hati hamba-Nya. Perkara hati seringkali diluar kuasa kita sebagai manusia. 

Kita boleh mengatakan, "dia bukan tipeku", namun jika Allah menakdirkannya menjadi jodohmu, maka akan ada saja cara Allah untuk melembutkan hatimu dan menerimanya. Sebaliknya, secinta dan sekuat apapun usahamu untuk bersama orang yang dicintai, jika bukan jodoh, akan ada saja cara Allah untuk memisahkan dua hati yang sedang dilanda asmara. Semudah dan sesingkat pertemuannya bersama pria yang saat ini sedang duduk berdzikir di hadapannya, di atas sajadah musholah.


'Aisyah Yusriani Al Haddad



(Diambil dari buku Live the Life with Love) 



NB : Kisah di atas terjadi sekitar 5 tahun silam, dan sekarang keduanya telah menikah serta dikaruniai satu orang anak ^^




Read More..

Selasa, 13 Juli 2021

Cuplikan Cerita di Waktu Dhuha


"Kring..." 

Bel waktu istirahat berbunyi. Sekarang pukul 09.30 WIB, itu berarti aku memiliki 30 menit dari sekarang yang harus aku gunakan seefisien mungkin. Dengan segera aku bergegas menuju kamar mandi. Tempat pertama yang akan aku tuju saat waktu istirahat tiba. 

"Assalamu'alaikum mbak". Sapa Qonita, teman sekelasku. Ucapan salam saat bertemu merupakan sunnah yang telah menjadi tradisi di pondok pesantren yang belum genap setahun aku berada di dalamnya. 

"Wa'alaikumussalam warahmatullah". Jawabku lembut tanpa mengurangi tempo langkahku yang memburu. 

Tak sabar, aku ingin segera sampai ke kamar mandi. Dan akhirnya, kutemukan mereka. Dua ember berisi cucian yang telah aku cuci sebelum berangkat ke sekolah pagi ini. Tidak. Ini semua bukan pakaianku, melainkan pakaian teman-teman angkatan yang diberikan kepadaku untuk dicuci.

Sosoknya berdiri di sana dengan pandangan yang berkaca-kaca disertai senyum yang dipaksakan. 

"Mau aku bantu nggak?" Tanyanya dari luar kamar mandi. 

"Tidak. Ini sudah selesai. Tinggal dijemur ke lantai tiga". Jawabku halus mencoba memahami perasaannya. 

"Kamu udah bilang mamah?". Untuk kesekian kalinya ia bertanya pertanyaan yang sama. 

"Tidak. Cukup kamu saja yang tau". Jawabku sembari sedikit tersenyum padanya. Sudah bisa kubayangkan bagaimana ekspresi penolakan mamah saat tahu anaknya menjadi tukang laundry di asrama. Bukan sekedar fokus belajar dan menghafal Al Qur'an, tapi malah mencuci pakaian kotor orang lain disaat uang saku tak pernah kurang dan selalu diberikan bahkan sebelum aku meminta. 

Tanpa kata, sosoknya menghilang dari luar pintu kamar mandi. Meninggalkan perasaan bersalah dalam diriku. Dialah orang pertama yang marah saat tahu aku menawarkan jasa laundry kepada teman-temanku. Dia saudari sepupu yang tahu betul bahwa aku anak manja yang belum pernah merasakan susah dan selalu dilayani oleh banyak orang sejak kecil. Kemarahan dan sedihnya kutahu merupakan wujud dari kepeduliannya kepadaku. 

Belum genap satu menit, tiba-tiba... 

"Eh, ngapain?" Tanyaku kaget. Tanpa permisi ia mengangkat satu ember cucian yang telah aku beri pewangi. 

Dengan enggan ia berujar, "Aku bantu aja, nanti lama". Suatu perkataan yang lebih terdengar seperti perintah ditelingaku. 

"Baiklah." Jawabku mengiyakan tanpa sedikitpun terbesit untuk menolak. 

"Kamu janji ya, secepatnya berhenti nyuci baju orang. Kalau mamah kamu tau pasti marah". 

"Insya Allah." Jawabku ragu. Ragu, karena aku sendiri tak tahu kapan akan berhenti. Terlalu indah rasanya saat bisa membeli apa yang kita inginkan dengan uang sendiri tanpa harus meminta kepada orang tua, apalagi diusia remaja. 

Sembari membaca ayat Al Qur'an yang hendak aku setorkan sore nanti, ku ikuti langkahnya menaiki setiap anak tangga menuju lantai tiga. Aku tersenyum. Indah rasanya. Kelak, saat-saat seperti ini akan aku rindukan. Saat-saat dimana aku memilih untuk berjuang dan mengisi lembar kehidupanku dengan hal-hal yang bermanfaat dan pengalaman baru. Kisah yang akan aku bagikan kepada anak cucuku nanti, bahwa pernah merasakan hidup dengan perjuangan itu indah dan akan berbeda jika enggan keluar dari zona nyaman. 

Dan yang terpenting, jika kelak Tuhan Semesta Alam bertanya, "Dengan apa engkau gunakan masa mudamu?", maka aku akan menjawab sembari tersenyum, "Dengan menyibukkan diri dengan hal yang bermanfaat dan beribadah kepadaMu ya Rabb".


'Aisyah Yusriani Al Haddad 


(Ditulis kembali dari buku Live the Life with Love)



Read More..

Sabtu, 10 Juli 2021

Jika Engkau Mampu Mengukir Kisah Hidupmu dengan Tinta Emas, Maka Lakukanlah!


August, 2020


Tak terasa sudah sepertiga malam, dan aku masih berkutat di depan laptop menyelesaikan tugas perkuliahan sembari jaga malam. 

Malam ini kebetulan ada pasien inpartu yang mengharuskan untuk tetap terjaga. Dan seperti biasa, pagi harus tetap masuk kuliah. Semenjak melanjutkan studi lagi, sudah sangat jarang punya waktu untuk main. Tidak seperti kuliah yang pertama kali, sesibuk-sibuknya masih punya waktu untuk main. 
 
Kini rutinitas setiap hari, pagi sampai sore full kuliah, sore langsung kerja sampai malam pukul 22.00 WIB, lepas jaga langsung maratonan sama deadline tugas yang setiap hari harus dikumpulkan maksimal pukul 00.00 WIB. Setelah itu langsung beberes, nyuci, mandi, sholat, ngaji yang seringnya semua selesai sampai jam 02.30 WIB. Jam empat subuh sudah harus bangun lagi dan berativitas seperti sebelumnya. 



 
Capek?

Tentu.

Dulu sejak zaman putih abu-abu sudah pernah merasakan sekolah sembari bekerja mencari penghasilan sendiri. Pengahasilan tidak seberapa memang, ditambah kegiatan ponpes yang super padat, hingga hampir tak ada waktu untuk istirahat. Tapi ada kepuasan tersendiri di kala itu. Saat itu bukan karena kekurangan uang, tapi pilihan. Memilih untuk mengukir kisah hidup yang lebih bermakna, agar indah untuk dikenang suatu saat nanti. Memilih untuk berjuang di saat yang lain sibuk bersenang-senang. Dan sekarang aku merasakannya lagi. Beberapa hari lalu kakak bertanya, "Kamu tidak kekurangan uang kan hingga akhirnya kerja dan bukannya fokus kuliah?".


Tentu TIDAK. Alhamdulillah...


Tapi ini bukan sekedar perkara uang. Tapi sejarah. Tentang kisah hidup. Tentang pengalaman dan skenario hidup yang sedang dirangkai agar indah untuk dikenang suatu hari nanti. Sehingga kelak dapat aku ceritakan kepada anak cucu sebagai pelajaran dan motivasi hidup, bukan hanya sekedar membagikan teori yang belum pernah diimplementasikan. 



Jika engkau mampu mengukir kisah hidupmu dengan tinta emas, maka lakukanlah... 

Apapun yang kita lakukan saat ini pada akhirnya akan menjadi kenangan... 

Kenangan yang bisa kita kenang suatu saat nanti, bahkan bisa kita ceritakan kepada orang-orang bahwa dahulu aku pernah melakukan hal ini dan itu, pernah mendapatkan ini dan itu. 

Sebuah kisah klasik yang dapat memberi kepuasan tersendiri saat kita mengenangnya suatu saat nanti





Read More..

About Me

Foto Saya
Akhwat's Note
Just an ordinary girl...
Lihat profil lengkapku