topbella

Selasa, 04 Desember 2018

Selalu Gagal Move On, Apa yang Salah?


“Bagimana cara agar bisa move on? Ingin melupakan, tapi rasanya kok susah ya?”

Orang yang sedang berjuang untuk  move on mungkin sering bertanya seperti itu dan sering juga mendapat jawaban yang sama, “Lupakanlah karena Allah, dan yakin bahwa kelak Allah pasti akan mengganti dengan yang jauh lebih baik.”

Sepintas tidak ada yang salah dari nasehat tersebut, dan memang tidak salah. Akan tetapi, mengapa banyak orang yang gagal dalam implementasinya? Keyakinan yang kurangkah? Atau kesungguhan dalam menerapkannya yang tak maksimal?


Saudariku…

Ternyata ada satu hal yang selama ini sering kali terlupakan. Inti dari move on itu sendirilah yang kerap tidak kita pahami dan abaikan. Bukan sebatas move on dari orang yang kita cintai, akan tetapi termaksud move on dari segala kejadian buruk yang pernah kita alami di masa lalu.


Lantas, apa yang sering terluput hingga move on selalu saja gagal?

 

 

IKHLAS.


Ya, inti dari move on adalah ikhlas. Move on bukan tentang bagaimana kamu melupakan, namun tentang bagaimana kamu mengikhlaskan. Saat dimana tidak ada lagi rasa sakit tatkala teringat. Cara ini memang tak mudah, namun akan jauh lebih baik bagi kesehatan jiwa dikemudian hari.


Untuk melupakan sesuatu apalagi tergolong berkesan dalam hidup, baik itu kesan baik atau kesan buruk bukanlah hal yang mudah. Bahkan rasanya hampir mustahil, kecuali jika kamu lupa ingatan. Pun, move on juga bukan hanya perkara bisa atau tidak. Jika ditanya bisa atau tidak? InsyaAllah bisa, yang jadi masalah adalah mau atau tidak?


Berdamailah dengan masa lalu. Tidak perlu bersusah payah untuk melupakan. Bahkan tidak harus melupakan, karena jika teringat maka rasa perih itu akan terasa lagi. Ikhlaskanlah! Sehingga, meskipun tiba-tiba kamu teringat, kamu akan tetap baik-baik saja. Mulai sekarang, belajarlah untuk memahami mana yang harus dipertahankan, mana yang harus diperjuangkan, dan mana yang memang harus untuk diikhlaskan.




 

 





Read More..

Jumat, 30 November 2018

My Baby Girl Named Pikapong ^_^

Kalau ada kids jaman now yang suka nyuekin handphonenya, selalu belajar sampai jam 01.00 am bahkan terkadang lebih, nilainya selalu mumtazah, suka jadi juara umum di sekolahnya, dari kecil tidak pernah bilang "ah" sama orang tua dan kakak-kakaknya, tidak pernah membantah, super peka, super penyabar, selalu jaga sholat dan auratnya, suka masak, suka bikin haru saking baik dan penyabarnya, suka transferin kakak-kakanya duit pas jaman kakak-kakaknya kuliah dulu dari hasil tabungannya sendiri (oke, ini mungkin dia sedikit dimanfaatkan, hehe)... Maka she's my lil sist.


My Pikapong itu hampir tidak ada kurangnya dimataku. Hm, kurangnya apa ya? malas bersih-bersih kali ya? hehe. Bukan malas sih sebenarnya, cuman hampir semua waktunya itu cuman belajar dan belajar. Pernah suatu ketika sekitar pukul 02.00 am Paman bangun dan lihat dia lagi belajar terus Paman bilang, "Nak, daripada cuman belajar mending sekalian sholat malam". Dan jawabannya saat itu adalah, "Sudah om". Yah, that's ma lil baby. Disaat anak seusianya banyak yang jauh dari Tuhannya dan hanya memprioritaskan prestasi akademik, My Pikapong tak lupa untuk sholat malam. Disaat anak-anak seusianya banyak menghabiskan waktu untuk hal yang tak berguna dan cerita banyak hal yang tak berfaidah, My Pikapong menghabiskan waktunya untuk bimbingan, belajar, membaca dan tidak berbicara kecuali yang baik. Disaat anak seusianya banyak menghabiskan waktu untuk keluar bersama teman-temannya, maka My Pikapong lebih suka untuk keluar dan menghabiskan waktu bersama mamah.

Dia salah satu orang yang langka menurutku. Baik dan penyabarnya suka bikin speechless, suka bikin tidak bisa tidak nangis kalau ingat dia. Entah bagaimana aku mendeskripsikan, bagiku adik kesayanganku itu unik. Dia jauh lebih dewasa, bijaksana, dan sangat rasional dari anak seusianya. Tak suka omong kosong, basa-basi, dan sejenisnya. Sifatnya itu sudah terlihat sejak dia masih SD, sekitar kelas 3 SD kalau tidak salah. Saat itu teman-temannya ngerjain PR di rumah. Saat teman-temannya lagi ngumpul, dia masuk ke kamar. Terus mamah tanya, "Fika kenapa disini? Itu teman-temannya lagi ngumpul di luar". And my lil sist said dengan wajah innocentnya, "Malas gabung sama mereka. Ngomong gak ada guna-gunanya, bukannya kerja PR tapi malah bicara yang tidak penting" >.< Heh?? See... betapa dia dari kecil benci yang namanya omong kosong dan hal-hal yang tak berfaidah yang hanya akan menghabiskan waktunya secara percuma.

Dia juga salah satu orang yang kalau negur jarang sekali to the point, pasti caranya halus banget. Pernah suatu ketika waktu SMA setelah dia pulang sekolah dia dipeluk peluk, diciumin sama mamah dan masih pake rok sekolah. Dia terus bilang, "Mah, coba lihat rokku". Mamah terus jawab, "Kenapa nak? Roknya rusak? Mau mamah belikan rok baru?". Dia jawab, "Bukan mah... Coba mamah perhatikan warnahnya". Karena mamah bingung, diapun jawab, "Rokku sekarang abu-abu mah. Bukan rok merah lagi". Tau maksudnya apa? Hehehe. Maksudnya dia mau bilang, "Aku udah gede mah, bukan anak kecil lagi. Jadi berhenti cium dan peluk-peluk aku".  Pun kalau ana cium gemes (ini kadang agak parah sih... ana gak bisa sehari gak cium dia, ciumnya pun kadang saking gemesnya suka sampai pipinya penyok-penyok, hehehe) terus kadang ana nanya, "De, kok gak marah?". Dia jawab, "Nanti juga kakak capek sendiri" ^___^ wkwkwk. Dia tau aja kakaknya ini gak bisa dilarang ^_^. Tapi malah kadang bikin tambah gemes...

Dia tipe orang yang kalau tau ilmu apapun itu pasti bakal diterapkan, super teoritis. Gak boleh buang sampah sembarang lah, gak boleh makan yang mengandung banyak pengawet sampai-sampai sampah-sampah dipinggir laut dipungut semua sama dia ^__^. Sejak SD semua orang yang masak dirumah dijagain sama dia, gak boleh masak menggunakan vik**n, ma**ko, dll. Semua dibawah kontrolnya >_<


Aku salah satu orang yang percaya bahwa "Jika ingin melihat baik tidaknya seseorang maka lihatlah bagaimana ia kepada Ibunya, dan jika ingin melihat sifat asli seseorang maka lihatlah bagaimana sifat dan kebiasaannya ditengah-tengah keluarganya". Kalau cuman kata teman-teman, itu boleh jadi hanya sekian persen dari sifat aslinya dia. Why? Karena di hadapan orang lain seringkali kita masih ingin menjaga nama baik dan menampilkan yang baik-baik saja, tapi di dalam rumahlah sifat asli kita akan keluar, kepada orang tua dan saudara-saudara kita dan itu akan sangat sulit untuk ditutupi. Jadi bagi kalian yang sedang dalam proses ta'aruf, jangan sampai tidak menanyakan bagaimana dia kepada ibu dan saudaranya dan jangan cuman bermodal kata teman dan orang disekelilingnya. Karena insya Allah informasi yang lebih valid mengenai sifat atau karakter seseorang itu adalah dari orang rumahnya. Kalau ibu dan keluarganya bilang dia baik, sholeh/sholehah maka insya Allah dia sebagaimana yang dikatakan. Dan, betapa beruntung nantinya laki-laki yang mendapatkan adik kecilku itu. Wkwkwk

Terakhir cuman mau bilang...

One day, kalau adek baca ini.. You have to know that kakak love you more than I love ma self. You're one of the best person I've ever met and maybe, i'll never find another you. Keep being amazing with your good heart. Never forget that you've many people who love you. Learn from everything you can. Always be better in everything. Never give up! Never lose hope even though you want to. Be the girl I know you can be. Wishing you a lifetime of happiness. How lucky i am to have a sist like you de. Baarakallahu fiik. Love you!



*NB: Pikapong = panggilan kesayangan ana buat dia >.<
Read More..

Rabu, 28 November 2018

Cara Mudah Menghafal Qur'an?


Saat mendengar kalimat "Hafal Al Qur'an 30 juz" apa yang sering terlintas dibenak kita? 
 
“Hafal 30 juz? Wah, gimana caranya?”. Jangankan untuk memulai, baru membayangkan saja sudah pesimis.
“Ah, dia mah enak bisa menghafal dari dulu. Sedangkan saya? Kayaknya mustahil, umur sudah segini, sudah telat juga kayaknya,” and bla…bla.. bla…

Ya, antara lain mungkin seperti itu. Saya pun dulu juga sempat berpikir seperti itu. "Wah? like impossible. Umur sudah berapa, aktivitas padat, pikiran mulai bercabang," dll.

Oke.. Tapi tau tidak, apa yang membuat seseorang itu gagal meraih apa yang diinginkan?


Yup. Salah satunya adalah selalu mengeluh tanpa berbuat sungguh-sungguh dan selalu compare hasil kita dengan hasil orang lain.

"Ah, tapi dia mah enak. Emang dasarnya pintar, sudah lama masuk pondok", dll.

Nah, itulah kita…
Kita selalu melihat hasil tanpa mau tau bagaimana start dan prosesnya. Tidak semua para hafidz/hafidzoh itu dilahirkan dari keluarga yang 100 % religious, tak semua juga memiliki IQ yang tinggi, tak semua jebolan pesantren dan mondok bertahun-tahun lamanya. Tak jarang mereka berasal dari sekolah umum. Sedikit berbagi pengalaman pribadi, dulu kelas 10 belum bisa ngaji. Walaupun mulai kerudung gede tapi masih buta huruf hijaiyah. Belum tau mengaji dengan tajwid itu seperti apa. Kelas 10 cuman hafal Al Fatihah, Al Ikhlash, sama An Naas. Itupun Al Ikhlash kadang masih lupa-lupa. Setiap sholat cuman dua surah itu yang selalu dibaca. Sampai malu sendiri sama kerudung gede tapi belum tau ngaji >.< Tapi bagiku saat itu better late than never. I quit, I lose.

Yakinlah, “Besar kecilnya pencapaian yang kita raih tergantung sebesar apa usaha yang kita lakukan dan tentunya tak lepas dari campur tangan Allah”. Kebanyakan kita hanya selalu mencoba sebentar, susah, gagal, menyerah, lalu pada akhirnya berhenti. Padahal untuk meraih sebuah pencapaian besar tentu saja tidak didapat dengan mudah. Jika dianalogikan mungkin seperti ini, seseorang yang ingin membeli berlian otomatis harus bekerja keras untuk mendapatkannya. Sebaliknya, jika kita tidak ingin usaha and try harder itu berarti kita cukup dengan aksesoris plastik yang mudah didapat bahkan tanpa harus usaha kerja siang malam sekalipun.
Tidakkah kita berpikir, bahwa terlalu murah untuk membalas kebaikan kedua orang tua dengan gelar dunia, materi dan sejenisnya? Semua itu ada waktu limitnya. Tak akan bertahan lama. Jabatan dan prestasi dunia hanya akan mengharumkan nama kita di daerah tertentu saja dan dimasa itu saja. Setelah itu? Selesai. Pun, harta dunia yang kita kumpulkan bisa dalam sekejap hilang begitu saja, dan juga tak akan meringankan beban kita di akhirat kelak.

Gempa dan tsunami Palu, Sigi dan Donggala belum lama ini menyadarkan kita bahwa harta, rumah, kendaraan mewah yang dikumpulkan mati-matian, kerja siang malam bertahun-tahun untuk mendapatkannya bisa dengan mudahnya hilang dan hancur begitu saja dalam sekejap. Semua yang dibanggakan bisa hilang begitu saja. Tak ada yang kekal. Kekekalan yang sesungguhnya dimana? Akhirat. 

Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda yang artinya :
"Siapa yang menghafal Al Qur'an, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari. Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, "Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam ini?" Lalu disampaikan kepadanya, "Disebabkan anakmu telah mengamalkan Al Qur'an." (HR. Hakim 1/756 dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani -rahimahullah-)


Itulah hadiah yang kekal. Kebanggaan yang haqiqi disaat para orang tua dan anak-anaknya hanya mampu tertunduk kaku. Saat dimana gelar, jabatan dan harta yang dibanggakan semasa di dunia tak lagi bermanfa’at. Dulu saya termaksud orang yang berprinsip, “Jika engkau mampu berusaha  meraih berlian, lantas mengapa harus mengambil barang plastik dan puas dengan itu?”


So guys… Menghafal Al Qur’an itu tidak mudah. Apalagi mempertahankannya. Tapi bukan berarti mustahil. Toh, banyak orang yang berhasil. Just don’t quit. You quit, you lose. Yakinlah, setiap orang yang berjalan pasti akan sampai. Tak perduli sepelan apa ia berjalan suatu saat ia pasti akan tetap sampai juga ke finish line. Begitu juga dalam menghafal. Selambat apapun engkau merasa menghafal, yakinlah akan sampai juga. Hal terpenting adalah sungguh-sungguh, banyak berdo’a, dan jahui maksiat.

TAK ADA KATA TERLAMBAT! Take action and try harder. Stop compare proses kita dengan orang lain karena setiap orang punya prosesnya masing-masing dan waktu pencapain yang berbeda-beda. It’s gonna be tiring of course. It gonna be boring, and it’s gonna hurt. But you just gotta keep going!


Wallahu a'lamu bishshowaab
Read More..

Selasa, 25 September 2018

Jangan Pernah Berputus Asa Dari Rahmat dan Pertolongan Allah Sekalipun Engkau Adalah Hamba yang Bermaksiat dan Senantiasa Bermaksiat

Pukul 21.00 WITA ceritanya baru pulang. Pas mau keluar dari mobil qaddarullah pintu mobil gak bisa kebuka karena ujung jilbab kejepit pintu, entah bagian mana aku pun bingung. Sekitar 15 menit berusaha tetap saja pintu tidak bisa terbuka, ditarik juga tidak bisa tertarik. And then fix, karena sepi akhirnya mencoba memberanikan diri buat keluar dan masuk ke rumah tanpa jilbab buat ngambil jilbab baru plus cari bantuan. But still, jilbabnya tetap tidak mau tertarik dan pintu belum bisa terbuka. Sudah pakai alatpun tetap tidak mau terbuka. 

Sudah sekitar setengah jam, sudah semakin malam, dan sudah mulai menyerah. Teman yang tolongpun sudah ngantuk dan bilang, “Sudahlah! besok pagi saja, sudah malam! Kayaknya memang harus ke bengkel”. Sempat terbawa juga buat berhenti. Disaat yang nolong pergi, tiba-tiba pengen berdo’a. Tapi nyali seolah ciut. Begitu malu rasanya. “Ya Allah, masikah do’aku akan dikabulkan? Masih pantaskah aku meminta kepadaMu?” hatiku berbisik. Ada sedikit keraguan. Malu dan ciut rasanya meminta disaat maksiat terasa selalu mendominasi. Begitu tak tahu diri rasanya tiba-tiba berdo'a sementara diri berjalan semakin jauh dari Allah. Tapi Alhamdulillah, keyakinan bahwa Allah Maha Pengabul do’a dan menyukai hambaNya yang meminta kepadaNya masih lebih besar dari ciutnya nyaliku.

Selanjutnya dengan penuh keyakinan dan kepasrahan diri ini pun berdo’a, air matapun tanpa malu-malu jatuh begitu saja. Agak lebay ya? Tapi begitulah dari dulu kalau berdo'a dalam kondisi apapun itu air matanya tidak pernah bisa diajak bersahabat ^__^. Dan akhirnya.... dengan bacaan basmalah dan bacaan yang lain akupun menarik jilbab itu perlahan dari dalam. Daannnnn… What amazing, begitu mudah rasanya saat ditarik tanpa harus bersusah payah seperti sebelumnya dan jilbabkupun berhasil diselamatkan walau sedikit agak rusak. Tapi ya tetap Alhamdulillah, setidaknya tidak sobek.

Inti dari cerita ini apa?

Intinya adalah, melalui kejadian ini Allah kembali menyadarkanku akan dua hal dan ini yang ingin dishare :
Pertama, jangan mudah menyerah! Sering kali disaat kita memutuskan untuk menyerah, disaat itu sebenarnya kita sudah hampir berhasil mendapatkan apa yang kita usahakan kalau saja kita mau berjuang sedikit lagi.
Kedua, jangan pernah berputus asa dari Rahmat dan Pertolongan Allah sekalipun engkau adalah hamba yang bermaksiat dan senantiasa bermaksiat. Karena sesungguhnya Allah itu sesuai prasangka hambaNya. 

“Aku menurut persangkaan hambaKu terhadapKu, dan Aku bersamanya ketika ia mengingat (berdzikir) kepada-Ku. Jika ia mengingatKu dalam dirinya, Aku pun mengingatnya dalam DiriKu. Jika ia mengingatKu di tengah orang banyak, Aku pun mengingatnya di tengah kelompok yang lebih baik dari mereka (yakni para malaikat,-pent.)” (HR. Al-Bukhari)  

“Berdo’alah kepadaKu” firman Allah, “Maka akan Aku kabulkan”.

“Sesungguhnya Allah Ta’ala malu bila seorang hamba membentangkan kedua tangannya untuk memohon kebaikan kepada-Nya, lalu Ia mengembalikan kedua tangan hamba itu dalam keadaan hampa/gagal.” (HR. Imam Ahmad, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’)

Jadi, jangan pernah ciut untuk meminta. Jika bukan kepada Allah kita berserah, maka kepada siapa lagi? Dan jika bukan kepada Allah kita memohon untuk dikabulkan, maka kepada siapa lagi?

Terakhir…
Jangan pernah mengeluh saat menghadapi sesuatu yang tidak disukai karena pasti ada hikmahnya, entah itu berupa peringatan, pelajaran, atau bahkan sekedar penggugur dosa. Setiap kejadian yang tidak mengenakan yang kita alami apapun itu pasti ada hikmahnya, itu PASTI. Hanya saja terkadang kitalah yang kurang atau bahkan sama sekali tidak peka. Sebagaimana Allah yang memberiku pelajaran berharga dan semangat baru melalui kisah sederhana ini.
Read More..

Selasa, 24 Juli 2018

Janganlah Menjadi Wanita yang Mudah Didapat dan Dilihat Dimana-Mana

Dan jadilah wanita layaknya mutiara yang terjaga

Tak tersentuh kecuali oleh pemiliknya...

Ia cantik dan rupawan,
tapi ia tau kepada siapa saja kecantikannya
dapat ia perlihatkan...

Suaranya lembut, indah, tak pernah menyakiti dalam
bertutur...

Bercengkrama dengannya selalu menyenagkan,
akan tetapi tak sembarang pria bisa merasakan...

Ia cerdas dan berpendidikan,
berdiskusi dengannya selalu menyenangkan

Ia layaknya mutiara yang tersembunyi di dasar lautan

   Dan yang mendapatkannya, hanyalah "dia" yang mampu
   menahan napas lebih lama dari sesaknya lautan terdalam


Read More..

Selasa, 17 Juli 2018

Siapa yang Hendaknya Kupilih? (2)

Sejatinya manusia pasti dalam lubuk hatinya menginginkan pasangan yang lebih baik darinya, yang bisa menuntunnya dalam keta'atan. Orang baik itu banyak. Cerdas? Banyak juga. Tapi yang paham agama dan mengamalkannya? Sayangnya sedikit.
 
Mungkin sebagian kita berpikir, "Ah, tak mengapa tak kenal sunnah dan belum nyunnah. Nanti insya Allah bisa berproses bersama, yang terpenting akhlaknya baik".

Subhanallaah...
Sayangnya hidayah itu milik Allah, dan Allahlah yang memberikannya kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Kita tak bisa menjamin hidayah itu akan diberikan kepada orang yang kita sayang. Baiknya akhlak itu sebaiknya jangan dijadikan standar utama. Orang baik itu banyak. Dan kebaikan akhlak itu bisa diusahakan. Tapi orang yang diberi hidayah itu jarang, dan sayangnya kita tak bisa memberikan hidayah kepada orang yang kita inginkan. Sebagaimana Rasulullah -Shalallahu 'Alaihi Wasallam- yang tidak bisa memberi hidayah iman kepada pamannya, padahal beliau adalah salah satu orang yang sangat beliau cintai. Lantas, bagaimana dengan kita???

Tak masalah berpikir seperti itu. Tapi coba renungkan lagi, yakin jika suatu saat nanti ia akan turut hijrah dan akan membangun keluarga yang sesuai dengan sunnah bersamamu? Alhamdulillah kalau ia... kalau tidak? Terutama untuk kalian saudariku yang telah berhijrah. Ingat-ingatlah betapa beratnya perjuanganmu diawal-awal hijrah hingga akhirnya engkau sampai pada titik ini. Telah banyak hal yang dikorbankan, maka haruskah menikah dalam pertaruhan? 

Dalam berumah tangga yang utama ialah harus sekufu, dan sevisi misi. Mempercayakan dirimu kepada seseorang yang tak sekufu dan sevisi misi sama dengan menikah dalam pertaruhan. Namanya wanita itu kodratnya disetir, bukan menyetir. Seberprinsip apapun seorang wanita, lambat laun ia pasti akan mengikut pada suaminya. Saat engkau mulai menyimpang dalam aturan Allah atau mungkin mulai berbelok, maka bagaimana suamimu akan mengingatkan jika iapun belum paham atau bahkan paham tapi tak perduli? 

Jangan sampai hidayah yang begitu mahal dan telah engkau peroleh perlahan-lahan mulai terlepas tanpa engkau sadari... Karena sejatinya wanita itu lemah, maka ia butuh kepada sosok yang bisa menguatkan dan meluruskan tatkala ia mulai berbelok...
Maka pikirkanlah... Jangan gadaikan akhirat demi secuil dunia.


Rasulullah -Shalallahu 'Alaihi Wasallam- bersabda yang artinya, "Pilihlah yang baik agamanya. Jika tidak, niscaya engkau akan merugi." (HR. Bukhori)


Banyak orang yang sering bertanya, "Lantas bagaimana jika suatu saat datang seorang pria baik  akan tetapi belum mengenal sunnah dan setelah sholat istikhoroh hati ternyata condong dan yakin kepadanya? Istikhoroh berkali-kali akan tetapi jawabannya tetap sama. Dan suatu saat ternyata kita berjodoh dengan orang yang kita ketahui secara dzohir bukanlah orang yang ta'at dan belum nyunnah padahal yang kita inginkan adalah dia yang telah mengenal sunnah?"


Jika demikian, maka pililah sesuai jawaban istikhorohmu. Pilihlah yang menenangkan hatimu dan tetaplah berprasangka baik kepada seluruh takdir Allah, sekalipun terkadang engkau merasa itu tidak adil untuk terjadi kepadamu. Karena...


"Boleh jadi engkau membenci sesuatu padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi engkau menyukai sesuatu padahal itu buruk untukmu. Allah Mengetahui, sedangkan engkau tidak mengetahui" 
(Al Baqarah : 216)

Tetaplah berpikiran positif...
Pertama, boleh jadi suatu saat nanti ia justru mendapat hidayah dan itu melaluimu. Selama ia melakukan kebaikan, selama itu juga pahalanya mengalir untukmu. Orang yang kita lihat biasa saja ataupun buruk saat ini boleh jadi dia justru akan menjadi orang yang jauh lebih baik dan istiqomah dalam keta'atan dikemudian hari saat hidayah menyapanya. Sebagaimana kitapun tidak pernah tahu bagaimana akhir kehidupan kita nantinya.

Kedua, adapun jika ternyata tidak... Maka ingatlah kisah 'Asiyah. Bagaimana Allah meninggikan derajatnya akibat keimanan dan besarnya kesabarannya menghadapi sang suami Fir'aun. Kehidupan rumah tangganya terasa begitu menyesakkan, namun ia memilih bersabar hingga Allah memberikan Surga akibat kesabarannya dan kisahnya pun diabadikan didalam Al Qur'an  yang mulia. Maka kemuliaan apalagi yang lebih indah dari itu? Boleh jadi keluarga yang tidak seindah yang engkau bayangkan, namun engkau tetap dalam keta'atan dan bersabar didalamnya justru itulah cara Allah meninggikan derajatmu di SurgaNya kelak. Maka berprasangka baiklah terhadap ketetapanNya... Tak ada suatu hal buruk yang kita alami kecuali PASTI ada hikmah dibaliknya.

Bersabarlah... raih cintaNya, dan tetaplah dalam keta'atan
Kerena Allah tak akan pernah menyia-nyiakan hambaNya yang bertaqwa, kecuali PASTI Allah akan memberi balasan terindah untuknya suatu hari nanti


Wallahu Ta'ala A'lamu Bishshowaab


Read More..

Minggu, 15 Juli 2018

Siapa yang Hendaknya Kupilih? (1)

Tak usah baper saat melihat teman menikah, karena menikah itu bukan tentang siapa yang paling cepat menuju pelaminan. Tapi menikah itu ialah tentang siapa yang paling lama mempertahankan pernikahan dan seberapa barokah keluarga yang dibangun diatas syari'at.

Kenali dirimu... Apakah kamu termaksud orang yang wajib, sunnah, ataukah makruh untuk menikah.
Jika kamu termaksud dalam kategori sunnah untuk menikah, maka tak perlu baper... Tak perlu tergesa-gesa... Yakinlah, akan ada waktunya. Bersama orang yang tepat. Diwaktu yang tepat. Karena menikah itu durasinya hingga maut memisahkan, bukan ketika bosan lantas boleh melepaskan...

Percayalah, tulang rusuk tak akan pernah tertukar. Pun, jodoh tak akan kemana. Jodoh selalu tau kemana dia harus pulang, walaupun terkadang ia harus kesasar terlebih dulu di hati orang.

Saudariku... Sebelum ingin menikah tanyakanlah pada hatimu, "Dengan apa aku akan bahagia?"
Jika bahagiamu ada pada harta, maka pilihlah ia yang memiliki harta. Jika bahagiamu ada pada tampang, maka pilihlah ia yang parasnya rupawan. Namun jika ternyata bahagiamu ada tatkala hatimu dipenuhi oleh cinta kepadaNya dan hidup diatas sunnah RasulNya, maka pilihlah ia yang mampu berjalan bersamamu diatas keistiqomahan... 

Ibnu Taimiyah -rahimahullah- berkata yang artinya, “Sungguh kasihan orang-orang yang cinta dunia, mereka (pada akhirnya) akan meninggalkan dunia ini, padahal mereka belum merasakan kenikmatan yang paling besar di dunia ini”, maka ada yang bertanya: “Apakah kenikmatan yang paling besar di dunia ini?”, Beliau -rahimahullah- menjawab: “Cinta kepada Allah, merasa tenang ketika mendekatkan diri kepada-Nya, rindu untuk bertemu dengan-Nya, serta merasa bahagia ketika berzikir dan mengamalkan ketaatan kepada-Nya” (Igaatsatul laahfan) 


Jika engkau memilih karena parasnya, maka paras yang rupawan itu bukanlah jaminan kebaikan akan ada pada diri seseorang. Jika engkau memilih karena harta, maka betapa banyak mereka yang jauh dari kata bahagia sekalipun bergelimang materi? Apakah 'Asiyah bahagia dalam rumah tangganya bersama Fir'aun dalam istanah yang begitu megah? Sayangnya tidak. Materi memang tak bisa dinafikan. Mempertimbangkan materi bukan matre, tapi realistis. Akan tetapi pikirkanlah lagi apakah tumpukan materi akan menjamin ketenangan hatimu? Apakah tumpukan materi akan memberi kebahagiaan yang selama ini diinginkan oleh hatimu? Bukankah nyawa kita tak akan dicabut sebelum kita mengambil seluruh rezeki kita? Dan bukankah rezeki yang telah ditetapkan oleh Allah tak akan pernah diambil oleh orang lain? Lantas apa yang dikhawatirkan? 


Dan lagi... Jangan juga menikah hanya karena cinta... Sebab cinta sejatinya hanyalah secuil rasa yang dititipkan Allah pada hati hambaNya. Jika rasa itu hilang? lantas apa lagi alasanmu untuk bertahan? Apakah yakin rasanya tak akan hambar?
Maka sebelum memilih pikirkanlah, "hal apa yang ada pada dirinya yang akan membuatku akan terus bertahan sekalipun rasa cinta itu telah hilang suatu saat nanti?". Karena hati itu berada diantara dua jemari Allah. Kita mungkin bisa memilih dengan siapa kita akan menikah, tapi kita tak bisa memilih dengan siapa kita akan jatuh cinta. Sebagaimana kita tak bisa menjamin agar cinta itu akan tetap terus sama kadarnya.

Read More..

Jumat, 13 Juli 2018

Waktunya Move On !

Jika kamu tidak diperjuangkan oleh orang yang kamu harapkan,
maka yakinlah, suatu saat kamu akan diperjuangkan oleh
seseorang yang mengharapkanmu...

Tak perlu bersedih! karena waktumu begitu berharga untuk
menangisi seseorang yang bahkan tak pantas ditangisi...
Waktumu begitu berharga untuk memikirkan orang yang belum tentu juga memikirkanmu...

Dia yang menolak dan menyia-nyiakanmu, belum tentu lebih baik darimu...
Boleh jadi menurut Allah kamu adalah pribadi yang lebih baik darinya, hingga Allah menginginkanmu bertemu dengan orang yang lebih baik darinya...
Maka berprasangka baiklah terhadap segala ketetapanNya...

Kosongkan hatimu...
Penuhi dengan cintamu padaNya... 
Karena jika Allah mencintai seorang hamba, 
maka Allah akan memberikan segala yang terbaik untuknya...
Jauh lebih indah dari apa yang ia bayangkan

Kosongkan hatimu...
Biarkan cintamu kepada-Nya besemayam indah di sana

Kelak, yakinlah... 
Ia akan menghadirkan seseorang yang mencintaimu sepenuh hati, 
menerimamu dengan apa adanya...
Read More..

Sabtu, 20 Januari 2018

Cara Agar Tak Terkesan Jutek

Anda dibilang jutek? Padahal menurut anda biasa aja? Yah, terkadang memang begitu. Dunia ini lumayan kejam waaat....! Akupun pernah merasakannya. Dulu. Sering malah. Waktu masih jamannya suka ngoleksi boneka mulai dari yang kecil unyu-unyu sampai yang segede gambreng dan pada akhirnya boneka-boneka itu berakhir bersama kobaran api dan minyak tanah.

Trus sekarang? Kata oraaang... Yah, kalau kata orang sih lumayanlah. Lumayan ngademin dikit. Hehehe. Kata Orang! 

Caranya?

Caranya sebenarnya susah-susah gampang. Cukup banyakin senyum saat ngomong dan hindari kata-kata yang akan menyinggung hati orang. Senyumnya bukan senyum kyak orang lagi kesem sem ya. Ntar malah dikira gila! Jangan juga senyum saat lagi ngomong serius, ya intinya sesuai sikonlah. Kamudian pandai-pandai milih kata, berusaha agar tidak ada hati yang tersakiti. ^_^

Jadi dulu itu subhanallah paling gak bisa kalau disuruh ngomong lembut, suka dibilang judes padahal menurutku itu biasa aja.

Terus mulailah ikut kajian. Ta'jub sama orang-orangnya yang super ramah. Belum kenal tapi kita disamperin, diajak kenalan, diajak salaman, disenyumin. Huaaaah.... itu jujur buat diri ini ta'jub, karena lingkungan pertemananku sebelumnya gak ada yang seperti itu. Gak ada yang ramah.  Eh, ada juga deng. Cuman cara nyapanya aja yang beda, nama kita diteriakin dari jauh. Hihihi... 
Yah, begitulah...

Jadi dulu pas awal masuk SMA, di tempat ta'lim ada satu akhowat (cwek) yang bagi ana paling nyenengin dan adem kalau dipandang. Ngomongnya gak lembut-lembut amat, biasa aja. Tapi ternyata yang buat dia enak dipandang dan nyenengin itu karena senyumnya. Suka menebar senyum dan ramah. Nah, itu sebenarnya yang lebih penting dari sekedar lembut. Apalah arti kata lembut kalau ucapan bagai belati, tajam dan menohok???

Beberapa kali pas lihat beliau ngomong sempat kagum " Masya Allah, bisa gak ya ana kayak gitu?" Batinku saat itu. Yah secara, itu adalah awal-awal diriku hijrah dan itu berat. And then I tried it. Awalnya rada kaku, lama-lama alhamdulillah mulai terbiasa dan akhirnya menjadi kebiasaan.

Nah, belajar dari pengalaman... Karakter dan kebiasaan itu sebenarnya bisa dirubah. Jangan pernah mengatakan, "aku tidak ingin munafik, yah inilah aku!" Oke. Fine. Tapi kalau ternyata kebiasaan itu kurang baik mengapa tidak untuk dirubah? Apalagi kalau terkadang buat orang yang berinteraksi dengan kita menjadi kurang nyaman??? Masih ingin mengatakan inilah aku???

Kalau ingin merubah kebiasaan menjadi lebih baik Insya Allah bisa. Rasulullah bersabda yang artinya, "Barangsiapa yang berusaha menjadi penyabar, maka Allah akan menjadikannya penyabar"

Ya demikian juga, barang siapa yang ingin menjadi dan "berusaha" menjadi ramah maka Allah akan menjadikannya sosok sebagaimana yang ia usahakan. Tentunya dengan ujian diawalnya. Untuk apa? Untuk membuktikan apakah si hamba sungguh-sungguh ingin berubah ataukah tidak. Jika tidak, maka si hamba akan mudah untuk menyerah saat diuji, demikian pula sebaliknya. 

Allah berfirman yang artinya : " Apakah manusia mengira mereka dibiarkan mengatakan : aku telah  beriman sedang mereka belum diuji?" (QS. Al ankabut: 2-3)

Maka saat Anda mulai akan berubah kearah yang lebih baik, maka pasti akan banyak ujian yang datang. Dan jika saat itu tiba, jangan menyerah! Jangan berbalik arah! Dan keluarlah sebagai pemenang!

~Semoga Allah senantiasa memudahkan kita dalam kebaikan~
Read More..

About Me

Foto Saya
Akhwat's Note
Just an ordinary girl...
Lihat profil lengkapku