topbella

Minggu, 06 September 2020

Cerita yang Tak Pernah Usai, Jika Itu Tentangmu

Yogyakarta, 6 September 2020...

 

Apa kabar? 

Malam di kota ini semakin larut. Sepi, tapi tidak dengan suasana hati yang sedang bergemuruh. Sejenak menyesapi berbagai rasa yang selama ini selalu hadir namun sesaat. 

Rindu. Hanya kata itu yang mampu mewakili seluruh rasa yang bersemayam tanpa permisi. Satu-satunya rasa yang kuizinkan tinggal tanpa ada niatan mengabaikan. Tanpa harus ditepis, ataupun dimusnahkan kehadirannya. 

Rasa ini selalu berhasil membuatku berbicara tentangmu, lagi… dan lagi. 

Denganmu, aku belajar apa itu cinta sejati. Bukan hanya cinta, tapi juga rindu. Satu rasa yang tak pernah menyakiti jika itu tentangmu. 

Denganmu aku tersadar, bahwa bukan cinta sesungguhnya jika tak mendoakan, tak berjuang, ataupun berusaha agar orang yang dicintai mendapatkan sesuatu yang terbaik. 

Jika dahulu engkau yang selalu berjuang untukku, kini… izinkan aku yang berjuang untukmu. Izinkan aku merasakan sakit untukmu. Sakit yang dapat membuatmu damai dalam sunyi. Biar kurasakan. Semoga aku kuat…

Aku rindu… 
Allah Tahu, seberapa sering aku membisikikkan kata itu. Menyebutmu dalam doa. Berharap agar engkau mendapatkan tempat yang baik disana. 
 
Selalu menyebut semua kebaikan dan berbagai perubahan yang aku lakukan karenamu atas izin Allah. Itu salah satu cara yang aku lakukan, agar pahala tak pernah putus untukmu. Selalu kubisikan padaNya, bahwa aku mengetahui dan melakukan kebaikan A, B, dan C itu melaluimu… Ku katakan tanpa bosan… Selalu. 
 
Dalam hening aku merenung… 
Akankah kita bertemu kembali? Mengulang berbagai moment indah saat bersama? Saat yang tak akan pernah aku lupa ialah, saat memeluk dan mencium aroma parfum milikmu. Bahkan saat engkau dalam keadaan menyetir, yang menjadi kegemaranku adalah merangkul lehermu dari kursi belakang seraya mendalami aroma bahumu yang tertutupi oleh baju kaos yang engkau gunakan. 
 
Mengingat hal itu, aku kembali tersenyum. Banyak senyuman yang disertai air mata saat aku menulis ini. Indah, tanpa ada rasa sakit… 
 
Dulu, kita sering berpergian bersama. Saat kecil hingga SMP, aku yang paling sering engkau ajak safar berdua ke kampung halaman, Pare-Pare. Hampir setiap tahun engkau mengajakku. Hanya kita berdua… 
 
Kebiasaanku untuk ikut kemanapun engkau pergi tak pernah hilang. Hingga masuk masa putih abu-abu juga masih sama, aku selalu suka mengekori kemana kakimu melangkah. 
 
Terimakasih atas semua perhatian, kasih sayang, kelembutan, dan berbagai perlakuan manis yang selalu engkau berikan padaku sejak kecil hingga dewasa. 
 
Aku sangat bersyukur Allah pernah menitipkanku kepadamu. Allah menjagaku dengan baik melaluimu… 
 
Terima kasih telah meninggalkan cerita yang baik untuk dikenang. Engkau bukan sosok yang sempurnah, tapi engkau selalu tau bagaimana cara mendidik dan memberi hukuman tanpa harus meninggalkan bekas, hingga yang aku tahu tentangmu segalanya merupakan hal yang baik. Izinkan aku sekali lagi mengatakan 
 
RINDU. 
 
Aku merindukanmu sebagai sosok yang paling menyayangi dan memahamiku di bawah kolong langit. Sosok yang selalu paham tanpa aku harus bercerita panjang lebar. Mungkin aku kehilangan itu, tapi aku yakin suatu saat Allah akan menggantinya...
 

 
-Your baby girl-
Read More..

Minggu, 30 Agustus 2020

Belajar Memahami

Beberapa tahun lalu punya teman yang saat bersama keluhannya begitu banyak. Sakit fisik yang diderita, masalah keluarga, pertemanan, dll. Akan tetapi, saat bersama orang lain dia terlihat baik-baik saja, bahkan terlihat ceria. Sakit fisik yang selalu dikeluhkan saat bersamaku melebur entah kemana. 

Saat itu seorang teman berkata, "Kamu ngapain segitunya banget sama dia? Dia itu manja amat. Dia baik-baik saja kok. Aku heran masalah dan sakitnya seberat apa?" 
 
Mendengar itu aku hanya tersenyum. Tak terprovokasi, tapi tidak menyangga juga. Wajar. Aku pun terkadang heran, "Wong dia baik-baik saja kok, tapi kenapa selalu tak pernah ingin ditinggal? Selalu bawel dan selalu terlihat lemah saat bersama?" 
 
Dulu hanya sebatas empati. Sebatas ingin memperlakukan orang lain dengan perlakuan terbaik. Dan yang aku tahu, TOLERANSI SAKIT SETIAP ORANG ITU BERBEDA-BEDA. TIDAK SAMA. KITA MAMPU, BELUM TENTU DIA PUN DEMIKIAN. Bukannya sedang bermain peran. Tidak. Ia hanya tak ingin mengumbar keterpurukan dan rasa sakitnya kepada banyak orang. Itu yang aku pahami.

Seiring berjalannya waktu akhirnya aku belajar, bahwa seseorang terlihat baik-baik saja belum tentu hati dan fisiknya pun demikian. 

Terkadang ada rasa perih yang tertahan dalam setiap tawa. Ada sesak yang tersimpan dalam sebuah keceriaan. Hingga kita menemukan orang yang kita anggap tepat untuk dapat berbagi rasa, berbagi rasa sakit yang sebenarnya tak lagi dapat tertahan dalam waktu yang lebih lama. 
 
Terkadang kita hanya menunggu seseorang yang tepat. Seseorang yang membuat kita nyaman menumpahkan seluruh beban yang tersimpan, dan memperlihatkan bahwa "aku sedang tidak baik-baik saja."
Read More..

Kamis, 02 Januari 2020

Sepenggal Rindu

Rindu...

Setelah sekian lama, akhirnya kembali merasakan bagaimana rasanya benar-benar rindu pada seseorang...

Saat namanya selalu ada dalam setiap do'a, dan air mata tak pernah sanggup tertahan saat menyebutkan namanya dihadapan Ar Rahman...

Biar kutitipkan engkau kepada para Malaikat dan sebaik-baik Penjaga agar tak ada satupun makhluk di dunia ini yang mampu menyakiti dan mengganggu senyummu...


Dahulu aku lupa rasanya rindu. Sudah sangat lama rasanya tak pernah rindu kepada seseorang. Rindu yang berkepanjangan, bukan hanya datang sepintas lalu pergi. Ini beda. Ada rindu dan khawatir disaat yang sama. Berharap ia akan selalu baik-baik saja dan tak ada satu makhlukpun yang bisa mengganggunya.

Sekarang aku tau bagaimana rasanya rindu kampung halaman, rindu pulang, rindu bertemu orang tua sebagaimana orang kebanyakan. Lima bulan lalu sebelum melanjutkan studiku aku pernah bilang, "Aku senang merantau. Bahkan nanti ingin tinggal jauh dari kampung halaman". Mendengar itu, adikku sedikit kaget. Disaat kebanyakan orang tak ingin jauh dari keluarga aku malah sebaliknya. 

Bertahun-tahun aku terbiasa merantau, pulang setahun sekali, bahkan pernah saat idul fitri tak pulang karena ingin fokus pada target dan cari pengalaman baru. Tak masalah bagiku, aku tak begitu rindu. Cukup do'a, curhat pada Allah dan selesai. 

Tapi sekarang berbeda...
Yaa... Sekarang aku rindu. Sangat rindu, bahkan bisa menangis sedih karena rindu. Rindu ini awet, sejak empat bulan lalu dan tak hilang. Ini rindu keduaku kepada seseorang. Rindu yang selalu kubawa dalam do'a. Biar kuabadikan di sini, bahwa aku pernah rindu dan hanya akan tenang setelah berdo'a diiringi tangis pengharapan bahwa Allah akan selalu menjaganya.



Miss you mah.. 🌹





Semarang, 2 Januari 2020
Read More..

Kamis, 29 Agustus 2019

Cinta Membuatku Rela Menjadi Tukang Laundry

Alhamdulillah tak terasa sudah sepuluh tahun dalam hijrah. Flashback sekitar 8 tahun lalu, sempat ada dimasa saat ketertarikan pada buku begitu menggila. Sejak SMA lihat buku seperti ibu-ibu belanja ke mall terus lihat diskonan ^_^. Selalu sayang rasanya kalau sampai tidak terbeli. ^_^ 

Mau beli harganya puluhan, ratusan, bahkan ada yang jutaan. Minta ke ortu rasanya malu padahal masih SMA saat itu. Tapi entah kenapa sejak SMA selalu malu rasanya untuk minta uang apalagi untuk beli ini dan itu diluar kebutuhan. Bukan karena orang tua tidak mampu, tapi karena ingin merasakan bagaimana nikmatnya berjuang dan berusaha tanpa harus selalu minta ke ortu. 

Sampai akhirnya saat masuk pesantren bela-belain tidak jajan saat teman-teman yang lain pada jajan demi buku. Cuman beli coki-coki  gopean terus dibagi tiga buat pengganjal perut. Sengaja digunting jadi tiga bagian biar nanti bisa nyampe 1-2 hari. Saat lapar dimakan sedikit buat pengganjal perut sambil nunggu waktu makan, terus sisanya disimpan lagi buat dimakan pas lapar. Semua itu biar uang jatah jajan bisa ditabung untuk beli buku. ^_^

Sempat jadi tukang laundry juga pas zaman awal-awal mondok di Yogyakarta. Rela cuciin pakaian orang terus dijemur ke lantai tiga demi buku. Secinta itu, dan tidak malu sama sekali. Ingat sekali saat itu laundry sekilo tiga ribu rupiah. Nyucinya pakai tangan pula. He...

Sebelum berangkat ke sekolah baju-baju laundry sengaja direndam dulu. Bel istirahat saat teman-teman yang lain sibuk jajan dan ngobrol, aku buru-buru dengan langkah cepat bahkan terkadang lari kecil menuju KM (kamar mandi) buat ngucak pakaian laundry terus sholat dhuhah sebelum bel masuk berbunyi.
Kemudian saat bel pulang, langsung bergegas pulang duluan buat jemur cucian diember dan dibawa ke lantai tiga. Kebayang gak, angkat dua ember naik tangga ke lantai tiga pegelnya kayak apa disiang bolong? EMEJING...

Sorenya setelah tahfidz barulah jemuran-jemurannya diambil dari lantai tiga dibawah ke kamar buat dilipat dan diantar kepemiliknya masing-masing. Semuanya demi buku...









Tak sampai setahun jadi tukang laundry tanpa sepengetahuan ortu dan betapa lelahnya saat itu. Selalu ngos-ngosan, lupa rasanya tidur siang seperti apa, dan sholat adalah waktu istirahat terbaik, waktu istirahat terindah. Saat aku bisa curhat sepuasnya kepada Rabbku. Menceritakan sepuasnya betapa lelahnya aku saat itu. Betapa terkadang jenuh tapi juga ingin mengisi setiap detik waktuku dengan berjuang dijalan Allah.

Saat itu capek…

Tapi begitu indah…

Saat-saat dimana selama empat tahun aku lupa bagaimana rasanya tidur siang karena mengejar target hafalan qur’an...

Saat-saat dimana aku lupa bagaimana rasanya berleha-leha dan tertawa lepas tanpa beban, tertawa tanpa harus terbayang akan neraka...

Saat anak-anak SMA sebayamu sibuk nongkrong, dan kamu hanya selalu berdua dengan Al Qur’an…

Saat anak-anak SMA sebayamu banyak tertawa dan kamu rasanya selalu ingin menangis karena rindu akhirat…

Saat anak-anak SMA sebayamu menceritakan cita-cita besar mereka mengenai dunia, ingin jadi dokter dan meraih gelar setinggi mungkin dan yang ada dibenakmu hampir setiap saat kala itu hanyalah ingin masuk surga, tak ada lain…

Saat anak-anak SMA sebayamu begitu mudah menghamburkan uang, dan kamu berusaha kerja keras untuk membeli keperluan dan keinginanmu padahal orang tua mampu memberikannya…

Mungkin salah satunya karena dari kecil sudah didoktrin untuk merasakan susah, abi –rahimahullah- selalu bilang, “Hidup itu jangan enak terus. Harus merasakan yang namanya hidup susah, hidup mandiri dan berjuang. Hidup dengan perjuangan itu indah, rasanya akan beda dengan orang yang hidupnya serba enak.”
Dan karena itulah aku bergitu bersemangat untuk hidup dengan penuh perjuangan (walaupun aku tau, perjuanganku sungguh tak seberapa dan tak ada apa-apanya dibanding yang lain. Ya, setidaknya aku sudah sedikit berusaha. Berjuang dengan versiku sendiri)


Saat-saat itu...
Lelah memang, tapi ada kebahagiaan yang tidak akan pernah bisa dideskripsikan. Terimakasih yaa Rabb... Segala Puji BagiMu yang membuatku pernah merasakannya 🌹
Rindu 🌹🌹🌹
Read More..

Rabu, 03 Juli 2019

Menikahlah Karena Ingin, Bukan Karena Tuntutan


Memilih pasangan itu tak usah terburu-buru. Jangan terlalu dipaksakan dan tak usah berpatokan dengan usia. Kita tidak sedang membeli barang di toko yang ketika kita lihat, suka, lantas langsung membeli. Jangan lupa bahwa yang akan kita miliki adalah makhluk hidup, teman seumur hidup, bukan barang. Tak usah tergesa-gesa, nikmati tahapannya. Jika jodoh, insya Allah akan tetap dipersatukan. Akan ada celah untuk bersama, begitupun sebaliknya.

Menikahlah karena memang ingin. Karena sudah mampu dan benar-benar siap. Bukan karena tuntutan. Bukan karena melihat teman-teman menikah. Bukan karena desakan usia ataupun pertanyaan orang-orang. Engkau percaya takdir Allah? Percayalah, ia akan indah.


Jagalah dirimu dengan sebaik-baiknya

Tetaplah taat sekalipun jenuh

Jadilah indah…

Jadilah langka…

Tak pernah tersentuh dan masih tersegel rapi

Buatlah ia yang mendapatkanmu kelak merasa menjadi orang yang begitu istimewa

Karena sosok yang ia miliki belum pernah terjamah sedikitpun

Manjanya, perhatiannya, romantisnya, marahnya, cemburunya belum pernah dirasakan oleh siapapun sebelumnya

Jikapun kelak engkau tidak mendapatkan yang serupa,

Setidaknya engkau telah berlaku baik padanya bahkan sebelum kalian bertemu





Baca Juga :
Read More..

Selasa, 02 Juli 2019

Bersabar Dalam Taat Akan Selalu Menguntungkan

Bersabarlah untuk hal yang menyakitkan, sebab manisnya sabar akan senantiasa membuatmu tersenyum...

Sabar tak akan membuatmu hina

Tetap dalam taat tak lantas menjadikanmu rendah

Betapa indah seseorang yang mampu untuk melakukan jika ia mau, tapi justru memilih untuk kokoh diatas syari'at yang bertentangan dengan ego dan hawa nafsunya

Bukan karena tak mampu, tapi karena ia tak mau

Karena ia tahu, bahwa ini dunia

Bersabarlah dalam taat...

Hingga hari kemenangan itu tiba, hingga berita gembira itu datang, hingga kesedihan dan kesusahan tinggalah kenangan...

Ingatkah kita akan kisah Uwais Al Qarni???

Siapa sangka bahwa orang yang hanya dikenal sebagai penggembala yang miskin oleh penduduk bumi ternyata adalah hamba yang begitu dicintai oleh Allah???

Dia biasa saja di dunia, tapi ternyata begitu menjadi perbincangan oleh penduduk langit serta kedatangannya senantiasa dinantikan oleh para malaikat

Begitulah mereka, para ahli surga...

Beramal untuk akhirat, berusaha eksis di hadapan Allah. Bukan di hadapan makhluk. Balasan surga menanti mereka, bukan dunia yang pada akhirnya akan musnah dan tak lagi bernilai
Read More..

Senin, 03 Juni 2019

Memiliki Anak Sebelum Memiliki Ilmunya, Bijak kah? (1)



Seorang anak punya hak untuk diasuh dan dibesarkan oleh orang tua yang memiliki wawasan yang cukup. Kurang bijak rasanya tatkala akan memiliki seorang anak tapi pasangan suami istri tidak belajar terlebih dulu tentang ilmu parenting, bagaimana memaksimalkan tumbuh kembang anak dengan baik, bagaimana menghasilkan anak yang cerdas, mudah diterima dilingkungannya kelak dan sebagainya. 

Ketika anak diasuh dan dididik dengan asal-asalan maka hasilnyapun akan demikian. Oleh karena itu, jangan salahkan anak jika kelak mengapa anak orang lebih pintar dari dia, kenapa anak orang lain lebih mudah diatur, dll.

Ibaratnya, orang yang berprofesi sebagai guru, dokter, maupun tentara harus memiliki ilmu dibidangnya bukan? Begitupun menjadi orang tua. Tidak mungkin jika anak tiba-tiba tumbuh jadi anak yang hebat, pintar, religius, berakhlak mulia tanpa adanya pendidikan dan ilmu yang cukup dari orang tuanya.


Sebaliknya, anak yang dididik atas dasar ilmu dengan memperhatikan nutrisi, perkembangan sel-sel otaknya agar menjadi anak yang cerdas, diperhatikan perkembangan emosional dan spritualnya dengan benar maka akan menjadi anak yang tumbuh dengan kualitas yang baik insya Allah.

Lalu terlambatkah untuk menjadi orang tua yang professional?


Tidak.

Caranya?

Banyak-banyak membaca. Banyak-banyak mencari tau.

Jadi orang tua maupun calon orang tua tidak boleh malas membaca, tidak boleh tidak belajar,  khususnya seorang ibu. Ibu itu harus pintar, harus cerdas, harus berwawasan. Karena melalui perantara orang tualah generasi penerus yang berkualitas akan tumbuh . Melalui perantara orang tualah putra putri terbaik bangsa yang kelak akan mengemban dakwah dan expert dibidangnya akan dilahirkan.  
Mengapa saya katakan ditangan orang tua, bukan ibu atau ayah saja?  Karena hasil terbaik ada dari kerjasama yang baik,  bukan hanya dari salah satu pihak. Masing-masing harus memainkan perannya dengan baik .


Merasa terlambat? 


TIDAK. 


Jika orang tua kita dulunya kurang memaksimalkan tumbuh kembang kita dengan baik,  tidak dibesarkan dengan pola asuh yang baik dan lingkungan keluarga yang kurang kondusif karena kurang harmonis, serta keterbatasan ilmu pengetahuan... maka jangan sampai semua itu terulang pada anak kita kelak. Cukup berhenti pada kita saja,  jangan sampai anak kita turut merasakan hal yang sama. 

Anak itu ibarat adonan sebelum dimasukan keoven, bisa kita bentuk sesuka hati. Asal jangan dibentuk pas keluar dari oven, akan sulit diubah bentuk dasarnya. Salah sedikit bisa hancur. Hanya bisa diberi aneka topping sebagai pemanis.



Wallahu Ta'ala A'lam Bishshowaab
Read More..

Rabu, 24 April 2019

Mengapa Aku Tidak Pernah Pacaran? (2)

Tidak fit berhari-hari membuatku jadi ingat DIA…

Orang yang dulu selalu menyuapiku saat sakit… Bahkan terkadang menggendongku saat aku malas jalan…
Orang yang dulu selalu bertanya, “ingin apa?” seraya memelukku bahkan seringkali disertai ciuman sayang dan akupun marah…
Ya, marah karena saat itu aku merasa sudah mulai dewasa, sudah SMA dan tidak mau diperlakukan seperti anak kecil lagi… 

DIA…
Orang yang selalu datang ke kamarku membawa toples cemilan sambil menemaniku belajar dan  mengelus lembut rambutku…
Saat aku tidak suka akan sesuatu, DIAlah orang pertama yang akan tahu tanpa aku ucapkan terlebih dulu…

Orang yang dulu selalu memberiku motivasi melalui kisah-kisah inspiratifnya dan mengajarkanku banyak hal secara detail tanpa lelah...

DIA...
Orang yang kurasa paling menyayangiku dibawah kolong langit... Hingga setelah dimarah pun beberapa menit kemudian aku akan datang meminta maaf dan duduk manja dipangkuannya seolah tak pernah terjadi apa-apa... 

Orang yang sangat sering kuekori kemanapun hendak pergi, bahkan hingga aku SMA. Saat pergi ke rumah teman untuk urusan kerjaanpun aku ikut, dan beliau tidak keberatan sama sekali ^_^

Kalau ditanya kenapa dulu aku tidak pernah pacaran, sekarang aku tau jawabannya…
“Karena aku telah mendapat kasih sayang, perhatian, serta perlakuan yang begitu besar dan baik dari seorang laki-laki hingga merasa tak membutuhkannya lagi dari laki-laki lain”


I LOVE YOU…

I love you, my lovely daddy…

One thing I’ve learned such an early age is…
Sebenarnya yang membuat kita merasa “saya adalah orang yang paling bahagia” bukanlah uang, bukan jabatan, bukan prestasi… Akan tetapi “perasaan” DICINTAI yang dalam, perhatian yang terasa berlimpah, rasa kasih sayang dan selalu diutamakan.
Saat kita merasa kurang bahagia dan selalu kurang, itu mungkin karena kita kurang bersyukur dan “tidak merasa” ada kasih sayang yang besar dan selalu diutamakan dari orang-orang disekitar kita. Maka cobalah untuk merasakan cinta dan kasih sayang mereka…


The last, thank you Allah…

Terimakasih pernah membuatku merasakannya...
Segala puji bagiMu yang senantiasa menggerakkan hati orang-orang disekelilingku untuk mencintai dan menyayangiku… karena aku tahu, bahwa Engkaulah yang menggerakkan hati mereka, BUKAN karena aku yang baik.
Read More..

Sabtu, 30 Maret 2019

A Letter To My Little Sister

Dear My Little Sis...
akhwatsnote.blogspot.com


Saat jenuh datang, istirahatlah sejenak...

Jangan terlalu dipaksakan...
Istirahat boleh, tapi tidak untuk mundur dan berbalik ke belakang

Jadikan sholat sebagai waktu untuk beristirahat...
Waktu untuk berkelu kesah sepuasnya...

Curhat dengan manusia terkadang tak mendapat solusi,
tapi dengan Allah sudah pasti akan diberi jalan keluar...

Saat sholat, menangislah sepuasnya...
Mengeluh sepuasnya...
Curhat sepuasnya...
Buat Allah luluh... Buat Allah cinta...
Karena jika Allah telah cinta kepada seorang hamba,
maka Allah akan menghimpunkan banyak kebaikan untuknya serta membuat manusia dan malaikat turut mencintainya

Nikmatilah waktu-waktu berjuangmu...
Suatu saat, justru saat-saat seperti itulah yang akan dirindukan dan akan selalu terkenang... 

Teruslah semangat, teruslah berdo'a...
Semakin gelap malam, semakin ia mendekat cahaya fajar

Laa tahzan! Believe that everything will be worth it. You pray, Allah listens. You've Allah... and Allah loves you. 
Read More..

Rabu, 30 Januari 2019

Ujian Itu Mau Bagaimana Rasanya, Kitalah yang Menentukan

Di dalam sebuah kapal menuju Kendari…

Friend: Subhanallah, panaasss… (sambil kipas-kipas kegerahan)

Dua jam kemudian saat sampai hotel…

Friend : Tadi kepanasan gak sih? Tidurnya tenang sekali. Sampai mikir dalam hati anty kepanasan gak sih. Saya saja sampai bolak-balik kiri-kanan saking panasnya. Maaf ya ukh kalau terganggu.

Me: (senyum) ^_^. Kalau ditanya panas atau tidak, yah panas. Sama, saya juga rasa panas (karena memang saat itu suhunya panas dan sangat gerah ditambah lagi padatnya penumpang). 

Friend : Terus kok tenang gitu? 

Me : Terus harusnya gimana? (sambil senyum)

Friend : …

Me : Gak ada yang bisa dipakai buat kipas. ^_^
Mengeluh? Mengeluh juga tidak akan membuat panas dan gerahnya menjadi hilang bukan? Balik badan kiri-kanan juga tidak akan mengubah suhu bukan? Dengan mengeluh, panasnya justru membuat kita tersugesti hingga akhirnya terasa semakin panas dan gerah. Bolak-balik badan saat duduk justru bisa membuat orang yang berada disamping kita merasa terganggu. Jadi, mengeluh ataupun grasak-grusuk termaksud solusi bukan? Bukan. Mengurangi panasnya nggak? Enggak. Yang terjadi justru apa? Suhu terasa makin panas, makin gerah, hati menjadi gelisah, orang lain disekitar kita boleh jadi terganggu karena kita duduk tidak tenang, dan juga kesempatan mendapat pahala karena bersabar dalam gangguan justru tersia-siakan.

Friend : Jadi ukhty?

Me : Saat kita dihadapkan dengan sesuatu yang tidak kita sukai, lakukan sesuatu yang bisa merubah keadaan tanpa harus mengeluh maupun mengganggu orang lain. Cari kipas atapun tempat yang bisa mengurangi gerahnya. Tapi jika tidak bisa, yah cukup nikmati. Tidak usah pikirkan panasnya, tidak usah perdulikan ketidaknyamanannya, istighfar, tenangkan hati. Jikapun masalah tidak terpecahkan, setidaknya kita tidak menambah kadarnya dan merugikan orang lain.

Friend : Masya Allah…

                                                    ***


Kawan... terkadang mungkin kita bertanya-tanya mengapa kehidupan kita berbeda dengan orang lain. Mengapa hidupnya terlihat lebih enak, lebih beruntung, dll. Terkadang bukan karena mereka menghadapi hal yang berbeda, namun cara mereka meresponlah yang membedakan. Saat dua orang dihadapkan pada dua masalah yang sama, yang satu memilih mengeluh, pasrah dan menyerah ataupun berjuang tapi dengan cara yang salah, sedangkan yang lainnya memilih berjuang dan sama sekali tidak mengeluh serta menampakan kesusahannya pada orang lain, maka keputusan itulah yang akan memberikan hasil yang berbeda.

Cobaan itu ibarat kopi, akan menjadi nikmat jika dipadukan dengan manisnya gula. Mau bagaimana rasanya, kitalah yang menentukan. Jika ingin rasanya manis, tambahkan gula. Jika rasanya terlalu pekat, tambahkan air. Mau rasanya pahit, manis, hangat, panas ataupun dingin, kita yang menentukan. Begitupun dalam kehidupan.

Jika kehidupan ini terasa begitu pahit, maka tambahkan dengan manisnya kesabaran. Siapa kita dan bagaimana kita lima tahun kedepan ataupun setelah meninggal kelak, tergantung bagaimana usaha kita hari ini. Apapun masalahnya, apapun ujiannya, always stay connected to God!


Wallahu a'lamu bish showaab





Lainnya :
Saatnya Menata Hati
There Are Always Choices In Life
Read More..

About Me

Foto Saya
Akhwat's Note
Just an ordinary girl...
Lihat profil lengkapku