Minggu, 30 Agustus 2020
Belajar Memahami
Kamis, 02 Januari 2020
Sepenggal Rindu
Bertahun-tahun aku terbiasa merantau, pulang setahun sekali, bahkan pernah saat idul fitri tak pulang karena ingin fokus pada target dan cari pengalaman baru. Tak masalah bagiku, aku tak begitu rindu. Cukup do'a, curhat pada Allah dan selesai.
Yaa... Sekarang aku rindu. Sangat rindu, bahkan bisa menangis sedih karena rindu. Rindu ini awet, sejak empat bulan lalu dan tak hilang. Ini rindu keduaku kepada seseorang. Rindu yang selalu kubawa dalam do'a. Biar kuabadikan di sini, bahwa aku pernah rindu dan hanya akan tenang setelah berdo'a diiringi tangis pengharapan bahwa Allah akan selalu menjaganya.
Miss you mah.. 🌹
Kamis, 29 Agustus 2019
Cinta Membuatku Rela Menjadi Tukang Laundry
Sebelum berangkat ke sekolah baju-baju laundry sengaja direndam dulu. Bel istirahat saat teman-teman yang lain sibuk jajan dan ngobrol, aku buru-buru dengan langkah cepat bahkan terkadang lari kecil menuju KM (kamar mandi) buat ngucak pakaian laundry terus sholat dhuhah sebelum bel masuk berbunyi.
Tak sampai setahun jadi tukang laundry tanpa sepengetahuan ortu dan betapa lelahnya saat itu. Selalu ngos-ngosan, lupa rasanya tidur siang seperti apa, dan sholat adalah waktu istirahat terbaik, waktu istirahat terindah. Saat aku bisa curhat sepuasnya kepada Rabbku. Menceritakan sepuasnya betapa lelahnya aku saat itu. Betapa terkadang jenuh tapi juga ingin mengisi setiap detik waktuku dengan berjuang dijalan Allah.
Rindu 🌹🌹🌹
Rabu, 03 Juli 2019
Menikahlah Karena Ingin, Bukan Karena Tuntutan
Selasa, 02 Juli 2019
Bersabar Dalam Taat Akan Selalu Menguntungkan
Senin, 03 Juni 2019
Memiliki Anak Sebelum Memiliki Ilmunya, Bijak kah? (1)
Ketika anak diasuh dan dididik dengan asal-asalan maka hasilnyapun akan demikian. Oleh karena itu, jangan salahkan anak jika kelak mengapa anak orang lebih pintar dari dia, kenapa anak orang lain lebih mudah diatur, dll.
Ibaratnya, orang yang berprofesi sebagai guru, dokter, maupun tentara harus memiliki ilmu dibidangnya bukan? Begitupun menjadi orang tua. Tidak mungkin jika anak tiba-tiba tumbuh jadi anak yang hebat, pintar, religius, berakhlak mulia tanpa adanya pendidikan dan ilmu yang cukup dari orang tuanya.
Lalu terlambatkah untuk menjadi orang tua yang professional?
Mengapa saya katakan ditangan orang tua, bukan ibu atau ayah saja? Karena hasil terbaik ada dari kerjasama yang baik, bukan hanya dari salah satu pihak. Masing-masing harus memainkan perannya dengan baik .
Merasa terlambat?
TIDAK.
Jika orang tua kita dulunya kurang memaksimalkan tumbuh kembang kita dengan baik, tidak dibesarkan dengan pola asuh yang baik dan lingkungan keluarga yang kurang kondusif karena kurang harmonis, serta keterbatasan ilmu pengetahuan... maka jangan sampai semua itu terulang pada anak kita kelak. Cukup berhenti pada kita saja, jangan sampai anak kita turut merasakan hal yang sama.
Wallahu Ta'ala A'lam Bishshowaab
Rabu, 24 April 2019
Mengapa Aku Tidak Pernah Pacaran? (2)
Orang yang dulu selalu bertanya, “ingin apa?” seraya memelukku bahkan seringkali disertai ciuman sayang dan akupun marah…
Orang yang dulu selalu memberiku motivasi melalui kisah-kisah inspiratifnya dan mengajarkanku banyak hal secara detail tanpa lelah...
Orang yang kurasa paling menyayangiku dibawah kolong langit... Hingga setelah dimarah pun beberapa menit kemudian aku akan datang meminta maaf dan duduk manja dipangkuannya seolah tak pernah terjadi apa-apa...
Terimakasih pernah membuatku merasakannya...
Sabtu, 30 Maret 2019
A Letter To My Little Sister
akhwatsnote.blogspot.com |
Saat jenuh datang, istirahatlah sejenak...
Jangan terlalu dipaksakan...
Istirahat boleh, tapi tidak untuk mundur dan berbalik ke belakang
Jadikan sholat sebagai waktu untuk beristirahat...
Waktu untuk berkelu kesah sepuasnya...
Curhat dengan manusia terkadang tak mendapat solusi,
tapi dengan Allah sudah pasti akan diberi jalan keluar...
Saat sholat, menangislah sepuasnya...
Mengeluh sepuasnya...
Curhat sepuasnya...
Buat Allah luluh... Buat Allah cinta...
Karena jika Allah telah cinta kepada seorang hamba,
maka Allah akan menghimpunkan banyak kebaikan untuknya serta membuat manusia dan malaikat turut mencintainya
Nikmatilah waktu-waktu berjuangmu...
Suatu saat, justru saat-saat seperti itulah yang akan dirindukan dan akan selalu terkenang...
Teruslah semangat, teruslah berdo'a...
Semakin gelap malam, semakin ia mendekat cahaya fajar
Laa tahzan! Believe that everything will be worth it. You pray, Allah listens. You've Allah... and Allah loves you.
Rabu, 30 Januari 2019
Ujian Itu Mau Bagaimana Rasanya, Kitalah yang Menentukan
Me : Saat kita dihadapkan dengan sesuatu yang tidak kita sukai, lakukan sesuatu yang bisa merubah keadaan tanpa harus mengeluh maupun mengganggu orang lain. Cari kipas atapun tempat yang bisa mengurangi gerahnya. Tapi jika tidak bisa, yah cukup nikmati. Tidak usah pikirkan panasnya, tidak usah perdulikan ketidaknyamanannya, istighfar, tenangkan hati. Jikapun masalah tidak terpecahkan, setidaknya kita tidak menambah kadarnya dan merugikan orang lain.
Friend : Masya Allah…
***
Kawan... terkadang mungkin kita bertanya-tanya mengapa kehidupan kita berbeda dengan orang lain. Mengapa hidupnya terlihat lebih enak, lebih beruntung, dll. Terkadang bukan karena mereka menghadapi hal yang berbeda, namun cara mereka meresponlah yang membedakan. Saat dua orang dihadapkan pada dua masalah yang sama, yang satu memilih mengeluh, pasrah dan menyerah ataupun berjuang tapi dengan cara yang salah, sedangkan yang lainnya memilih berjuang dan sama sekali tidak mengeluh serta menampakan kesusahannya pada orang lain, maka keputusan itulah yang akan memberikan hasil yang berbeda.
Cobaan itu ibarat kopi, akan menjadi nikmat jika dipadukan dengan manisnya gula. Mau bagaimana rasanya, kitalah yang menentukan. Jika ingin rasanya manis, tambahkan gula. Jika rasanya terlalu pekat, tambahkan air. Mau rasanya pahit, manis, hangat, panas ataupun dingin, kita yang menentukan. Begitupun dalam kehidupan.
Jika kehidupan ini terasa begitu pahit, maka tambahkan dengan manisnya kesabaran. Siapa kita dan bagaimana kita lima tahun kedepan ataupun setelah meninggal kelak, tergantung bagaimana usaha kita hari ini. Apapun masalahnya, apapun ujiannya, always stay connected to God!
Wallahu a'lamu bish showaab
Lainnya :
Saatnya Menata Hati
There Are Always Choices In Life
Selasa, 04 Desember 2018
Selalu Gagal Move On, Apa yang Salah?
“Bagimana cara agar bisa move on? Ingin melupakan, tapi rasanya kok susah ya?”
Orang yang sedang berjuang untuk move on mungkin sering bertanya seperti itu dan sering juga mendapat jawaban yang sama, “Lupakanlah karena Allah, dan yakin bahwa kelak Allah pasti akan mengganti dengan yang jauh lebih baik.”
Sepintas tidak ada yang salah dari nasehat tersebut, dan memang tidak salah. Akan tetapi, mengapa banyak orang yang gagal dalam implementasinya? Keyakinan yang kurangkah? Atau kesungguhan dalam menerapkannya yang tak maksimal?
Saudariku…
Ternyata ada satu hal yang selama ini sering kali terlupakan. Inti dari move on itu sendirilah yang kerap tidak kita pahami dan abaikan. Bukan sebatas move on dari orang yang kita cintai, akan tetapi termaksud move on dari segala kejadian buruk yang pernah kita alami di masa lalu.
Lantas, apa yang sering terluput
hingga move on selalu saja gagal?
IKHLAS.
Ya, inti dari move on adalah ikhlas. Move on bukan tentang bagaimana kamu melupakan, namun tentang bagaimana kamu mengikhlaskan. Saat dimana tidak ada lagi rasa sakit tatkala teringat. Cara ini memang tak mudah, namun akan jauh lebih baik bagi kesehatan jiwa dikemudian hari.
Untuk melupakan sesuatu apalagi tergolong berkesan dalam hidup, baik itu kesan baik atau kesan buruk bukanlah hal yang mudah. Bahkan rasanya hampir mustahil, kecuali jika kamu lupa ingatan. Pun, move on juga bukan hanya perkara bisa atau tidak. Jika ditanya bisa atau tidak? InsyaAllah bisa, yang jadi masalah adalah mau atau tidak?
Berdamailah dengan masa lalu. Tidak perlu bersusah payah untuk melupakan. Bahkan tidak harus melupakan, karena jika teringat maka rasa perih itu akan terasa lagi. Ikhlaskanlah! Sehingga, meskipun tiba-tiba kamu teringat, kamu akan tetap baik-baik saja. Mulai sekarang, belajarlah untuk memahami mana yang harus dipertahankan, mana yang harus diperjuangkan, dan mana yang memang harus untuk diikhlaskan.