topbella

Rabu, 28 November 2018

Cara Mudah Menghafal Qur'an?


Saat mendengar kalimat "Hafal Al Qur'an 30 juz" apa yang sering terlintas dibenak kita? 
 
“Hafal 30 juz? Wah, gimana caranya?”. Jangankan untuk memulai, baru membayangkan saja sudah pesimis.
“Ah, dia mah enak bisa menghafal dari dulu. Sedangkan saya? Kayaknya mustahil, umur sudah segini, sudah telat juga kayaknya,” and bla…bla.. bla…

Ya, antara lain mungkin seperti itu. Saya pun dulu juga sempat berpikir seperti itu. "Wah? like impossible. Umur sudah berapa, aktivitas padat, pikiran mulai bercabang," dll.

Oke.. Tapi tau tidak, apa yang membuat seseorang itu gagal meraih apa yang diinginkan?


Yup. Salah satunya adalah selalu mengeluh tanpa berbuat sungguh-sungguh dan selalu compare hasil kita dengan hasil orang lain.

"Ah, tapi dia mah enak. Emang dasarnya pintar, sudah lama masuk pondok", dll.

Nah, itulah kita…
Kita selalu melihat hasil tanpa mau tau bagaimana start dan prosesnya. Tidak semua para hafidz/hafidzoh itu dilahirkan dari keluarga yang 100 % religious, tak semua juga memiliki IQ yang tinggi, tak semua jebolan pesantren dan mondok bertahun-tahun lamanya. Tak jarang mereka berasal dari sekolah umum. Sedikit berbagi pengalaman pribadi, dulu kelas 10 belum bisa ngaji. Walaupun mulai kerudung gede tapi masih buta huruf hijaiyah. Belum tau mengaji dengan tajwid itu seperti apa. Kelas 10 cuman hafal Al Fatihah, Al Ikhlash, sama An Naas. Itupun Al Ikhlash kadang masih lupa-lupa. Setiap sholat cuman dua surah itu yang selalu dibaca. Sampai malu sendiri sama kerudung gede tapi belum tau ngaji >.< Tapi bagiku saat itu better late than never. I quit, I lose.

Yakinlah, “Besar kecilnya pencapaian yang kita raih tergantung sebesar apa usaha yang kita lakukan dan tentunya tak lepas dari campur tangan Allah”. Kebanyakan kita hanya selalu mencoba sebentar, susah, gagal, menyerah, lalu pada akhirnya berhenti. Padahal untuk meraih sebuah pencapaian besar tentu saja tidak didapat dengan mudah. Jika dianalogikan mungkin seperti ini, seseorang yang ingin membeli berlian otomatis harus bekerja keras untuk mendapatkannya. Sebaliknya, jika kita tidak ingin usaha and try harder itu berarti kita cukup dengan aksesoris plastik yang mudah didapat bahkan tanpa harus usaha kerja siang malam sekalipun.
Tidakkah kita berpikir, bahwa terlalu murah untuk membalas kebaikan kedua orang tua dengan gelar dunia, materi dan sejenisnya? Semua itu ada waktu limitnya. Tak akan bertahan lama. Jabatan dan prestasi dunia hanya akan mengharumkan nama kita di daerah tertentu saja dan dimasa itu saja. Setelah itu? Selesai. Pun, harta dunia yang kita kumpulkan bisa dalam sekejap hilang begitu saja, dan juga tak akan meringankan beban kita di akhirat kelak.

Gempa dan tsunami Palu, Sigi dan Donggala belum lama ini menyadarkan kita bahwa harta, rumah, kendaraan mewah yang dikumpulkan mati-matian, kerja siang malam bertahun-tahun untuk mendapatkannya bisa dengan mudahnya hilang dan hancur begitu saja dalam sekejap. Semua yang dibanggakan bisa hilang begitu saja. Tak ada yang kekal. Kekekalan yang sesungguhnya dimana? Akhirat. 

Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda yang artinya :
"Siapa yang menghafal Al Qur'an, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari. Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, "Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam ini?" Lalu disampaikan kepadanya, "Disebabkan anakmu telah mengamalkan Al Qur'an." (HR. Hakim 1/756 dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani -rahimahullah-)


Itulah hadiah yang kekal. Kebanggaan yang haqiqi disaat para orang tua dan anak-anaknya hanya mampu tertunduk kaku. Saat dimana gelar, jabatan dan harta yang dibanggakan semasa di dunia tak lagi bermanfa’at. Dulu saya termaksud orang yang berprinsip, “Jika engkau mampu berusaha  meraih berlian, lantas mengapa harus mengambil barang plastik dan puas dengan itu?”


So guys… Menghafal Al Qur’an itu tidak mudah. Apalagi mempertahankannya. Tapi bukan berarti mustahil. Toh, banyak orang yang berhasil. Just don’t quit. You quit, you lose. Yakinlah, setiap orang yang berjalan pasti akan sampai. Tak perduli sepelan apa ia berjalan suatu saat ia pasti akan tetap sampai juga ke finish line. Begitu juga dalam menghafal. Selambat apapun engkau merasa menghafal, yakinlah akan sampai juga. Hal terpenting adalah sungguh-sungguh, banyak berdo’a, dan jahui maksiat.

TAK ADA KATA TERLAMBAT! Take action and try harder. Stop compare proses kita dengan orang lain karena setiap orang punya prosesnya masing-masing dan waktu pencapain yang berbeda-beda. It’s gonna be tiring of course. It gonna be boring, and it’s gonna hurt. But you just gotta keep going!


Wallahu a'lamu bishshowaab
Read More..

Selasa, 25 September 2018

Jangan Pernah Berputus Asa Dari Rahmat dan Pertolongan Allah Sekalipun Engkau Adalah Hamba yang Bermaksiat dan Senantiasa Bermaksiat

Pukul 21.00 WITA ceritanya baru pulang. Pas mau keluar dari mobil qaddarullah pintu mobil gak bisa kebuka karena ujung jilbab kejepit pintu, entah bagian mana aku pun bingung. Sekitar 15 menit berusaha tetap saja pintu tidak bisa terbuka, ditarik juga tidak bisa tertarik. And then fix, karena sepi akhirnya mencoba memberanikan diri buat keluar dan masuk ke rumah tanpa jilbab buat ngambil jilbab baru plus cari bantuan. But still, jilbabnya tetap tidak mau tertarik dan pintu belum bisa terbuka. Sudah pakai alatpun tetap tidak mau terbuka. 

Sudah sekitar setengah jam, sudah semakin malam, dan sudah mulai menyerah. Teman yang tolongpun sudah ngantuk dan bilang, “Sudahlah! besok pagi saja, sudah malam! Kayaknya memang harus ke bengkel”. Sempat terbawa juga buat berhenti. Disaat yang nolong pergi, tiba-tiba pengen berdo’a. Tapi nyali seolah ciut. Begitu malu rasanya. “Ya Allah, masikah do’aku akan dikabulkan? Masih pantaskah aku meminta kepadaMu?” hatiku berbisik. Ada sedikit keraguan. Malu dan ciut rasanya meminta disaat maksiat terasa selalu mendominasi. Begitu tak tahu diri rasanya tiba-tiba berdo'a sementara diri berjalan semakin jauh dari Allah. Tapi Alhamdulillah, keyakinan bahwa Allah Maha Pengabul do’a dan menyukai hambaNya yang meminta kepadaNya masih lebih besar dari ciutnya nyaliku.

Selanjutnya dengan penuh keyakinan dan kepasrahan diri ini pun berdo’a, air matapun tanpa malu-malu jatuh begitu saja. Agak lebay ya? Tapi begitulah dari dulu kalau berdo'a dalam kondisi apapun itu air matanya tidak pernah bisa diajak bersahabat ^__^. Dan akhirnya.... dengan bacaan basmalah dan bacaan yang lain akupun menarik jilbab itu perlahan dari dalam. Daannnnn… What amazing, begitu mudah rasanya saat ditarik tanpa harus bersusah payah seperti sebelumnya dan jilbabkupun berhasil diselamatkan walau sedikit agak rusak. Tapi ya tetap Alhamdulillah, setidaknya tidak sobek.

Inti dari cerita ini apa?

Intinya adalah, melalui kejadian ini Allah kembali menyadarkanku akan dua hal dan ini yang ingin dishare :
Pertama, jangan mudah menyerah! Sering kali disaat kita memutuskan untuk menyerah, disaat itu sebenarnya kita sudah hampir berhasil mendapatkan apa yang kita usahakan kalau saja kita mau berjuang sedikit lagi.
Kedua, jangan pernah berputus asa dari Rahmat dan Pertolongan Allah sekalipun engkau adalah hamba yang bermaksiat dan senantiasa bermaksiat. Karena sesungguhnya Allah itu sesuai prasangka hambaNya. 

“Aku menurut persangkaan hambaKu terhadapKu, dan Aku bersamanya ketika ia mengingat (berdzikir) kepada-Ku. Jika ia mengingatKu dalam dirinya, Aku pun mengingatnya dalam DiriKu. Jika ia mengingatKu di tengah orang banyak, Aku pun mengingatnya di tengah kelompok yang lebih baik dari mereka (yakni para malaikat,-pent.)” (HR. Al-Bukhari)  

“Berdo’alah kepadaKu” firman Allah, “Maka akan Aku kabulkan”.

“Sesungguhnya Allah Ta’ala malu bila seorang hamba membentangkan kedua tangannya untuk memohon kebaikan kepada-Nya, lalu Ia mengembalikan kedua tangan hamba itu dalam keadaan hampa/gagal.” (HR. Imam Ahmad, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’)

Jadi, jangan pernah ciut untuk meminta. Jika bukan kepada Allah kita berserah, maka kepada siapa lagi? Dan jika bukan kepada Allah kita memohon untuk dikabulkan, maka kepada siapa lagi?

Terakhir…
Jangan pernah mengeluh saat menghadapi sesuatu yang tidak disukai karena pasti ada hikmahnya, entah itu berupa peringatan, pelajaran, atau bahkan sekedar penggugur dosa. Setiap kejadian yang tidak mengenakan yang kita alami apapun itu pasti ada hikmahnya, itu PASTI. Hanya saja terkadang kitalah yang kurang atau bahkan sama sekali tidak peka. Sebagaimana Allah yang memberiku pelajaran berharga dan semangat baru melalui kisah sederhana ini.
Read More..

Selasa, 24 Juli 2018

Janganlah Menjadi Wanita yang Mudah Didapat dan Dilihat Dimana-Mana

Dan jadilah wanita layaknya mutiara yang terjaga

Tak tersentuh kecuali oleh pemiliknya...

Ia cantik dan rupawan,
tapi ia tau kepada siapa saja kecantikannya
dapat ia perlihatkan...

Suaranya lembut, indah, tak pernah menyakiti dalam
bertutur...

Bercengkrama dengannya selalu menyenagkan,
akan tetapi tak sembarang pria bisa merasakan...

Ia cerdas dan berpendidikan,
berdiskusi dengannya selalu menyenangkan

Ia layaknya mutiara yang tersembunyi di dasar lautan

   Dan yang mendapatkannya, hanyalah "dia" yang mampu
   menahan napas lebih lama dari sesaknya lautan terdalam


Read More..

Selasa, 17 Juli 2018

Siapa yang Hendaknya Kupilih? (2)

Sejatinya manusia pasti dalam lubuk hatinya menginginkan pasangan yang lebih baik darinya, yang bisa menuntunnya dalam keta'atan. Orang baik itu banyak. Cerdas? Banyak juga. Tapi yang paham agama dan mengamalkannya? Sayangnya sedikit.
 
Mungkin sebagian kita berpikir, "Ah, tak mengapa tak kenal sunnah dan belum nyunnah. Nanti insya Allah bisa berproses bersama, yang terpenting akhlaknya baik".

Subhanallaah...
Sayangnya hidayah itu milik Allah, dan Allahlah yang memberikannya kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Kita tak bisa menjamin hidayah itu akan diberikan kepada orang yang kita sayang. Baiknya akhlak itu sebaiknya jangan dijadikan standar utama. Orang baik itu banyak. Dan kebaikan akhlak itu bisa diusahakan. Tapi orang yang diberi hidayah itu jarang, dan sayangnya kita tak bisa memberikan hidayah kepada orang yang kita inginkan. Sebagaimana Rasulullah -Shalallahu 'Alaihi Wasallam- yang tidak bisa memberi hidayah iman kepada pamannya, padahal beliau adalah salah satu orang yang sangat beliau cintai. Lantas, bagaimana dengan kita???

Tak masalah berpikir seperti itu. Tapi coba renungkan lagi, yakin jika suatu saat nanti ia akan turut hijrah dan akan membangun keluarga yang sesuai dengan sunnah bersamamu? Alhamdulillah kalau ia... kalau tidak? Terutama untuk kalian saudariku yang telah berhijrah. Ingat-ingatlah betapa beratnya perjuanganmu diawal-awal hijrah hingga akhirnya engkau sampai pada titik ini. Telah banyak hal yang dikorbankan, maka haruskah menikah dalam pertaruhan? 

Dalam berumah tangga yang utama ialah harus sekufu, dan sevisi misi. Mempercayakan dirimu kepada seseorang yang tak sekufu dan sevisi misi sama dengan menikah dalam pertaruhan. Namanya wanita itu kodratnya disetir, bukan menyetir. Seberprinsip apapun seorang wanita, lambat laun ia pasti akan mengikut pada suaminya. Saat engkau mulai menyimpang dalam aturan Allah atau mungkin mulai berbelok, maka bagaimana suamimu akan mengingatkan jika iapun belum paham atau bahkan paham tapi tak perduli? 

Jangan sampai hidayah yang begitu mahal dan telah engkau peroleh perlahan-lahan mulai terlepas tanpa engkau sadari... Karena sejatinya wanita itu lemah, maka ia butuh kepada sosok yang bisa menguatkan dan meluruskan tatkala ia mulai berbelok...
Maka pikirkanlah... Jangan gadaikan akhirat demi secuil dunia.


Rasulullah -Shalallahu 'Alaihi Wasallam- bersabda yang artinya, "Pilihlah yang baik agamanya. Jika tidak, niscaya engkau akan merugi." (HR. Bukhori)


Banyak orang yang sering bertanya, "Lantas bagaimana jika suatu saat datang seorang pria baik  akan tetapi belum mengenal sunnah dan setelah sholat istikhoroh hati ternyata condong dan yakin kepadanya? Istikhoroh berkali-kali akan tetapi jawabannya tetap sama. Dan suatu saat ternyata kita berjodoh dengan orang yang kita ketahui secara dzohir bukanlah orang yang ta'at dan belum nyunnah padahal yang kita inginkan adalah dia yang telah mengenal sunnah?"


Jika demikian, maka pililah sesuai jawaban istikhorohmu. Pilihlah yang menenangkan hatimu dan tetaplah berprasangka baik kepada seluruh takdir Allah, sekalipun terkadang engkau merasa itu tidak adil untuk terjadi kepadamu. Karena...


"Boleh jadi engkau membenci sesuatu padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi engkau menyukai sesuatu padahal itu buruk untukmu. Allah Mengetahui, sedangkan engkau tidak mengetahui" 
(Al Baqarah : 216)

Tetaplah berpikiran positif...
Pertama, boleh jadi suatu saat nanti ia justru mendapat hidayah dan itu melaluimu. Selama ia melakukan kebaikan, selama itu juga pahalanya mengalir untukmu. Orang yang kita lihat biasa saja ataupun buruk saat ini boleh jadi dia justru akan menjadi orang yang jauh lebih baik dan istiqomah dalam keta'atan dikemudian hari saat hidayah menyapanya. Sebagaimana kitapun tidak pernah tahu bagaimana akhir kehidupan kita nantinya.

Kedua, adapun jika ternyata tidak... Maka ingatlah kisah 'Asiyah. Bagaimana Allah meninggikan derajatnya akibat keimanan dan besarnya kesabarannya menghadapi sang suami Fir'aun. Kehidupan rumah tangganya terasa begitu menyesakkan, namun ia memilih bersabar hingga Allah memberikan Surga akibat kesabarannya dan kisahnya pun diabadikan didalam Al Qur'an  yang mulia. Maka kemuliaan apalagi yang lebih indah dari itu? Boleh jadi keluarga yang tidak seindah yang engkau bayangkan, namun engkau tetap dalam keta'atan dan bersabar didalamnya justru itulah cara Allah meninggikan derajatmu di SurgaNya kelak. Maka berprasangka baiklah terhadap ketetapanNya... Tak ada suatu hal buruk yang kita alami kecuali PASTI ada hikmah dibaliknya.

Bersabarlah... raih cintaNya, dan tetaplah dalam keta'atan
Kerena Allah tak akan pernah menyia-nyiakan hambaNya yang bertaqwa, kecuali PASTI Allah akan memberi balasan terindah untuknya suatu hari nanti


Wallahu Ta'ala A'lamu Bishshowaab


Read More..

Minggu, 15 Juli 2018

Siapa yang Hendaknya Kupilih? (1)

Tak usah baper saat melihat teman menikah, karena menikah itu bukan tentang siapa yang paling cepat menuju pelaminan. Tapi menikah itu ialah tentang siapa yang paling lama mempertahankan pernikahan dan seberapa barokah keluarga yang dibangun diatas syari'at.

Kenali dirimu... Apakah kamu termaksud orang yang wajib, sunnah, ataukah makruh untuk menikah.
Jika kamu termaksud dalam kategori sunnah untuk menikah, maka tak perlu baper... Tak perlu tergesa-gesa... Yakinlah, akan ada waktunya. Bersama orang yang tepat. Diwaktu yang tepat. Karena menikah itu durasinya hingga maut memisahkan, bukan ketika bosan lantas boleh melepaskan...

Percayalah, tulang rusuk tak akan pernah tertukar. Pun, jodoh tak akan kemana. Jodoh selalu tau kemana dia harus pulang, walaupun terkadang ia harus kesasar terlebih dulu di hati orang.

Saudariku... Sebelum ingin menikah tanyakanlah pada hatimu, "Dengan apa aku akan bahagia?"
Jika bahagiamu ada pada harta, maka pilihlah ia yang memiliki harta. Jika bahagiamu ada pada tampang, maka pilihlah ia yang parasnya rupawan. Namun jika ternyata bahagiamu ada tatkala hatimu dipenuhi oleh cinta kepadaNya dan hidup diatas sunnah RasulNya, maka pilihlah ia yang mampu berjalan bersamamu diatas keistiqomahan... 

Ibnu Taimiyah -rahimahullah- berkata yang artinya, “Sungguh kasihan orang-orang yang cinta dunia, mereka (pada akhirnya) akan meninggalkan dunia ini, padahal mereka belum merasakan kenikmatan yang paling besar di dunia ini”, maka ada yang bertanya: “Apakah kenikmatan yang paling besar di dunia ini?”, Beliau -rahimahullah- menjawab: “Cinta kepada Allah, merasa tenang ketika mendekatkan diri kepada-Nya, rindu untuk bertemu dengan-Nya, serta merasa bahagia ketika berzikir dan mengamalkan ketaatan kepada-Nya” (Igaatsatul laahfan) 


Jika engkau memilih karena parasnya, maka paras yang rupawan itu bukanlah jaminan kebaikan akan ada pada diri seseorang. Jika engkau memilih karena harta, maka betapa banyak mereka yang jauh dari kata bahagia sekalipun bergelimang materi? Apakah 'Asiyah bahagia dalam rumah tangganya bersama Fir'aun dalam istanah yang begitu megah? Sayangnya tidak. Materi memang tak bisa dinafikan. Mempertimbangkan materi bukan matre, tapi realistis. Akan tetapi pikirkanlah lagi apakah tumpukan materi akan menjamin ketenangan hatimu? Apakah tumpukan materi akan memberi kebahagiaan yang selama ini diinginkan oleh hatimu? Bukankah nyawa kita tak akan dicabut sebelum kita mengambil seluruh rezeki kita? Dan bukankah rezeki yang telah ditetapkan oleh Allah tak akan pernah diambil oleh orang lain? Lantas apa yang dikhawatirkan? 


Dan lagi... Jangan juga menikah hanya karena cinta... Sebab cinta sejatinya hanyalah secuil rasa yang dititipkan Allah pada hati hambaNya. Jika rasa itu hilang? lantas apa lagi alasanmu untuk bertahan? Apakah yakin rasanya tak akan hambar?
Maka sebelum memilih pikirkanlah, "hal apa yang ada pada dirinya yang akan membuatku akan terus bertahan sekalipun rasa cinta itu telah hilang suatu saat nanti?". Karena hati itu berada diantara dua jemari Allah. Kita mungkin bisa memilih dengan siapa kita akan menikah, tapi kita tak bisa memilih dengan siapa kita akan jatuh cinta. Sebagaimana kita tak bisa menjamin agar cinta itu akan tetap terus sama kadarnya.

Read More..

Jumat, 13 Juli 2018

Waktunya Move On !

Jika kamu tidak diperjuangkan oleh orang yang kamu harapkan,
maka yakinlah, suatu saat kamu akan diperjuangkan oleh
seseorang yang mengharapkanmu...

Tak perlu bersedih! karena waktumu begitu berharga untuk
menangisi seseorang yang bahkan tak pantas ditangisi...
Waktumu begitu berharga untuk memikirkan orang yang belum tentu juga memikirkanmu...

Dia yang menolak dan menyia-nyiakanmu, belum tentu lebih baik darimu...
Boleh jadi menurut Allah kamu adalah pribadi yang lebih baik darinya, hingga Allah menginginkanmu bertemu dengan orang yang lebih baik darinya...
Maka berprasangka baiklah terhadap segala ketetapanNya...

Kosongkan hatimu...
Penuhi dengan cintamu padaNya... 
Karena jika Allah mencintai seorang hamba, 
maka Allah akan memberikan segala yang terbaik untuknya...
Jauh lebih indah dari apa yang ia bayangkan

Kosongkan hatimu...
Biarkan cintamu kepada-Nya besemayam indah di sana

Kelak, yakinlah... 
Ia akan menghadirkan seseorang yang mencintaimu sepenuh hati, 
menerimamu dengan apa adanya...
Read More..

Sabtu, 20 Januari 2018

Cara Agar Tak Terkesan Jutek

Anda dibilang jutek? Padahal menurut anda biasa aja? Yah, terkadang memang begitu. Dunia ini lumayan kejam waaat....! Akupun pernah merasakannya. Dulu. Sering malah. Waktu masih jamannya suka ngoleksi boneka mulai dari yang kecil unyu-unyu sampai yang segede gambreng dan pada akhirnya boneka-boneka itu berakhir bersama kobaran api dan minyak tanah.

Trus sekarang? Kata oraaang... Yah, kalau kata orang sih lumayanlah. Lumayan ngademin dikit. Hehehe. Kata Orang! 

Caranya?

Caranya sebenarnya susah-susah gampang. Cukup banyakin senyum saat ngomong dan hindari kata-kata yang akan menyinggung hati orang. Senyumnya bukan senyum kyak orang lagi kesem sem ya. Ntar malah dikira gila! Jangan juga senyum saat lagi ngomong serius, ya intinya sesuai sikonlah. Kamudian pandai-pandai milih kata, berusaha agar tidak ada hati yang tersakiti. ^_^

Jadi dulu itu subhanallah paling gak bisa kalau disuruh ngomong lembut, suka dibilang judes padahal menurutku itu biasa aja.

Terus mulailah ikut kajian. Ta'jub sama orang-orangnya yang super ramah. Belum kenal tapi kita disamperin, diajak kenalan, diajak salaman, disenyumin. Huaaaah.... itu jujur buat diri ini ta'jub, karena lingkungan pertemananku sebelumnya gak ada yang seperti itu. Gak ada yang ramah.  Eh, ada juga deng. Cuman cara nyapanya aja yang beda, nama kita diteriakin dari jauh. Hihihi... 
Yah, begitulah...

Jadi dulu pas awal masuk SMA, di tempat ta'lim ada satu akhowat (cwek) yang bagi ana paling nyenengin dan adem kalau dipandang. Ngomongnya gak lembut-lembut amat, biasa aja. Tapi ternyata yang buat dia enak dipandang dan nyenengin itu karena senyumnya. Suka menebar senyum dan ramah. Nah, itu sebenarnya yang lebih penting dari sekedar lembut. Apalah arti kata lembut kalau ucapan bagai belati, tajam dan menohok???

Beberapa kali pas lihat beliau ngomong sempat kagum " Masya Allah, bisa gak ya ana kayak gitu?" Batinku saat itu. Yah secara, itu adalah awal-awal diriku hijrah dan itu berat. And then I tried it. Awalnya rada kaku, lama-lama alhamdulillah mulai terbiasa dan akhirnya menjadi kebiasaan.

Nah, belajar dari pengalaman... Karakter dan kebiasaan itu sebenarnya bisa dirubah. Jangan pernah mengatakan, "aku tidak ingin munafik, yah inilah aku!" Oke. Fine. Tapi kalau ternyata kebiasaan itu kurang baik mengapa tidak untuk dirubah? Apalagi kalau terkadang buat orang yang berinteraksi dengan kita menjadi kurang nyaman??? Masih ingin mengatakan inilah aku???

Kalau ingin merubah kebiasaan menjadi lebih baik Insya Allah bisa. Rasulullah bersabda yang artinya, "Barangsiapa yang berusaha menjadi penyabar, maka Allah akan menjadikannya penyabar"

Ya demikian juga, barang siapa yang ingin menjadi dan "berusaha" menjadi ramah maka Allah akan menjadikannya sosok sebagaimana yang ia usahakan. Tentunya dengan ujian diawalnya. Untuk apa? Untuk membuktikan apakah si hamba sungguh-sungguh ingin berubah ataukah tidak. Jika tidak, maka si hamba akan mudah untuk menyerah saat diuji, demikian pula sebaliknya. 

Allah berfirman yang artinya : " Apakah manusia mengira mereka dibiarkan mengatakan : aku telah  beriman sedang mereka belum diuji?" (QS. Al ankabut: 2-3)

Maka saat Anda mulai akan berubah kearah yang lebih baik, maka pasti akan banyak ujian yang datang. Dan jika saat itu tiba, jangan menyerah! Jangan berbalik arah! Dan keluarlah sebagai pemenang!

~Semoga Allah senantiasa memudahkan kita dalam kebaikan~
Read More..

Senin, 09 Oktober 2017

Calon Pasangan Halalku



Hai...
Kamu apa kabar?
Semoga sehat selalu dan dalam naungan cinta-Nya. ^_^

Tiba-tiba kepikiran kamu. Iya, kamu. ^_^
Orang yang sama sekali tak ku ketahui dan masih menjadi misteri.

Hmm... 
Kau tahu, tidak gampang tertarik dan mengagumi seseorang itu asyik, tapi juga terkadang greget di waktu yang sama.

Enaknya hati lebih terjaga dan tak mudah diisi oleh orang lain, jauh dari kata galau ^_^

Menolak beberapa ikhwan yang ingin serius sering membuatku bertanya dalam hati,  "Siapakah kamu? Bagaimana rupa dan kepribadianmu? Apakah lebih baik dari mereka ataukah malah sebaliknya?"

Orang-orang di sekitarku sering bertanya kriteria seperti apa yang aku inginkan dan aku pun bingung harus menjawab seperti apa. 

Bagiku, Allahlah Pengatur Kehidupan Terbaik. Ya, aku menyerahkan seluruh hidupku kepada-Nya dan biar Allah yang mengatur. Bukankah Allah mengetahui apa yang aku inginkan dan aku butuhkan? Dan aku sangat yakin, Allah tidak akan mengecewakanku.

Kalau tidak memiliki kriteria khusus, lalu mengapa suka menolak???

Hati. 

Bukankah jawaban dari-Nya adalah ketertarikan dan kemantapan hati? 

Dan aku belum pernah merasakan keduanya. Entah kenapa. Simpel, berarti bukan jodoh. 

Tidak pernah minta yang muluk-muluk. Siapapun kamu, sekalipun jauh dari apa yang aku inginkan, tapi jika baik untuk akhiratku, aku selalu memohon agar Allah melembutkan hatiku dan keluargaku untuk menerimamu. Memberiku keikhlasan dan kesabaran untuk berjalan bersamamu menuju kampung halaman Abadi.

Ahhhhh.. Jodoh. 
Sekeras apapun engkau menolaknya, jika jodoh, maka suatu saat ia akan tetap memilikimu. Dan sekeras apapun engkau berusaha meraihnya, jika bukan jodoh, maka ia tidak akan pernah tergapai.
                                                                                   ***




"Ya Rabb, titipkan aku kepada pria yang Engkau cintai dan dia mencintai-Mu lebih dari apapun. Dia yang engkau ridhoi dan dapat membimbingku berjalan bersamanya menuju surga-Mu. Dan apabila yang Engkau pilihkan tidak sesuai dengan apa yang aku inginkan, ku mohon, berikan aku keikhlasan dan kesabaran menerima ketetapan-Mu. Dan jangan pernah berhenti mencintaiku. Ya,  cukup cinta-Mu... Cukup terus mencintaiku,  dan aku yakin semua akan baik-baik  saja". 
Read More..

Jumat, 22 September 2017

Istidraj

"Aku sering maksiat, tapi kok aman-aman aja ya? Prestasiku semakin meningkat, keunganku justru semakin bertambah, dan hidupku lancar saja?"

Tak sadar, azab Allah tak selalu berbentuk musibah. Hukuman terberat bagi pelaku maksiat adalah saat kenikmatan dalam beribadah sudah dicabut oleh-Nya

Saat sholat tak lagi dinikmati, saat bacaan Al qur'an tak lagi menggetarkan hati, bahkan sering kali terlupakan.
Saat ibadah hanya jadi ritual penggugur kewajiban, terasa jadi beban, minim hikmah, hilang khusyu', dan tak punya dampak pada perbaikan akhlak.

Allah 'Azza wa Jalla berfirman yang artinya:

“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’am: 44)

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ

“Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad).

Maka adakah pemberian yang lebih nikmat dibanding hidayah dan kekhusyuan dalam beribadah?
Read More..

Sabtu, 16 September 2017

Teman Rasa Saudara

Ceritanya kemarin keluar seorang diri ketemu kerabat yang lama gak ketemu dan pulangnya fix aku diomelin karena berani bawa motor sendiri padahal belum mahir?!.

Siapa yang marahin? Mamah? kakak? 

Tentu bukan. Malainkan teman yang super duper protektif. 

Sebenarnya bukan cuman dia doang, karena hampir semua orang yang dekat denganku akan berubah menjadi protektif dan akibat keprotektifan merekalah alhasil hingga mau wisudapun aku belum mahir bawa motor dan baru belajar sekarang. Entah mengapa mereka bersikap seperti itu. Tapi gapapa. Setidaknya bisa nyetir mobil. Hhee

Dengan berbagai alasan mereka sukses membuatku selalu bergantung kepada mereka untuk urusan keluar kesana -kemari.
Susi : "gak usah bawa motor mba. Gak usah belajar. Mba gak cocok bawa motor".
Me : heh? "Gapapa sus. Ajarin ana ya, gak enakan ana repotin kalian mulu".
Susi : " gapapa mba, selama ana free ana bakalan ngantarin mb 'Aisy terus, gak repot kok mba"

Rani : "Kakak gak usah bawa motor aja. Ana gak mau ngajarin. Mending ana panas panasan daripada kakak bawa motor keluar sendiri". Dan dia sukses melarang siapapun yang mau ngajarin aku bawa motor.

Kak Eka : "Mumpung kakak masih di jogja, kakak bakalan antar adek kemanapun. Biar kakak jadi tukang ojeknya adek".

Fix, gak ada yang mau ngajarin ana dikota perantauan ini. Dan akhirnya dengan berbagai paksaan dan wajah memelas dan rayuan teman ana akhirnya terketuk juga pintu hatinya ^_^. "Kalau ana gak diizinin dan diajarin gimana nanti kalau ana lanjut study lagi? Siapa yang ngantarin ana kesana kemari sementara kita sudah pisah?" *emot melas dan puppy eyes andalan emang selalu ampuh. hehehe

Memang rencana setelah ini pengen lanjut kuliah lagi insya Allah karena hijab dan status "akhowat" bagi ana bukanlah halangan untuk menggapai pendidikan setinggi mungkin selagi bukan maksiat dan mendatangkan manfa'at yang lebih banyak why not? Iya gak sih? (Tolong dibenarkan kalau ana keliru tentang ini)

Pernah dengar kata-kata ini:
Salah satu bentuk rizki dari Allah ialah Allah memberikan kita sahabat-sahabat yang baik

Yup. Sahabat yang baik itu bukan hanya membantumu saat kesusahan, tapi sahabat yang baik ialah sahabat yang selalu menguatkan dalam kebaikan dan marah saat engkau berbuat maksiat. Dan aku begitu bersyukur mendapatkannya.

Bukan hanya perhatian, tenaga bahkan materipun rela diberikan secara cuma-cuma. Dan yang lebih menyentuh hati ini adalah mereka yang tak suka melihatku "sedikit" melenceng. Misalnya saat mereka nonton dan aku tak sengaja melintas atau menengok ke arah layar maka salah seorang dari mereka akan berkata, "Mb 'Aisy gak boleh lihat! Nanti hafalannya hilang!!" *sambil nutup layar laptop.

Atau saat akan pergi ke alun-alun kidul sekedar melepas penat di malam hari yang ketika itu juga sedang ada festival musik. Apa yang dikatakan temanku kepada teman yang lainnya saat tau aku juga ingin ikut? Marah, tentu. Dengan nada kesal ia berkata, "Kenapa bilang Aisyah? Jangan ajak-ajak dia ih! Udah tau disana banyak maksiat!".

Sekalipun mereka bukan alumi ma'had, tak sekalipun mereka mengizinkanku untuk melakukan sesuatu diluar kebiasaanku. Dan itu sukses membuatku menangis parah. 

Ya, Allah lagi-lagi menjagaku melalui mereka. As u know iman itu naik turun apalagi untuk anak kuliahan seperti diriku yang lama tak ikut kajian karena sibuk kuliah dari pagi sampai menjelang maghrib dan malamnya harus menyimak setoran hafalan anak-anak, mengerjakan tugas kuliah dan sebagian waktu untuk kepentingan organisasi. Aku pernah berada dipuncak kefuturan dan ingin menyerah dalam hijrah. 

Membayangkan kehidupan dan diriku sebelum hijrah sepertinya begitu menyenangkan, engkau tak perlu berjuang dengan begitu banyak linangan air mata saat menahan untuk tidak bermaksiat ataupun untuk tidak melakukan sesuatu yang tidak Allah cintai.

Kesal dengan sikap keprotektifan mereka?
Ya Allah... Mana mungkin aku kesal. Justru saat itu malah pengen nangis. "Disaat lalai dan letihku diatas al haq, Allah justru selalu melindukngiku untuk tetap berada dijalanNya".

Allah menghadirkan untukku saudari-saudari dengan segudang perhatin.
Saat sakit, maka saudariku akan menyuapiku tanpa aku minta, membuatkan teh hangat dan merawatku dengan tulus. Saat aku begitu disibukan dengan tugas-tugasku hingga tak lagi memiliki waktu untuk diri sendiri, maka saudariku akan mencuci pakaian kotorku dan merapikan barang barangku tanpa aku minta. Saat aku dalam suatu tugas, maka saudariku akan menyiapkan segalanya untukku. Terkadang kaget saat melihat barang-barang yang aku butuhkan telah lengkap tersedia.

Suatu ketika aku qaddarullah kehilangan hp, kemudian salah seorang kakak jauh-jauh dari Solo hari itu juga membelikan hp baru dan diantarkan ke jogja tanpa aku minta. Diberikan secara cuma-cuma. Kalau perlakuan cowok ke cewek mungkin wajar, tak ada yang spesial. Tapi seorang teman wanita yang baru dikenal beberapa bulan dan begitu baik serta loyal padamu, bagiku itu sedikit luar biasa. Padahal cuman ngasih kabar doang kalau hubungin via facebook aja karena hp qaddarullah hilang dan belum sempat beli. Bahkan, jauh-jauh dari Solo cuman buat ngasih hp baru, ngurusin kartu ke grapari, nyuciin baju dinas terus besoknya pulang. Entah, tapi hampir semua yang dekat denganku bersikap seperti itu. 

Sering bertanya kenapa mereka mau melakukan semua itu untukku secara cuma-cuma padahal aku merasa tidak memperlakukan mereka sebaik itu.

Yaa aku BAPER. Bagaimana mungkin aku tidak BAPER saat mereka begitu sering memberikan hal-hal manis untukku. Saat mereka rela mengorbankan apa yang mereka miliki untukku?
Mungkin itulah salah satu sebab mengapa aku masih betah dengan status single dan tak berhubungan dengan lawan jenis manapun hingga saat ini. Alhamdulillah.

Selain karena tau hukumnya, juga alhamdulillah karena perhatian dari orang-orang sekitar sudah terasa sangat berlimpah. Mereka dengan segudang perhatian dan selalu siap berkelana kemanapun saat jenuh melanda. Kurang apa lagi?

Yah, mereka sudah cukup bagiku. Setidaknya hingga detik ini.


"Ya Rabbi... 
Sejauh apapun aku bermain dan selalai apapun aku hari ini...
Aku mohon,
Jangan pernah putuskan penjagaanMu terhadapku...
Jangan pernah berhenti mencintaiku... 
Dan Jangan pulangkan aku kecuali dalam keadaan aku ridho dan Engkau meridhoiku"
Read More..

About Me

Foto Saya
Akhwat's Note
Just an ordinary girl...
Lihat profil lengkapku