Tak usah baper saat melihat teman menikah, karena menikah itu bukan tentang siapa yang paling cepat menuju pelaminan. Tapi menikah itu ialah tentang siapa yang paling lama mempertahankan pernikahan dan seberapa barokah keluarga yang dibangun diatas syari'at.
Kenali dirimu... Apakah kamu termaksud orang yang wajib, sunnah, ataukah makruh untuk menikah.
Jika kamu termaksud dalam kategori sunnah untuk menikah, maka tak perlu baper... Tak perlu tergesa-gesa... Yakinlah, akan ada waktunya. Bersama orang yang tepat. Diwaktu yang tepat. Karena menikah itu durasinya hingga maut memisahkan, bukan ketika bosan lantas boleh melepaskan...
Percayalah, tulang rusuk tak akan pernah tertukar. Pun, jodoh tak akan
kemana. Jodoh selalu tau kemana dia harus pulang, walaupun terkadang ia harus
kesasar terlebih dulu di hati orang.
Saudariku... Sebelum ingin menikah tanyakanlah pada hatimu, "Dengan apa aku akan bahagia?"
Jika bahagiamu ada pada harta, maka pilihlah ia yang memiliki harta. Jika bahagiamu ada pada tampang, maka pilihlah ia yang parasnya rupawan. Namun jika ternyata bahagiamu ada tatkala hatimu dipenuhi oleh cinta kepadaNya dan hidup diatas sunnah RasulNya, maka pilihlah ia yang mampu berjalan bersamamu diatas keistiqomahan...
Ibnu Taimiyah -rahimahullah- berkata yang artinya, “Sungguh kasihan orang-orang yang cinta dunia,
mereka (pada akhirnya) akan meninggalkan dunia ini, padahal mereka belum
merasakan kenikmatan yang paling besar di dunia ini”, maka ada yang
bertanya: “Apakah kenikmatan yang paling besar di dunia ini?”, Beliau -rahimahullah-
menjawab: “Cinta kepada Allah, merasa tenang ketika mendekatkan diri
kepada-Nya, rindu untuk bertemu dengan-Nya, serta merasa bahagia ketika
berzikir dan mengamalkan ketaatan kepada-Nya” (Igaatsatul laahfan)
Jika engkau memilih karena parasnya, maka paras yang rupawan itu bukanlah jaminan kebaikan akan ada pada diri seseorang. Jika engkau memilih karena harta, maka betapa banyak mereka yang jauh dari kata bahagia sekalipun bergelimang materi? Apakah 'Asiyah bahagia dalam rumah tangganya bersama Fir'aun dalam istanah yang begitu megah? Sayangnya tidak. Materi memang tak bisa dinafikan. Mempertimbangkan materi bukan matre, tapi realistis. Akan tetapi pikirkanlah lagi apakah tumpukan materi akan menjamin ketenangan hatimu? Apakah tumpukan materi akan memberi kebahagiaan yang selama ini diinginkan oleh hatimu? Bukankah nyawa kita tak akan dicabut sebelum kita mengambil seluruh rezeki kita? Dan bukankah rezeki yang telah ditetapkan oleh Allah tak akan pernah diambil oleh orang lain? Lantas apa yang dikhawatirkan?
Dan lagi... Jangan juga menikah hanya karena cinta... Sebab cinta sejatinya hanyalah secuil
rasa yang dititipkan Allah pada hati hambaNya. Jika rasa itu hilang?
lantas apa lagi alasanmu untuk bertahan? Apakah yakin rasanya tak akan
hambar?
Maka sebelum memilih
pikirkanlah, "hal apa yang ada pada dirinya yang akan membuatku akan
terus bertahan sekalipun rasa cinta itu telah hilang suatu saat nanti?".
Karena hati itu berada diantara dua jemari Allah. Kita mungkin bisa
memilih dengan siapa kita akan menikah, tapi kita tak bisa memilih
dengan siapa kita akan jatuh cinta. Sebagaimana kita tak bisa menjamin
agar cinta itu akan tetap terus sama kadarnya.
1 ulasan :
❤
Posting Komentar