topbella

Sabtu, 06 Agustus 2011

Jalan Panjangku Meniti JalanMu ( Part 1 )

Aku merupakan seorang akhowat yang hidup dilingkungan keluarga yang tidak lepas dari adab-adab islami. Begitu banyak cinta dan kasih yang tertuang dan mengalir dalam kediaman kami. Penuh cinta, keharmonisan dan etika. Alhamdulillah Alloh Subhanahu Wa Ta’ala memberikan banyak nikmat yang barang tentu tidaklah mampu bagi setip hambaNya untuk menghitungnya. Maha Baik Alloh kepada setiap hambaNya.

Di rumah yang hangat dan penuh cinta kasih itu, hampir tidak ada sama sekali konflik maupun percecokan didalamnya. Senantiasa dihiasi oleh canda dan tawa. Tak pernah sunyi berada di dalamnya. Berhubung kedua saudaraku yakni kakak dan adik sangatlah humoris, berbeda terbalik denganku yang lebih banyak diam dan tidak terlalu banyak bercanda. Walhasil, kami selalu saling melengkapi diantara perbedaan karakter. Yah begitulah seharusnya dalam hidup harus saling melengkapi antara satu sama lain.

Sangat beruntung diri ini memiliki seorang kakak ikhwan yang begitu cinta pada keluarganya. Memiliki tanggungjawab untuk menjaga kedua adiknya yang keduanya ialah seorang akhowat. Beliau memang satu-satunya anak lelaki dikeluarga kami. Sehingga tanggung jawabnya jauh lebih besar. Diantara keluarga kami, kakaklah yang terlebih dulu mengenal sunnah. Kedua orang tuaku memang tergolong relijius, akan tetapi tidak terlalu fanatik terhadap agama seperti seharusnya seorang ahlus sunnah wal jama’ah. Mengetahui, tapi kurang pengamalan dan itulah penyakit manusia yang harus dihindari. Namun, sangat beruntung aku memiliki seorang kakak yang saat itu telah bermahaj salaf semenjak ia menduduki bangku kelas 3 SMP. Tak banyak omong, namun tingkah lakunya pantas dijadikan panutan untuk adik-adiknya. Selalu sabar dalam mengajak kepada kebaikan. 

Akhirnya tak lama, akupun mengikutinya. Sebenarnya, telah banyak dari keluarga kami yang bermanhaj salaf terutama keluarga dari abi. Kebetulan abi merupakan keturuanan arab yang banyak orang mengenal dengan sebutan habib, entahlah apa namanya...

Awal aku mendalami ilmu agama, selain terinspirasi dengan kelurga, juga karena hidupku yang waktu berusia remaja sangatlah jauh dari kata bahagia karena ketaqwaan pada Robb. Entahlah, keluarga yang penuh dengan adab-adab islami tidaklah membuatku taat pada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Nge gank, shopping, travelling, dan segala kegiatan yang membuang-buang waktu. Subhanalloh,, betapa besarnya pengaruh dari pertemanan. Begitu benar memang suatu hadits yang mulia dari Rosulullah Shalallahi ’Alaihi wa Sallam. Rosulullah Shalallahi ’Alaihi wa Sallam bersabda ( yang artinya ) : ”Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk adalah seperti pembawa minyak wangi dengan seorang pandai besi ” ( HR. Al-Bukhori dan Muslim )
Maksudnya, kalau ia tak memberi minyak wanginya setidaknya kita dapat mencium bau harumnya. Sementara perumpamaan teman yang buruk akhlaknya bagaikan pandai besi. Kalau kita tidak terkena asapnya, maka kita akan mencium bau busuknya. Wallahu musta’an

Banyak hal yang belum aku ketahui mengenai agamaku yang haq. Tausiyah dari ummi dan abi, bagaikan angin lalu bagiku saat itu. Tak pernah sedikitpun aku membuka kitab yang mulia, AL-Qur’an Nul Kariim terkecuali ada tugas hafalan dari sekolah – semoga Alloh mengampuni dosa-dosaku yang lampau lagi akan datang –

Hingga, beberapa tahun kemudian disebabkan oleh seatu peristiwa yang begitu berat bagiku, mulailah aku berpikir untuk berubah. ” Bukankah aku mempunyai segalanya?? tapi mengapa aku tidak pernah bahagia dengan apa yang kumiliki ???? Mengapa rasa iri masih tersimpan dalam diriku??? Ada apa?? Bukankah aku telah memiliki segalanya?? ” Gumamku dalam hati dikala itu setiap kali aku melihat segelintir akhwat yang pada saat itu senantiasa tersenyum, tak ada beban rasanya dalam pikiran mereka. Begitu tulus, tak menyakiti dalam ucapan, senantiasa tersenyum ramah lagi memiliki kecerdasan dan penalaran yang tentu saja membuatku iri pada saat itu. Entahlah, waktu itu aku memang sedang tersandung banyak masalah keduniawian yang tak lain disebabkan oleh ulahku sendiri. Melihat mereka datang ke mesjid-mesjid Alloh untuk menimbah ilmu yang haq.
Senang sekali rasanya hati ini dikala itu melihat kehidupan mereka yang teratur, tak pernah marah ketika dikucilkan karena jilbab-jilbab mereka yang panjang terhampar, tak pernah ragu dalam melakukan suatu kebenaran walaupun banyak penentangnya. 

Lama-lama aku semakin sering memperhatikan gelagat mereka, tenang rasanya melihat wajah-wajah mereka. Diam-diam dalam hati ini terbesik keinginan untuk menjadi seperti itu. Tapi entahlah, lagi-lagi pengaruh teman-teman sehingga niatku pupuslah sudah.

Begitu cepat rasanya waktu itu berlalu, tak terasa pagi mulai menjelang, tampaklah matahari yang begitu indah. Lagi-lagi hari itu aku melihat sekelompok akhwat degan jilbab-jilbab mereka yang terhampar pergi kemesjid Alloh menghadiri majelis-majelis ilmu yang biasa diikuti oleh kakakku dan kawan-kawannya. Tak henti-hentinya lisan ini memuji mereka, melihat betapa mulianya diri-diri itu. Suatu ketika, pernah aku melihat mereka yang sedang berjalan dihampiri oleh sekelompok ikhwan untuk memberikan undangan, Subhanalloh... tak sedikitpun pandangan mereka tertuju pada ikhwan-ikhwan itu, tak sedikitpun mereka berpaling dari melihat ke bawah. Maha Suci Alloh yang Menjaga hamba-hambaNya yang diridhoiNya. Kagum, ta’jub, perasaan yang bercampur aduk saat itu dengan kekaguman. Begitu tsabat dalam menjaga diri dan pandangan mereka. Sungguh malu rasanya diri ini melihat pemandangan indah itu. Saat itu tidaklah lagi terbesik dari hatiku dalam mengingat dunia.

Pulanglah aku saat itu juga diantar oleh seorang sahabatku. Dalam kamar, ku renungi betapa indahnya hidup demikian. Tak ada masalah. Tak sepertiku, materi tidaklah cukup untuk membeli ketentraman jiwa, tidaklah cukup untuk menghapus masalah, tidaklah cukup untuk menepis prasangka-pransangka buruk orang-orang akan buruknya diriku, serta tak akan pernah mampu membeli keimanan dan ketakwaan yang tak pernah aku rasakan sedikitpun dikala itu. Terlalu fokus pada kehidupan dunia, terhanyut pada pergaulan bebas, menghabiskan waktu untuk menuntut ilmu dunia serta terfokus pada organisasi-organisasiku. Entah mengapa, air mataku berjatuhan begitu saja bagai mata air yang keluar tanpa henti, tak bisa dibendung. 

Sungguh, sudah sangat sering aku berpikir untuk merubah hidupku, tapi entah mengapa hatiku tetap belum tergerak mengambil langkah tegas untuk berubah. Namun, dari lubuk hatiku yang terdalam aku sebenarnya telah jenuh dengan kehidupanku. Aku merasa gembira dengan apa yang aku lakukan, namun aku tak pernah bahagia dengan semuanya. Aku tersiksa dengan rintihan hati ummi yang menginginkan perubahanku. Menanti perubahan sang putri tercinta. Sebenarnya aku juga mulai menyadari betapa yang kujalani selama ini adalah sesuatu yang tidak berguna sama sekali.

Rasanya sia-sia saja hidupku bertahun-tahun. Tak ada yang kudapatkan selain kesenangan yang sangat jauh dari kata bahagia. Begitu fokus terhadap perkara keduniawian, yang ku tau pasti tak akan membantuku di akhirat nanti. Uang takan bisa menyogok para malaikat-malaikat Alloh di alam kubur nanti, tak akan pula mampu membeli tempat tidur maupun fasilitas-faslitas mewah di alam bardzakh dan tak akan juga mampu menjadi jaminan untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik di akhirat . Betapa bodohnya diri ini selalu memperjuangkan dunia dengan menukar akhirat, mengira itu baik padahal tidaklah lebih dari keburukan yang tersamarkan. Tak terbendung, mataku membengkak, sehingga sudah terasa sakit pelopak mataku karena kebanyakan menangis. Betapa yang aku lakukan selama ini tidak lain hanyalah kesia-siaan yang nyata. Tidaklah patut saat itu aku digolongkkan sebagai siswi yang menonjol dalam akademik. Padahal tidaklah seseorang itu dikatakan cerdas hanya karena ia pandai MMK, kuat hafalannya, luas wawasannya, namun orang cerdas yang sebenar-benarnya ialah orang yang alim ( ahli ’ilmu ), ialah orang yang berusaha untuk mendapatkan yang terbaik dari yang baik. Orang yang mengetahui bahwa akhirat itu kekal lagi penuh kesenangan yang banyak di dalamnya sedang dunia tidak lain hanyalah tipu daya yang memabukkan, lantas ia mempersiapkan diri untuk akhiratnya. 

Hampir setiap orang di dunia ini meyakini bahwa akhirat itu kekal lagi banyak kemuliaan di dalamnya, akan tetapi ironis sangat banyak pula yang mengabaikannya. Mereka mengetahui dengan pasti bahwa setiap jiwa akan merasakan kematian, akan tetapi tak ada persiapan untukknya dikarenakan kebanyakan manusia berfikir bahwa tidak ada kehidupan di alam kubur, manusia akan tertidur pulas hingga hari kebangkitan, lagi-lagi pemikiran semacam ini dikarenakan jauhnya ia dari agamanya yang haq. . Mengingkari adanya hari kebangkitan dan menganggap bahwa manusia diciptakan tidaklah memiliki tujuan,, na’udzubillah. Padahal sangatlah jelas dalam kitab Al Qur’an yang mulia menjelaskan tentang hal ini, serta hadits-hadits Rosululloh Shalallahu ’Alaihi Wa Sallam

“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. Ad-Dukhaan, 44: 38-39)

”Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam, dan pada hari itu ingatlah manusia akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan, “Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mngerjakan (amal saleh) untuk hidupkuini.””
(QS. Al-Fajr, 89:23-24)

”Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?, Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya.” (QS. Ar-Ruum, 30: 8)
Maha Benar Alloh Subhanahu Wa Ta’ala atas segala firmanNya……….

Masa lalu yang suram, jauh dari mengingat Alloh dan akhirat. Namun, tidaklah semua itu kecuali telah tertulis pada Lauh Mahfuzh. Dialah Dzat yang Maha Mengetahui. Kuyakini dengan pasti bahwa Itulah jalan yang ditentukan Alloh untuk kulalui sebebelum mendaki di jalan yang lebih sukar. Alhamdlillah beberapa minggu setelah kejadian itu, ku putuskan untuk memulai kehidupanku yang sesungguhnya. Hingga akhirnya berjilbab ( tentunya jilbab syar’i bukan model jahilia yang hanya di jadikan penutup kepala saja dan bukan pula kerudung yang orang-orang awam menyebutkan bahwa itulah jilbab ) wallahu a’lam. Keputusanku ini memang hampir membuat geger kerabat-kerabat dekatku dikala itu. Perubahan yang sangat drastis lagi begitu singkat, seorang akhwat yang dulunya seorang penari dengan pakaian dan bertabarruj layaknya wanita-wanita kafir tiba-tiba dengan begitu singkatnya ia berubah menjadi seorang akhwat yang badannya terbungkus oleh kain jilbab berwarna gelap. Tak ada lagi hura-hura, omong kosong, shopping sana sini, dan tentunya membatasi diri dalam bergaul. Memilih hanya memiliki seorang teman tapi berahklak mulia dibanding memiliki banyak teman namun buruk kepirbadiannya. Wallahu musta’an. 

Alhamdulillah kini akupun telah berniqob, sungguh suatu kenikmatan yang tak terhingga.
Tentu saja perubahan yang aku alami ini tidaklah lepas dari do’a-do’a ummi yang senantiasa terpanjat dalam sholat-sholat malamnya. Betapa besar keinginanannya untuk melihat peberubah sang putri tercinta menjadi akhwat sholehah sebagaimana yang diharapkannya. Rintihan hati dan tangisan air matanya selama ini yang menanti perubahan sang putri akhirnya tergantikan sudah,, Tak ada lagi rintihan, tak ada lagi air mata, tak ada lagi dada yang sesak dikarenakan buruknya kepirbadian sang putri. Wallahu a’lam

Ummi,,,Semoga Alloh membalasmu tidak dengan harta dunia, tidak dengan jabatan, tidak dengan popularitas, dan tidak pula dari kesenangan-kesenangan dunia yang lain, namun semoga Alloh membalasmu dengan jannahNya yang penuh dengan kenikmatan serta mempertemukan kita kembali di kemudian hari dalam keadaan Dia ridho. Uhibbuki fillah yaa Ummi..... Jazakillahu khair

Read More..

Ahlan Wa Sahlan

Hanyalah sebuah blog yang berisi catatan-catatan seorang akhowat dari lembar kehidupannya. Tempat untuk menuangkan apa yang ia rasa, lihat maupun dengar. Jika dalam blog ini terdapat kata-kata nasehat, sesungguhnya nasehat tersebut adalah nasehat yang ditunjukkan kepada diri sendiri. Nasehat yang sesungguhnya sangat ingin ia dengar dari orang lain untuknya. Nasehat yang keluar untuk sekedar memberi kekuatan dan senyum di wajahnya.

Ia hanyalah seorang penuntut ilmu yang berusaha untuk menapaki jalan keselamatan. Jalan yang baginya begitu melelahkan hingga akhirnya membuatnya tak begitu perduli sampai ataupun tidaknya ia pada tujuan. Sebab yang terpenting baginya ialah tatkala waktu perjalanannya telah habis, ia masih tetap berada di atas jalan yang sama.
Read More..

Indahnya Saat Ini

Subhanalloh,,, tidak menyangka bisa keluar pondok untuk sementara waktu. Inilah yang dibutuhkan sejenak oleh jiwa ini. Selalu ada hikmah dari setiap musibah.
Hmm indahnya saat-saat ini. Begitu indah dan berharga. Menikmati pemandangan di tengah suasana pedesaan. Tanpa siapapun selain wanita wanita berpurda. Dari atas ketinggian dikelilingi oleh sawah dan sungai. Tanpa adanya suara kendaraan dan musik. Hanya ada suara murottal yang indah. Masya Alloh, akhwat kapan kita akan bersama seperti ini lagi? Berjalan dan menikmatinya bersama sebelum akhirnya salah seorang dari kita harus kembali pergi. Yaa Robb, selalu saja aku merasakan perpisahan dengan orang-orang yang aku sayangi, namun aku yakin qaddarullah itu indah. Akan terus tersenyum sebab pertemuan dijannahMulah yang menguatkanku. Amiin.

Pesanku untuk kalian, tetaplah istiqomah dijalan ini. Jangan berbelok. Jangan berputus asa dengan ujian sebab Ia yang Maha Pengasih hendak memuliakan kita. Hapuslah air mata.. Melihatlah kedepan. Semoga dapat terus bersabar. Segala yang menyesakkan dada dalam menuntut ilmu, merupakan perhiasan berharga yang mengiasi perjalananmu. Dengannya akan menguatkan dan semakin membuat kita merindukan jannahNya.
Akhwaaat...
Salah seorang dari kita harus pergi lagi. Telah banyak yang pergi, tanpa kalian pondok begitu sunyi. Sungguh aku akan merindukan kalian. Merindukan suasana saat-saat merindukan jannahNya,saat-saat sholat malam kita terhiasi dengan air mata,saat-saat salah seorang dari kita menjadi imam dan tertahan bacaannya karena tangisaannya saat membaca ayat-ayat al qur'an, saat-saat kita di iqob seharian. Saat-saat kita saling menguatkan ditengah-tengah kesulitan dan kesedihan. Saat-saat itu dan hari ini, kapan lagi? Semoga dapat terulang di al jannah. Allohumma amiin. Uhibbbukum fillah

Bagi yang hendak menjadi ummahat,semoga menjadi istri dan ibu sholihah perindu jannahNya. Didiklah anak-anak antunna dengan kasih sayang. Ummahat yang baik akan dapat mendidik anaknya dengan baik. Wallohu a'lam.


Semoga ukhuwah ini dapat terus terjalin hingga ke jannahNya
Read More..

Jumat, 05 Agustus 2011

Innallaha Ma'ana

Perasaan gunda gulana tak henti menghantui
Menanti ujung dari perjuangan panjang selama ini
Getaran jiwa tak kunjung redah
Begitu takut kerasnya ombak maksiat
yang kapan saja dapat menyerang pertahanan iman dan
taqwa di tengah-tengah samudra maksiat
Sebab apa daya, diri ini begitu lemah lagi rapuh
Bak sebuah bangunan tanpa fondasi yang kokoh

Asing dan terasingkan merupakan fonomena yg tak dapat terelakan
Selalu mengira bahwa diri ini sendiri tanpa kawan,
Tanpa teman sejalan dan
Tanpa teman seperjuangan yang dapat menasehati dalam kebaikan, mencari dan memberi semangat dalam menjalankan yang haq
Ingin rasanya jiwa ini menangis tanpa henti
Merintih dan mengeluarkan segala kesahnya
Selalu merenungi betapa seringnya raga ini berada sendirian dalam keramaian
Begitu asingan ditengah-tengah khalayak
Hingga hampir saja jiwa ini terjatuh dalam kekalahan,,
Menyerah sebelum selesai berjuang

Namun,,,
setitik harapan mulai tumbuh kembali,
semangat yang hampir sirna kini kembali berkobar ,
secerca cahaya kembali datang menyinari ruang hati yang redup,,
menepis seluruh ketakutan dalam asa.

Kini,,
Jiwa ini tersadar kembali,, bahwa ia tidaklah sendiri

Selalu ada Kekasih yang menemani dan mengawasi
Tak perlu bersedih dan berkucil hati
Keasingan yang ada, sesungguhnya buah dari keimanan yang nyata,,


Ketahuilah wahai pejuang Alloh, apa yang jiwa ini dan mungkin anda alami merupakan jawaban dari :
Mengapa perjuangan itu begitu pahit, karena surga itu begitu manis. Sebab sesungguhnya sesuatu yang begitu mahal (surga),,Tidaklah dapat dibeli dengan harga yang murah,, maka marilah menjadi berlian ditengah-tengah kotoran. Karena,,,

“Berlian ditengah-tengah berlian merupakan hal yang biasa, tetapi berlian ditengah-tengah kotoran merupakan hal yg luar biasa”.
Read More..

Maybe This Is Better

Harus bersabar dan terus bersabar. Yakinlah bahwa ini adalah jalan menuju kemualiaan. Harus ditinggalkan ! Sungguh sulit sebab sudah seperti keluarga. Banyak hal yang dapat ana ambil ibrohnya dari perkumpulan kita hingga memandang bahwa sungguh manhaj ini tidaklah kaku. Tidaklah aku hendak menutup diri,namun meninggalkan segalanya dan melakukan hal bermanfa'at lainnya itulah yang terbaik. Masih ingin bersama,namun tidak mungkin sebab hanya akan membuang buang waktu. Jangan meminta ana untuk kembali , sebab itu mustahil. Aku hanyalah seorang hamba dhoif, namun kemuliaan dan kesucian jiwa adalah tujuanku walau harus menekan ego dan segala keinginan jiwa muda dalam-dalam. Namun tak ada yang mustahil jika dilakukan secara ikhlas dan berusaha dengan segenap jiwa walaupun pengorbanan yang besar adalah bayarannya. Maka maafkanlah aku. Tidak ingin mengikuti hasratku walau harus ditempuh dengan penuh perjuangan. Belajar ikhlas walau tak rela. Syukron wa 'afwan 'ala kuli hal
Read More..

This Is My Way

Mengorbankan masa muda dengan segala kesenangan dunia mungkin itulah yang terbaik. Harus menahan dan menekan keinginan jiwa muda yang masih penuh dengan gejolak. Tidak usah mengkhawatirkanku. Inilah jalan hidupku. Terserah kalian yang tidak setuju dengan jalan yang ku tempuh,
sebab keridhoan manusia bukanlah harapanku. Tolong, janganlah kecewa !! Mungkin inilah yang terbaik, melepas segala cita-cita lama demi memperoleh suatu kesenangan yang abadi. Ku tahu kalian mungkin bingung dengan segala tindakanku, sebab pola pikir kita yang berbeda. Jika kalian menyayangkan keputusanku untuk berhijroh dan meninggalkan apa yang telah aku jalani selama ini, namun ketahuilah bahwa itu keinginan yang selama ini ku pendam. Jika sebagian kalian berfikir bahwa dengan mendalami agama dapat menjadikan seseorang gila,, maka ketahuilah bahwa menuntut ilmu dengan cara ikhtilat dan jauh dari akhirat justru membuatku akan gila, sebab semuanya sangat bertentangan denganku. 2 tahun memilih bersabar ditengah-tengah kemaksiatan bukanlah waktu yang singkat, namun dulu terpaksa aku lakukan. Adapun kali ini, tolong jangan memintaku untuk kembali bersabar ditengah-tengah kemaksiatan. Jika usia adalah pertimbangan, maka jawablah !! "Bagaimana jika sebelum menyelesaikan studiku aku telah menghadap ArRohman?? sedang aku dalam keadaan jauh dari jalanNya yang haq ??"
Terserah, menganggap aku bodoh yang meninggalkan prestasi dan kesempatan memperoleh bagian dari dunia. Terserah pula jika kalian menganggapku aneh dan ekstrim dengan hijabku yang terhampar panjang ini terlebih lagi dengan cadar dan purdaku. Ninja Hatori, teroris, alisan sesat, dan lain sebagainya mungkin itulah yang terlintas dalam benak kalian mengenai hijabku ini.
Namun tidakkah kalian mengetahui bahwa disitulah letak kemuliaan seorang wanita ?? Aku tidaklah bodoh dan rela untuk larut dalam kejahilan. Atas inilah aku merasa tidak sebodoh yang kalian bayangkan ! Sebab aku bukanlah seorang wanita yang begitu dengan gampangnya memperlihatkan kemulusan dan keindahan tubuhnya seolah-olah tubuhnya begitu murah ! Siapapun dapat melihatnya dengan sesuka hati. wal'iyadzu billah...


Akulah wanita yang berbahagia

Karena aku begitu berharga

Tak perlu berlomba

berhias diri dan mengumbar pesona

Cantikku adalah taqwa

Bukan bergaya menggoda

Keindahanku adalah akhlak mulia

bukan busa terbuka

Keistimewaanku adalah kelemah-lembutan

Cantikku tak akan pudar

Karena itulah aku berbahagia
Read More..

About Me

Foto Saya
Akhwat's Note
Just an ordinary girl...
Lihat profil lengkapku