Dengan langkah memburu aku menemuinya
"Kamu merokok?".
Wajahnya berpaling, memperlihatkan dengan jelas keengganannya menjawab pertanyaanku.
Kulihat abu rokok berserakan di sudut ruangan. Seketika sesak mendera.
Dalam benak terus terpikir untuk segera pergi dan tak terhanyut dengan masalah yang dibuat. Tersadar telah kutinggalkan banyak orang demi dia.
Kilasan memori dua bulan lalu berputar layaknya sebuah cuplikan film.
Teringat asalan dekat dengannya tak lain untuk murubahnya agar kembali ke jalan yang benar, hidup dengan lebih baik dan terarah. Betapa investasi akhirat yang menggiurkan bukan?
Sosok yang kulihat kehilangan pegangan dan aku berharap semua yang aku lakukan dapat menjadi investasi akhirat saat jasad telah melebur bersama tanah.
"Ka, jangan pergi. Kalau kakak juga pergi, lalu siapa lagi yang sayang sama aku?"
"Lihatlah, banyak orang yang sangat peduli sama kakak. Sedangkan aku?" Ucapannya terhenti, menoleh ke atas dan menarik oksigen dalam-dalam
"Tetaplah tinggal".
***
Pada akhirnya aku semakin tersadar, bahwa sekeras apapun usaha kita merubah seseorang, pada akhirnya hidayah tetaplah milik-Nya dan Dialah yang menentukan kepada siapa hidayah itu hendak Ia beri. Sungguh, hidayah itu bukan milikmu yang bebas engkau berikan kepada siapa saja yang engkau kehendaki.
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. (Al Qashash: 56)
0 ulasan :
Posting Komentar