Yogyakarta, 6 September 2020...
Apa kabar?
Malam di kota ini semakin larut. Sepi, tapi tidak dengan suasana hati yang sedang bergemuruh. Sejenak menyesapi berbagai rasa yang selama ini selalu hadir namun sesaat.
Rindu. Hanya kata itu yang mampu mewakili seluruh rasa yang bersemayam tanpa permisi. Satu-satunya rasa yang kuizinkan tinggal tanpa ada niatan mengabaikan. Tanpa harus ditepis, ataupun dimusnahkan kehadirannya.
Rasa ini selalu berhasil membuatku berbicara tentangmu, lagi… dan lagi.
Denganmu, aku belajar apa itu cinta sejati. Bukan hanya cinta, tapi juga rindu. Satu rasa yang tak pernah menyakiti jika itu tentangmu.
Denganmu aku tersadar, bahwa bukan cinta sesungguhnya jika tak mendoakan, tak berjuang, ataupun berusaha agar orang yang dicintai mendapatkan sesuatu yang terbaik.
Jika dahulu engkau yang selalu berjuang untukku, kini… izinkan aku yang berjuang untukmu.
Izinkan aku merasakan sakit untukmu. Sakit yang dapat membuatmu damai dalam sunyi. Biar kurasakan. Semoga aku kuat…
Aku rindu…
Allah Tahu, seberapa sering aku membisikikkan kata itu. Menyebutmu dalam doa. Berharap agar engkau mendapatkan tempat yang baik disana.
Selalu menyebut semua kebaikan dan berbagai perubahan yang aku lakukan karenamu atas izin Allah. Itu salah satu cara yang aku lakukan, agar pahala tak pernah putus untukmu. Selalu kubisikan padaNya, bahwa aku mengetahui dan melakukan kebaikan A, B, dan C itu melaluimu… Ku katakan tanpa bosan… Selalu.
Dalam hening aku merenung…
Akankah kita bertemu kembali? Mengulang berbagai moment indah saat bersama? Saat yang tak akan pernah aku lupa ialah, saat memeluk dan mencium aroma parfum milikmu. Bahkan saat engkau dalam keadaan menyetir, yang menjadi kegemaranku adalah merangkul lehermu dari kursi belakang seraya mendalami aroma bahumu yang tertutupi oleh baju kaos yang engkau gunakan.
Mengingat hal itu, aku kembali tersenyum. Banyak senyuman yang disertai air mata saat aku menulis ini. Indah, tanpa ada rasa sakit…
Dulu, kita sering berpergian bersama. Saat kecil hingga SMP, aku yang paling sering engkau ajak safar berdua ke kampung halaman, Pare-Pare. Hampir setiap tahun engkau mengajakku. Hanya kita berdua…
Kebiasaanku untuk ikut kemanapun engkau pergi tak pernah hilang. Hingga masuk masa putih abu-abu juga masih sama, aku selalu suka mengekori kemana kakimu melangkah.
Terimakasih atas semua perhatian, kasih sayang, kelembutan, dan berbagai perlakuan manis yang selalu engkau berikan padaku sejak kecil hingga dewasa.
Aku sangat bersyukur Allah pernah menitipkanku kepadamu. Allah menjagaku dengan baik melaluimu…
Terima kasih telah meninggalkan cerita yang baik untuk dikenang. Engkau bukan sosok yang sempurnah, tapi engkau selalu tau bagaimana cara mendidik dan memberi hukuman tanpa harus meninggalkan bekas, hingga yang aku tahu tentangmu segalanya merupakan hal yang baik.
Izinkan aku sekali lagi mengatakan
RINDU.
Aku merindukanmu sebagai sosok yang paling menyayangi dan memahamiku di bawah kolong langit. Sosok yang selalu paham tanpa aku harus bercerita panjang lebar. Mungkin aku kehilangan itu, tapi aku yakin suatu saat Allah akan menggantinya...
-Your baby girl-